scholarly journals ANALISIS EKSISTENSI SEKTOR DAN KOMODITI UNGGULAN DALAM MEMPERCEPAT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN MINAHASA UTARA

Author(s):  
AMRAN T NAUKOKO ◽  
VEKIE A RUMATE ◽  
EEN N WALEWANGKO

ABSTRAK Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang dilakukan  oleh  pemerintah  daerah  dan  juga  masyarakat  secara  besama-sama dalam mengelola dan memanfaatkan potensi sumber daya  yang tesedia secara optimal serta membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan   suatu lapangan kerja baru dalam merangsang perkembangan    kegiatan ekonomi   di   daerah.   Kabupaten   Minahasa   Utara merupakan salah satu daerah yang ada di wilayah Propinsi Sulawesi Utara yang memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) serta keunggulan komparatif dan kompetitif yang kuat sebagai lokasi aktivitas ekonomi. Penelitian ini  bertujuan untuk mengidentifikasi sektor dan komoditi apa yang unggul serta potensial yang ada di Kabupaten Minahasa Utara, dan menganalisis sektor dan komoditi unggulan apa yang mempercepat penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Minahasa Utara. Data  yang  digunakan adalah  data  sekunder  yang  di  ambil  dari  Badan  Pusat Statistik  Provinsi Sulawesi Utara  Tahun  2010-2015 dan  data  primer  yang  diperoleh langsung dari pelaku- pelaku usaha Industri Kecil dan Mikro yang ada di Kabupaten Minahasa Utara. Metode yang di gunakan adalah LQ (Location Quotient) dan Shift Share untuk mengidentifikasi sektor dan komoditi unggulan. Metode Analisis Regresi Berganda untuk melihat pengaruh dari UMKM sector unggulan terhadap percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Minahasa Utara. Hasil penelitian  Sektor Basis di kabupaten Minahasa Utara adalah Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan; Sektor pertambangan dan penggalian; Sektor industri pengolahan; Sektor pengadaan listrik dan gas; Sektor konstruksi; Sektor Real Estate dan Sektor Jasa Pendidikan. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian di Kabupaten Minahasa Utara. Perekonomian Kabupaten Minahasa Utara mengalami kemajuan dan mulai memiliki daya saing. Sektor yang memberi pengaruh terbesar dalam percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Minahasa Utara adalah sector industry pengolahan diikuti sector pertanian dan sektor konstruksi. Kata Kunci : Sektor Unggulan, UMKM dan Kemiskinan

2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
Author(s):  
Djuanda Hatta ◽  
Agus Tri Darmawanto

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sektor ekonomi di Provinsi Kalimantan Utara yang dapat menjadi acuan bagi pemerintah dan pihak yang terkait dalam perumusan kebijakan pembangunan ekonomi yang bersifat sektoral. Alat analisis yang digunakan adalah Static Location Quotient (SLQ) dan Dinamic Location Quotien (DLQ) untuk melihat proporsi/kapasitas dan pertumbuhan/perkembangan sektor ekonomi. Tipologi Klassen digunakan untuk memetakan sektor ekonomi tersebut. Hasil analisis menunjukkan empat kuadran peta ekonomi yaitu kuadran pertama yang merupakan sektor yang maju dan tumbuh dengan cepat terdiri atas: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Konstruksi; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, kuadran kedua yang merupakan sektor yang maju tapi tertekan terdiri atas: Transportasi dan Pergudangan, Kuadran ketiga yang merupakan sektor yang berkembang cepagt terdiri atas: Pengadaan Listrik dan Gas; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Real Estate; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya, Kuadran keempat yang merupakan sektor yang relatif tertinggal terdiri atas: Industri Pengolahan; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan; Jasa Perusahaan. Kata kunci: Static Location Quotient (SLQ), Dinamic Location Quotient (DLQ), Tipologi Klassen, Peta Sektor Ekonomi 


Author(s):  
Indrayansyah Nur ◽  
Mukhammad Taufiqur Rakhman

Pertumbuhan ekonomi nasional mempunyai pengaruh atas struktur ekonomi daerah karena pertumbuhan nasional mempunyai pengaruh atas pertumbuhan daerah, sebab daerah merupakan bagian internal dari suatu negara. Indonesia merupakan negara kesatuan, dimana rencana pembangunan meliputi rencana nasional maupun rencana regional. Pusat pemerintahan dan pusat perekonomian Indonesia berada di DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan PDRB DKI Jakarta akibat unsur laju pertumbuhan kesempatan kerja nasional, bauran industri, keunggulan kompetitif dan pertumbuhan total PDRB yang dimiliki menurut sektor-sektor ekonomi dan mengetahui sektor-sektor basis di DKI Jakarta yaitu sektor yang memiliki PDRB lebih tinggi dari rata-rata nasional. Metode analisis data menggunakan Shift Share dan Location Quotient. Pada analisis Shift-Share tahun 2011-2018 dan Location Quotient (LQ) tahun 2014-2018, diperoleh sektor-sektor ekonomi yang menghasilkan nilai PDRB DKI Jakarta tertinggi dan sektor basis. Selanjutnya pemetaan sektor-sektor ekonomi yang menghasilkan realisasi pertumbuhan PDRB terbesar pada masing-masing unsur dan dapat dijadikan sebagai basis ekonomi diantaranya pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sektor Informasi dan Komunikasi, sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, sektor Jasa Perusahaan, sektor Industri Pengolahan, sektor Konstruksi dan sektor Transportasi dan Pergudangan serta sektor Real Estate. Sektor-sektor ekonomi yang menghasilkan nilai PDRB DKI Jakarta tertinggi dan sektor basis umumnya terdapat pada sektor tersier dan sebagian sektor sekunder. Akan tetapi, sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor yang merupakan sektor sekunder justru menghasilkan nilai pertumbuhan PDRB tertinggi pada analisis Shift Share diikuti oleh sektor Konstruksi yang juga merupakan sektor sekunder.


Inovasi ◽  
2019 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 85-94
Author(s):  
KRISTIAN BUDITIAWAN

Terjadi ketimpangan yang mencolok antara kawasan utara dan kawasan selatan Jawa   Timur jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi. Kawasan utara telah memiliki infrastruktur yang mampu mengangkat perekonomian masyarakat di sekitarnya.   Berbeda dengan  kawasan utara, kawasan  selatan  Jawa  Timur  belum  memiliki  infrastruktur  yang  memadai sehingga  perkembangan  perekonomiannya  cenderung lebih  lambat. Penyebab ketertinggalan wilayah selatan disebabkan oleh kondisi geografis kawasan tersebut terutama Kab. Blitar, yang merupakan pegunungan kapur yabg kondisinya kering dan miskin sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan mengetahui sektor basis, mengetahui lapangan usaha yang memiliki daya saing, dan mengetahui struktur perekonomian di Kabupaten Blitar periode 2010-2016. Teknik analisa yang digunakan adalah Analisa Location Quotient (LQ), Analisa Dynamic Location Quotient (DLQ), dan Analisa Shift-Share klasik. Hasil penelitian ini adalah sektor basis di Kabupaten Blitar meliputi pertanian, kehutanan, dan perikanan; informasi dan komunikasi; real estate; administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Lapangan usaha yang memiliki daya saing adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan penggalian; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; dan jasa keuangan dan asuransi. Dan struktur perekonomian Kabupaten Blitar dalam rentang waktu 2010-2016 ditopang oleh empat lapangan usaha yaitu pertanian, kehutanan, dan perikanan; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; industri pengolahan; dan konstruksi. Kata kunci: sektor basis, daya saing, LQ, DLQ, Shift-Share


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 147-153
Author(s):  
Maulana Irmansyah

This study aims to determine the leading sectors and sectors that must be prioritized in Mojokerto Regency. This study uses secondary data from Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Mojokerto Regency and East Java Province in 2015-2016. The analytical tools used in this study are: 1). Location Quotient Analysis (LQ), 2) Dynamiq Location Quotient Analysis (DLQ), 3) Shift-Share Analysis and 4) Klassen Typology. The results of the analysis by sector shows that the sector which is the leading sector in Mojokerto Regency with criteria classified as the base and competitive sector is the manufacturing sector. For the sectors that must be prioritized in Mojokerto Regency are the manufacturing and real estate sectors.


2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 148-165
Author(s):  
Ismail Rasulong ◽  
Muhammad Zaimuddin

This study aims to determine the shifting economic structure and find out the leading sektors in Soppeng Regency in 2013-2017. The type of research used is quantitative research. The data processed is the data of the Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Soppeng Regency and South Sulawesi Province on the basis of constant prices in 2010 in 2013-2017 in all sectors. The data analysis technique used to determine the shift in economic structure and leading sektors in Soppeng District is Location Quotient (LQ) Analysis, Shift Share (SS) Analysis and Klassen Typology analysis. The results of the Location Quotient (LQ) analysis show the agriculture, forestry and fisheries sectors; electricity and gas procurement sectors; construction; trade and repair of cars and motorbikes; providing accommodation and drinking meals; real estate; government administration, defense and social security; education services; and health services and social activities are the leading sectors in Soppeng Regency. The result of Shift Share analysis shows that the sector experiencing a shift is the processing industri sector; trade and repair of cars and motorbikes; providing accommodation and drinking meals; information and communication; financial services; health services and social activities; and other services with PB 0. While the Klassen Typology analysis shows that the advanced and fast-growing sektors are agriculture, forestry and fisheries; and real estate.


Author(s):  
Nurul Islamy

ABSTRAKEkonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tercermin dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masih tergantung pada tambang bijih logam dan ekspor. Padahal, NTB dengan berbagai keindahan alam maupun budaya lokalnya merupakan salah satu provinsi yang dalam perkembangannya ditargetkan menjadi gerbang pariwisata nasional. Dengan semakin mantapnya posisi NTB sebagai destinasi wisata nasional, sekaligus tujuan investasi di bidang kepariwisataan di Indonesia, maka perlu dilakukan studi untuk dapat diketahui sejauh mana lapangan usaha yang berafiliasi dengan dunia pariwisata memberikan kontribusi sebagai lokomotif baru perekonomian NTB di luar sektor pertambangan. Untuk mendapatkan sektor/kategori unggulan di suatu wilayah, beberapa metode pengukuran yang umum digunakan antara lain Location Quotient (LQ), Analisis Shift–Share, dan Tipologi Klassen. Berdasarkan tiga metode tersebut diperoleh hasil bahwa dari delapan kategori unggulan, tiga diantaranya merupakan kategori yang menyokong pariwisata di NTB yakni lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan, Real Estate dan Jasa–jasa. Kategori penting lainnya yaitu Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Konstruksi; dan Perdagangan berpotensi lebih digenjot untuk semakin meningkatkan perekonomian NTB. Bagi pengusaha, kategori unggulan yang menyokong pariwisata tersebut dapat “dilirik” untuk investasi di masa mendatang. Tanpa menutup kemungkinan untuk membuka usaha baru di lapangan usaha yang potensial. Ada satu kekuatan ekonomi baru yang menyeruak dari hasil analisis yaitu ekonomi kreatif. Ternyata lapangan usaha yang berkaitan dengan Ekonomi Kreatif telah terdeteksi sebagai kategori potensial yang patut dikembangan di NTB. Diperlukan kajian lebih lanjut terkait topik ini dengan menggunakan Tabel Input–Output agar didapatkan gambaran hubungan timbal balik dan keterkaitan antarsektor dalam perekonomian di NTB secara menyeluruh utamanya terkait pariwisata. Kata Kunci : Analisis Shift–Share, Ekonomi Kreatif, Location Quotient (LQ), Sektor Unggulan, Sektor Pariwisata, PDRB,  Tipologi Klassen  POTENTIAL SECTOR ANALYSIS, CAN THE TOURISM BE A NEW LOCOMOTIVE ECONOMY OF WEST NUSA TENGGARA? ABSTRACTThe economy of Nusa Tenggara Barat (NTB) reflected in the Gross Regional Domestic Product (GRDP) still depends on metal ore mining and exports. In fact, NTB with a variety of natural beauty and local culture is one of the provinces which in its development is targeted to become the gate of national tourism. With the increasing position of NTB as a national tourist destination, as well as an investment destination in the field of tourism in Indonesia, it is necessary to study to find out the extent to which industry affiliated with the tourism contribute as a new locomotive for the NTB economy outside the mining sector. To obtain leading sectors /categories in a region, several commonly used measurement methods include Location Quotient (LQ), Shift–Share Analysis, and Klassen Typology. Based on the three methods, the results show that of the eight leading categories, three of them are categories that support tourism in NTB, namely the Transportation and Storage, Real Estate and Services. Other important categories are Accomodation & food Service Activities; Construction; and Trade has the potential to be further boosted to further improve the NTB economy. For entrepreneurs, the leading categories that support tourism can be "glimpsed" for investment in the future. Without closing the possibility to open a new business in a potential industry. There is one new economic power that has emerged from the results of analysis, namely the creative economy. It turns out that the industry related to the Creative Economy have been detected as potential categories that deserve to be developed in NTB. Further studies are needed regarding this topic using the Input–Output Table in order to obtain an overview of the interrelationships and inter–sectoral linkages in the economy in NTB as a whole, especially related to tourism. Keywords: Creative Economy , GRDP , Klassen Typology, Leading Sector, Location Quotient (LQ), Shift – Share Analysis, Tourism Sector.


2019 ◽  
Vol 27 (5) ◽  
pp. 299
Author(s):  
Teguh Pairunan Putra

Peranan Pelabuhan menjadi sangat penting bagi terwujudnya tujuanMasterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Disisi lain, bila MP3EI dapat diimplementasikan dengan baik, maka implikasinya adalah pertumbuhan lalu lintas barang melalui pelabuhan menjadi lebih tinggi. Salah satu program MP3EI adalah konsep tol laut (Marine Highway) dengan membangun konektifvitas distribusi logistik antara wilayah Indonesia barat dan wilayah Indonesia timur. Tujuan kajian adalah untuk mengetahuisektor apa saja yang menjadi sektor basis dan non basis dalam perekonomian kota Makassar dan sekitarnya sertakebutuhan pengembangan pelabuhan Makassar dalam mendukungMP3EI Koridor Ekonomi Sulawesi.Metode analisis yang digunakan adalah analisis Location Quotient (LQ), analisis time series, analisis kebutuhan dan analisis AHP.Hasil kajian menunjukkan bahwasektor basis dengan nilai LQ > 1 yang ada di kawasan hinterland Pelabuhan Makassar, yaitu sektor pertanian, subsektor pertambangan bukan migas, listrik dan air bersih, sedangkan sektor non basis dengan nilai LQ < 1 pada kawasan hinterland Pelabuhan Makassar adalah sektor bangunan/konstruksi, subsektor  pertambangan minyak dan gas bumi, sektor kehutanan, Industri pengolahan, peternakan, sektor Perdagangan, Hotel & Restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan,  sehingga untuk memenuhi kebutuhannya di sektor tersebut masih dibutuhkan impor dari daerah lain. Kebutuhan pengembangan pelabuhan Makassar berdasarkan skenario moderat, pada tahun 2016 diproyeksikan BOR akan mencapai 60.94%, sehingga diperlukan penambahan dermaga sebanyak 1 unit dan penambahan Container Crane sebanyak 2 buah sehingga pada tahun 2019 jumlah peralatan yang ada berjumlah 7 unit CC,14 unit TT, dan 26 Headtruck. Prioritas utamapengembangan Pelabuhan Makasar adalah fasilitas pokok wilayah daratan dengan nilai 55%. Berdasarkan faktor Fasilitas pokok wilayah daratan, fasilitas yang menjadi prioritas utama adalah Lapangan penumpukan lini satu dengan nilai 65,5%dan prioritas kedua adalah dermaga dengan nilai 27% .


SENTRALISASI ◽  
2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Kalzum R Jumiyanti ◽  
Barmin R Yusuf

The objectives of this paper are to analyze economic growth through the GRDP (Gross Regional Domestic Product) figure which leaves a problem of regional disparity between districts/cities in Gorontalo Province and aims to identify potential sectors in districts/cities in Gorontalo. The analytical method used is location quotient, Klassen typology, Williamson analysis, and Gini ratio. The findings in this paper are where Gorontalo City is the center of economic activity, so it can be said that of the 17 (seventeen) Gorontalo provincial national income sectors, 15 (fifteen) of them are based sectors, 2 sectors are agriculture, forestry and the fisheries and mining and quarrying sector are not the basic sectors in Gorontalo City. Gorontalo City has 15 (fifteen) basic sectors, 3 (three) sectors that have the highest value for the base sector including the water supply sector, the sector of providing food and drinking accommodation, and the real estate sector. Another case with other districts that are hinterland areas for developed regions. High inequality in developed regions (Gorontalo City) and hinterland areas such as Gorontalo Regency, Bone Bolango Regency, North Gorontalo Regency, Boalemo Regency, and Pohuwato Regency are caused by backwash effects so that financially cannot focus on funding investment in its superior sectors. Leading sectors in Gorontalo Regency have 9 (nine) leading economic sectors, Bone Bolango Regency has 11 (eleven) leading economic sectors, North Gorontalo Regency has 6 (six) leading economic sectors, Boalemo Regency has 1 (one) leading economic sector and Regency Pohuwato has 6 (six) leading economic sectors.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 177-193
Author(s):  
Muhammad Mujib

Penelitian yang berjudul “Analisis Kebutuhan Investasi Sektor Potensial Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Lamongan Pada Tahun 2020” ini bertujuan untuk menjawab apa saja sektor ekonomi potensial di Kabupaten Lamongan dan berapa kebutuhan investasinya dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lamongan.Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Alat analisis yang digunakan yaitu Location Quotient (LQ) dan Icremental Capital Output Ratio (ICOR). Analisis LQ digunakan untuk menentukan sektor potensial dan ICOR digunakan untuk menentukan kebutuhan investasi dari setiap sektor. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil secara langsung dari website Badan Pusat Statistik (BPS).Hasil penelitian ini menyimpulkan terdapat delapan sektor unggulan yang ada di Kabupaten Lamongan yaitu (1) sektor pertanian, kehutanan, perikanan, (2) sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, (3) sektor konstruksi, (4) sektor informasi dan komunikasi, (5) sektor real estate, (6) sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, (7) sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, (8) sektor jasa lainnya.Hasil perhitungan ICOR dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan investasi untuk mendorong pertumbuhan output sebesar 1%. Kebutuhan investasi sektor potensial di Kabupaten Lamongan yaitu (1) sektor pertanian, kehutanan sebesar , perikanan sebsar 575,52 miliar, (2) sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 1,65 miliar, (3) sektor konstruksi sebsar 193,92 miliar, (4) sektor informasi dan komunikasi sebsar 86,80 miliar, (5) sektor real estate sebesar 22,59 miliar


2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 74-83
Author(s):  
Hendrixon Hatta

ABSTRAK Peningkatan daya saing ekonomi telah dilakukan oleh setiap daerah di Indonesia. Pemerintah daerah Provinsi Sumatera Selatan berusaha meningkatkan nilai produk domestik regional bruto (PDRB) pada setiap sektor lapangan usaha dan tahun fiskal sehingga prioritas sektor tersebut dapat dikelola pemerintah daerah untuk mencapai target peningkatan ekonomi. Pada studi ini, pemeringkatan sektor primer unggulan akan dilakukan sebagai masukan untuk kebijakan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Sektor-sektor unggulan harus dikembangkan di Sumatera Selatan dengan dukungan program setiap organisasi perangkat daerah. Kebijakan pemerintah Sumatera Selatan yang termasuk dalam program kegiatan organisasi perangkat daerah dilaksanakan dalam upaya mendukung dan mengembangkan sektor primer unggulan yaitu industri pertambangan dan penggalian dan sektor sekunder adalah real estate serta sektor tersier seperti penyediaan akomodasi dan makan minum yang dipilih dalam penelitian ini karena memberikan kontribusi pertumbuhan yang signifikan.   Kata kunci: Sektor Unggulan, PDRB, LQ, Shift-Share.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document