scholarly journals Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Stres pada Lansia Di RW 23 Kelurahan Melong

2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 123
Author(s):  
Khrisna Wisnusakti

Lanjut usia (lansia) di seluruh dunia diperkirakan mencapai 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun. Indonesia sebagai negara berkembang menempati urutan ke-4 dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Tujuan penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap tingkat stres pada lansia Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode kuisioner untuk mengetahui tingkat stres pada lansia dengan menggunakan Perceived Stress Scale (PSS 10). Skor PSS diperoleh dengan reversing responses (sebagai contoh 0=4,1=3, 2=2, 3=1, 4=0) terhadap empat soal yang bersifat positif (pertanyaan 4,5,7,8). Pada penelitian ini dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro Wilk dan diperoleh hasil bahwa Pvalue pre test dan post test (0,318 dan 0,824) >alpha 0,05. Hal ini menunjukan bahwa distribusi data normal sehingga analisis bivariat menggunakan t test dependen.

2021 ◽  
pp. 31-32
Author(s):  
Neha Farheen Mushtaq ◽  
Shiva Kumar B K. ◽  
Vinay HR. ◽  
Bramaramba D Honnugudi

Background: Medical students are facing huge challenge due to COVID-19 pandemic which has impacted their learning and has become vital stressor and affecting their psychological well-being. The objective of this study was to assess the perception of the stress among the undergraduate medical students and their coping strategies pre and post lockdown. Materials and Method: A cross-sectional study was conducted on 321 undergraduate medical students at Adichunchanagiri Institute of Medical Sciences, Mandya, Karnataka, India. This study was initiated after getting approval from the Institutional Ethical Committee. After obtaining consent the extent of the students stress was assessed using Perceived Stress Scale and Brief COPE was used to assess their coping strategies. Scores were analysed using paired t test in Microsoft excel/ SPSS software. Results: On paired 't' t test the mean difference in total score was 0.68 and the p value was 0.166 for scores of perceived stress scale, similarly the mean difference in scores of sub groups under coping strategies was 0.90 and 0.49 with 'p' value 0.173 and 0.498 respectively. Conclusion: Overall, there was not much of difference in scores of perceived stress scale and coping strategies before and after lockdown. Except for minor difference across age group and scores of specic coping strategies which was again not statistically signicant.


2017 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Dr. Seema Irshad

The present study was undertaken to investigate, (1) Is there any relationship between stress and alienation? (2) Is there any difference between orphans and normal with respect to stress? (3) Is there any difference among orphans and normal with respect to alienation? In addition to these main objectives of the present research are, (1) To find out any relationship between stress and alienation,  (2) To find out whether or not orphans and normal significantly differ with respect to stress, (3) To find out whether or not orphans and normal significantly differ with respect to alienation. In this study 40 subjects in each group were analysed which means that there are total 80 subjects in this study. Perceived Stress Scale (PSS, Cohen et. al., 1983) and Alienation Scale by R. V. Patil were used for the collection of data. In order to find out these objectives Pearson correlation and t-test was applied. The results indicated that stress and alienation are highly correlated with each other which means that when a person is under stressful condition they automatically get into alienated and vice versa. Results from t-test clearly show that orphans are higher in alienation and stress in comparison to normal.


2017 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Dr. Seema Irshad

The present study was undertaken to investigate, (1) Is there any relationship between stress and alienation? (2) Is there any difference between orphans and normal with respect to stress? (3) Is there any difference among orphans and normal with respect to alienation? In addition to these main objectives of the present research are, (1) To find out any relationship between stress and alienation,  (2) To find out whether or not orphans and normal significantly differ with respect to stress, (3) To find out whether or not orphans and normal significantly differ with respect to alienation. In this study 40 subjects in each group were analysed which means that there are total 80 subjects in this study. Perceived Stress Scale (PSS, Cohen et. al., 1983) and Alienation Scale by R. V. Patil were used for the collection of data. In order to find out these objectives Pearson correlation and t-test was applied. The results indicated that stress and alienation are highly correlated with each other which means that when a person is under stressful condition they automatically get into alienated and vice versa. Results from t-test clearly show that orphans are higher in alienation and stress in comparison to normal.


Author(s):  
Shishira Srinivasa ◽  
Vijayashree L.

This paper explores the connection between emotional understanding (EI) and Perceived stress among 40 men and 40 women students of management stream in a college. There are two hypothesis which are proved in this article. The Chadha Emotional Intelligence Test (EIT) and Perceived Stress Scale developed by Cohen, Kamarck and Mermelstein were used for the analysis. Fixed investigation has shown that EI is negatively correlated to Stress. T-test on the mean results showed no gender difference for EI and perceived position stress among students in management. The analysis underlines the significance of Emotional Intelligence for students in management.


2021 ◽  
Vol 13 (3) ◽  
pp. 519-528
Author(s):  
Mariana Isir ◽  
Adriana Egam ◽  
Alva Cherry Mustamu

Kehamilan adalah masa dengan tantangan biologis, psikologis dan sosial yang sangat besar. Ini juga bisa menjadi saat gangguan emosional dan psikologis saat menghadapi tuntutan barunya; Oleh karena itu, stres dan kecemasan sering terjadi selama kehamilan, terutama di kalangan remaja yang belum menikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediktor utama tingkat ketahanan kehamilan pada remaja yang mengalami kehamilan dini. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross-sectional pada 241 remaja hamil. Pengukuran Stres dan ketahanan yang dirasakan menggunakan Perceived Stress Scale, and Wagnild & Young Resilience  Scale. Uji Statistik menggunakan uji-t  test, korelasi Pearson, ANOVA dan regresi logistik. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat tiga variabel yang menjadi prediktor utama penyebab stres kehamilan  yaitu perasaan malu, penerimaan pasangan terhadap kehamilan,  dan keterlibatan orang tua dalam mengasuh anak dengan nilai signifikansi (0.03, 0.01, 0.01  p-value <0, 05). Perasaan malu, penerimaan pasangan terhadap kehamilan,  dan keterlibatan orang tua dalam mengasuh anak merupakan penyebab utama ketahanan kehamilan pada remaja yang mengalami kehamilan dini.  


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 154
Author(s):  
Tiara Diah Sosialita ◽  
Hamidah Hamidah

Abstrak. Penelitian ini merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian terdahulu, yaitu pemberian intervensi pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Pada penelitian ini intervensi dilakukan terhadap caregiver yang menjadi keluarga penderita penyakit kronis tersebut, sebagai solusi atas umpan balik dari keluarga dan tenaga kesehatan bahwa stres juga dialami oleh caregiver. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi fenomena stres yang dialami oleh caregiver penyakit kronis yang kondisinya pun rentan mengalami stres, akan tetapi tetap dituntut untuk berperan optimal dalam merawat anggota keluarganya. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah menguji efektivitas manajemen stres untuk menurunkan tingkat stres pada caregiver penyakit kronis dengan menggunakan desain eksperimen one group pretest-posttest design pada 20 orang caregiver. Instrumen pengambilan data menggunakan kuesioner skala Perceived Stress Scale (PSS) dari Cohen. Analisis data menggunakan paired sample t-test dengan software SPSS 20 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat stres sebelum dan sesudah pemberian intervensi manajemen stres. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa manajemen stres yang diberikan efektif untuk menurunkan stres pada caregiver penyakit kronis. Kata kunci: Caregiver; manajemen stres; penyakit kronis


PSYCHE 165 ◽  
2021 ◽  
pp. 284-289
Author(s):  
Darsyam Wiradi ◽  
Alfi Purnamasari

Tujuan terapi kelompok dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh teknik self instruction untuk menurunkan stres pada remaja di wilayah Puskesmas Gondomanan. Subjek dalam penelitian yaitu enam orang remaja yang mengalami stres dalam kategori sedang dan berat. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, forum group discussion, serta secara kuantitatif dengan melakukan pre test menggunakan perceived stress scale. Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif berdasarkan hasil proses terapi yang dilakukan dan kuantitatif dengan melakukan post test. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan stres baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil kualitatif menunjukkan bahwa subjek penelitian mampu mengenali emosi positif, merasa lebih tenang, tentram, dan bisa mengalihkan pikiran negatif menjadi positif, sedangkan hasil kuantitatif menunjukkan nilai z = -2,203 dengan signifikansi 0,043 (p<0,05) yang artinya ada perbedaan pada skor tingkat stres sebelum terapi dan setelah terapi.  Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terapi kelompok dengan teknik self instruction dapat menurunkan tingkat stres pada remaja di wilayah Puskesmas Gondomanan.


2021 ◽  
pp. 393
Author(s):  
Pamela Hendra Heng ◽  
Jessica Chandhika ◽  
Nurhayati Silalahi

The COVID-19 pandemic has brought many changes to the world of education, including among teachers of Children with Special Needs (ABK). In addition to the fear of the spread of COVID-19 which is increasing every day, ABK teachers are faced with conditions that force them to make difficult adjustments. Most teachers with special needs complain that there are many challenges, namely the lack of training and application of online learning, especially during teaching where the teacher communicates with hand and mouth movements, often the movements are late in the video so that the special needs children often misunderstand which can lead to difficulties in teaching. In addition, the daily activities of teachers also face a big challenge in doing work from home with limited or inadequate facilities and distractions of family members who are around them. This creates potential stress for ABK teachers. For this reason, stress management and time management are an effort of the Tarumanagara University Community Service (PKM) team given to ABK teachers. The targets of this PKM are ABK teachers from five special schools (SLB), namely SLB A in Yogyakarta, SLB B in Ambon, SLB C in Batu Bara, SLB D in Batam, and SLB E in East Kalimantan. During the implementation of psychoeducation, the pre-test and post-test methods were given to 24 ABK teachers. The measuring instrument used in the test is The Perceived Stress Scale (PSS), 10 items made by Sheldon Cohen (1983) and the time management measurement tool is the Time Management Questionnaire (TMQ), 11 items made by Britton and Tesser (1991). The results show that the stress level of ABK teachers is at a low level, while time management is at a high level. Furthermore, there was an increase in the stress level of ABK teachers and there was a decrease in the level of time management of ABK teachers during the pre-test and post-test.Pandemi COVID-19 membawa banyak perubahan terhadap dunia pendidikan, termasuk di kalangan guru Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Di samping ketakutan akan penularan COVID-19 yang meningkat setiap hari, para guru ABK dihadapkan dengan kondisi yang memaksa mereka untuk melakukan penyesuaian yang tidak mudah. Kebanyakan guru ABK mengeluh banyak tantangan yakni kurang pelatihan dan penerapan pembelajaran online,khusus pada saat pengajaran berlangsung dimana guru berkomunikasi dengan gerakan tangan dan mulut, sering gerakannya terlambat dalam video sehingga ABK sering salah mengerti yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam mengajar. Selain itu aktivitas para guru sehari-hari juga mendapat tantangan yang besar melakukan work from home dengan fasilitas yang terbatas atau kurang memadai, dan distraksi anggota keluarga yang berada di sekitarnya. Hal ini menimbulkan potensi stres terhadap guru ABK. Untuk itu, manajemen stres dan manajemen waktu menjadi sebuah upaya tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Tarumanagara yang diberikan kepada para guru ABK. Target sasaran PKM ini adalah guru ABK yang berasal dari lima Sekolah Luar Biasa (SLB) yaitu SLB A di Yogyakarta, SLB B di Ambon, SLB C di Batu Bara, SLB D di Batam, dan SLB E di Kalimantan Timur. Saat pelaksanaan psikoedukasi, metode pre-test dan post-test diberikan kepada 24 guru ABK. Alat ukur yang dipakai pada test tersebut adalah The Perceived Stress Scale (PSS), 10 butir yang dibuat oleh Sheldon Cohen (1983) dan  alat ukur manajemen waktu adalah Time Management Questionnaire (TMQ), 11 butir yang dibuat Britton dan Tesser (1991). Hasil menunjukan stres yang dimiliki guru ABK berada pada tingkat rendah, sementara manajemen waktu berada pada tingkat yang tinggi. Selanjutnya, terdapat peningkatan pada tingkat stres guru ABK dan terdapat penurunan pada tingkat manajemen waktu guru ABK selama pre tes dan pos tes.


2021 ◽  
Vol 6 (10) ◽  
pp. 15-24
Author(s):  
Abdul Rashid Abdul Aziz ◽  
Nathratul Ayeshah Zulkifli ◽  
Mohd Zaini Othman ◽  
Nurun Najihah Musa

Pandemik Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang melanda Malaysia dan seluruh dunia telah memberikan pelbagai implikasi yang sangat besar terutamanya dalam aspek kesihatan mental. Golongan pelajar merupakan golongan yang berisiko mengalami tekanan akibat norma baharu yang wujud susulan pandemik ini. Justeru, kajian ini bertujuan untuk mengenal pasti tahap tekanan pelajar dan mengenal pasti pengaruh jantina dalam menentukan tahap tekanan pelajar. Kajian ini adalah kajian kuantitatif yang menggunakan reka bentuk tinjauan. Seramai 400 orang pelajar dari sebuah institusi pengajian tinggi di Malaysia dipilih melalui kaedah persampelan rawak mudah. Soal selidik Perceived Stress Scale (PSS) yang dialih bahasa telah digunakan. Analisis statistik deskriptif dalam bentuk peratus kekerapan dan ujian t-test dijalankan melalui perisian Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) Versi 26. Kajian mendapati bahawa seramai 340 pelajar (85%) mengalami tekanan pada tahap sederhana. Selain itu, tidak terdapat perbezaan antara jantina lelaki dan perempuan dalam menentukan tahap tekanan pelajar. Konklusinya, kajian ini amatlah signifikan dalam mengetahui tahap tekanan pelajar semasa pandemik ini. Ia boleh dijadikan sebagai garis panduan terutamanya kepada institusi pendidikan dalam mengatur strategi bagi membantu dalam meningkatkan dan mengekalkan kegembiraan pelajar.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document