scholarly journals Etika Penerapan Bahasa Indonesia dalam Bidang Bisnis (Perdagangan) di SMP Negeri 17 Depok

2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 40-46
Author(s):  
Aster Pujaning Ati ◽  
Rully Noor Oktaviana ◽  
Nur Sodik

Salah satu dasar penerapan pengembangan bahasa Indonesia dalam kurikulum pendidikan nasional adalah karena adanya keberagaman budaya dan bahasa yang ada di masyarakat di setiap daerah.Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang terdiri dari pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi eknomi adalah objek yang akan dijadikan lokasi pelaksanaan pengabdian terhadap masyarakat. Mengingat pentingnya pelajaran IPS materi ekonomi yang akhir-akhir ini menjadi sorotan dalam praktek berwirausaha sejak dini, maka kiranya praktek istilah bahasa dalam dunia bisnis/perdagangan sangat dibutuhkan.The 1st Education and Language International Conference Proceedings Center for International Language Development of Unissula.Memaparkan bahwa dengan diterapkannya MEA, arus produk ekonomis, informasi, dan perdagangan akan masuk dengan cepat tiada batas. Bahasa Indonesia sebagai bahasa perdagangan harus bersifat persuasif dimana bisa mempengaruhi dan mengajak orang lain untuk membeli produk barang dan jasa yang ditawarkan. Bahasa Indonesia harus mempunyai nilai jual sehingga masyarakat tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan. Kata kunci : PKM Etika Penerapan Bahasa Indonesia, Bidang Bisnis (Perdagangan).

2019 ◽  
Author(s):  
Dian Ningsih

ABSTRAKBahasa adalah salah satu alat yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi. Bahasa selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Bahasa merupakan salah satu kekhasan yang dimiliki oleh suatu negara dan untuk mencerminkan negara tersebut. Pada era globalisasi seperti saat ini informasi mudah sekali diakses terutama pada media online. Banyak informasi-informasi dari luar yang masuk ke negara menggunakan bahasa asing terutama di Indonesia. Bahasa asing yang kebanyakan digunakan yaitu Bahasa Inggris. Karena Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional, sehingga mempunyai peran penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun ada bahasa internasional tetapi sebagai warga negara seharusnya tetap mempertahankan dan mengembangkan bahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia merupakan ciri khas dari negara Indonesia. Bahasa Inggris memang bahasa internasional yang harus dipelajari. Tetapi bukan berarti melupakan bahasa Indonesia yang menjadi ciri khas dan alat pemersatu bangsa. Ilmu pengetahuan yang ada bisa dikembangkan dengan bahasa Indonesia, karena tidak semua masyarakat mengetahui bahasa Inggris. Hal tersebut bisa membantu memudahkan masyarakat dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan sebagai usaha untuk melestarikan bahasa Indonesia.Kata Kunci: Bahasa Indonesia; Era Global; Ilmu PengetahuanABSTRACTLanguage is one of the tools used to communicate with the community. Always have a language development from time to time. Language is one of the peculiarities that are owned by a State and to reflect the country. In the current era of globalization such information easily accessible especially in online media. A lot of information from outside the country to use foreign languages especially in Indonesia. The foreign language most used Language, namely United Kingdom. Because the language of the United Kingdom is the international language, so it has an important role in science and technology. Although there are international language but as citizens should maintain and develop the languages of Indonesia. Because the language of Indonesia is typical of the State of Indonesia. The language of the United Kingdom is indeed an international language should be learned. But that does not mean forgetting the Indonesia language that characterizes and unifying the nation. Existing knowledge can be developed with the language of Indonesia, because not all people know the language of the United Kingdom. It can help facilitate the community in learning science and as an effort to preserve the language of Indonesia.Keywords: Indonesian Languag; Global Era; Science


Metahumaniora ◽  
2018 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 281
Author(s):  
Muhamad Adji

AbstrakProgram BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) memberikan kesempatanpada orang asing untuk mempelajari bahasa Indonesia sebagai pintu gerbang untukmengenal Indonesia lebih dalam lagi. Dengan semakin banyaknya orang asingmengunakan bahasa Indonesia, semakin terbuka kesempatan bagi bahasa Indonesiauntuk menjadi bahasa internasional. Hal itu dapat dilakukan melalui strategi kebudayaan.Strategi kebudayaan yang dapat dilakukan dalam mengenalkan Indonesia dalampembelajaran BIPA adalah melalui pengenalan budaya lokal yang menjadi ujung tombakdari kebudayaan Indonesia. Kebudayaan lokal yang hidup dalam masyarakat setempatmemberi kesempatan bagi orang asing untuk melihat dan memahami kekayaan budayaIndonesia yang beragam. Tulisan ini bertujuan mengetahui pengetahuan dasar mahasiswaasing terhadap budaya Sunda dan bagaimana respon mereka dengan dijadikannya budayaSunda sebagai bagian dari pembelajaran BIPA. Penelitian ini merupakan penelitiandeskriptif dengan pemerolehan data melalui kuesioner dan referensi kepustakaan. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pengenalan aspak-aspek budaya lokal, dalam hal inibudaya Sunda, dalam pengajaran BIPA merupakan kebutuhan utama bagi orang asingagar dapat bertahan hidup dan beradaptasi dalam lingkungan sosial budaya tempatmereka hidup serta membangun kesalingpengertian dalam hubungan lintas budaya. Olehkarena itu, hal-hal yang penting bagi orang asing adalah budaya lokal yang dirasakanlangsung dalam kehidupan keseharian mereka di Indonesia.Kata kunci: budaya Sunda, pengajaran BIPA, respon, orang asing, lintas budayaAbstractThe BIPA program (Indonesian for Foreign Speakers) provides an opportunity forforeigners to learn Indonesian as a gateway to know Indonesia more comprehensively. With theincreasing number of foreigners using Indonesian language, the more open the opportunity forIndonesian language to become an international language. This can be done through a culturalstrategy. The cultural strategy that can be done in introducing Indonesia in BIPA learning isthrough the introduction of local culture that is the spearhead of Indonesian culture. Local culture hat lives in local communities provides opportunities for foreigners to see and understand Indonesia’s diverse cultural richness. This paper aims to find out the basic knowledge of foreign students towards Sundanese culture and how they respond to the use of Sundanese culture as part of BIPA learning. This research is a descriptive study by obtaining data through questionnaires and literature references. The results show that the introduction of aspects of local culture, in this case Sundanese culture, in the teaching of BIPA is a major need for foreigners to survive and adapt in the socio-cultural environment in which they live and build understanding in cross-cultural relations. Therefore, the things that are important for foreigners are the local culture that is directly affected in their daily lives in Indonesia.Keywords: Sundanese culture, BIPA teaching, response, foreigners, cross-cultural


Author(s):  
Camilla Groth ◽  
Tina Westerlund ◽  
Gunnar Almevik

The papers appearing in this issue comprise the proceedings of the 1st Biennial International Conference for the Craft Sciences, held online during 4–6 May 2021, initiated by the Craft Laboratory, affiliated at the Department of Conservation, University of Gothenburg, Sweden. The Craft Laboratory was established in 2010 in cooperation with heritage organisations, craft enterprises and trade organisations, to empower craftspeople in the complex processes of making. The comprehensive agenda is to bring research into practice and involve craftspeople in the processes of inquiry. Among the operational tools are Master Classes provided for highly trained professional craftspeople in particular skills. Craft Scholarships are offered to craftspeople to investigate a problem or question in their practice, or develop ideas to improve methods or techniques. The site-specific workshop capacity in Mariestad allows craft researchers to implement research questions in practice and to perform full-scale tests in our masonry, carpentry and painting workshops, as well as in the timber building yard, greenhouses and gardens.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
I Putu Andre Suhardiana

<p>Language is a developmental aspect which is important to be stimulated from an early age. Language development in children has a dynamic rhythm. There is numerous speech that seems common and consistent in the language of children. Fortunately, this phenomenon does not automatically close the gaps of diversity in the children’s classes. Thus, the method of developing language skills especially English in children must be based on awareness of their own level of development. In developing language skills, the mastery of vocabulary by children determines the dominant ability to communicate, so this should be given special attention by educators. Answering the challenge of mastering the English vocabulary in early childhood, this paper explores in depth about the Talking Stick Learning Model which tends to be reserved for children at a relatively early age. Their first interaction with English will in some way affect their wishes ahead to learn more about this International language. Talking Stick Learning Model projects teachers not to dominate the learning process. This method of learning requires the help of a stick and for the child holding the stick, in turn, must answer the questions of the teacher that have thoroughly studied a discussion. In addition to training children to speak, this model will create a fun atmosphere for learning and train students to participate actively and creatively.<br /> <br />Keywords: Talking Stick Learning Model, English Vocabulary, Early Childhood<br />Abstrak<br />Bahasa adalah aspek perkembangan yang penting untuk distimulus sejak usia dini. Perkembangan bahasa pada anak memiliki irama yang dinamis. Terdapat ujaran yang terkesan umum dan konsisten pada bahasa anak-anak. Untungnya, fenomena ini tidak secara otomatis menutup celah-celah munculnya keberagaman pada kelas-kelas anak. Dengan demikian, metode dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, terlebih bahasa Inggris, pada anak mesti didasarkan atas kesadaran mengenai tingkat perkembangan mereka masing-masing. Dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, penguasaan kosakata oleh anak menentukan secara dominan kemampuannya dalam berkomunikasi, sehingga hal ini sebaiknya diberikan atensi khusus oleh pendidik. Menjawab tantangan penguasaan kosakata bahasa Inggris pada anak usia dini, tulisan ini mengupas secara mendalam tentang Model Pembelajaran Talking Stick yang cenderung diperuntukkan bagi anak-anak pada usia relatif dini. Interaksi pertama mereka dengan bahasa Inggris akan sedikit banyak mempengaruhi keinginan mereka ke depan mempelajari lebih jauh bahasa Internasional ini. Model Pembelajaran Talking Stick memproyeksikan guru untuk tidak mendominasi proses pembelajaran. Bantuan tongkat diperlukan dalam metode pembelajaran ini dan bagi anak yang memegang tongkat pada gilirannya mesti menjawab pertanyaan dari guru setelah tuntas mempelajari suatu bahasan. Di samping melatih anak berbicara, model ini akan menciptakan suasana menyenangkan dalam pembelajaran serta melatih siswa untuk berpartisipasi aktif serta kreatif.</p><p>Kata Kunci: Model Pembelajaran Talking Stick, English Vocabulary, Anak Usia Dini</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document