HUBUNGAN FAKTOR PEKERJAAN DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA DI PT. SULTRATUNA SAMUDRA KENDARI TAHUN 2020

Author(s):  
Fitra Yulia Ningshi ◽  
Suhadi Suhadi ◽  
Jumakil Jumakil

 Stres kerja merupakan gangguan fisik serta emosional pekerja yang diakibatkan oleh banyaknya jumlah beban kerja yang harus diselesaikan oleh para pekerja dan menghasilkan tingkat kelelahan karena mengejartargetproduksi yang akan di pasarkan, sehingga memicu terjadinya stres kerja. Serta ketidakpastian pekerjaan yang dimiliki dapat menyebabkan stres kerja karena sebagian besar dari pekerja merupakan pekerja harian yang tidak terikat oleh kontrak kerja sehingga berpeluang untuk kehilangan pekerjaannya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan faktor pekerjaan dengan stres kerja pada pekerja di PT. Sultratuna Samudra Kendari tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study. Sampel pada penelitian ini sebanyak 72 orang dengan tehnik menggunakan probability sampling. Analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketidakpastian pekerjaan dengan stres kerja di PT. Sultratuna Samudra Kendari (p value = 0.003) dan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah beban kerja dengan stres kerja di PT. Sultratuna Samudra Kendari (p value = 0,893). Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan ketidakpastian pekerjaan dengan stres kerja pada pekerja di PT. Sultratuna Samudra Kendari dantidak terdapat hubungan antara jumlah beban kerja dengan stres kerja pada pekerja di PT. Sultratuna Samudra kendari

2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 24-30
Author(s):  
Siprianus Abdu ◽  
Jenita Laurensia Saranga' ◽  
Venny Sulu ◽  
Rista Wahyuni

Gadget merupakan barang canggih yang hampir semua orang dapat memilikinya. Gadget yang disertai berbagai macam aplikasi memberikan kemudahan mengakses berbagai hal seperti media berita, jejaring sosial, musik, bermain games, internet, foto-foto, menonton video dan masih banyak lagi yang lainnya. Penggunaan gadget di kalangan mahasiswa menjadi hal biasa, karena hampir semua kebutuhan perkuliahan dapat diakses melalui gadget. Dengan gadget mahasiswa dengan mudah mengakses literatur pengetahuan, musik, bermain games, internet, foto-foto, menonton video, transaksi perkuliahan dan lain-lain. Semua kemudahan tersebut tidak berarti tanpa masalah. Selain hal positif penggunaan gadget dapat berdampak negatif, misalnya penurunan ketajaman penglihatan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak penggunaan gadget terhadap penurunan ketajaman penglihatan. Jenis penelitian adalah kuantitatif observasional analitik dengan desain cross sectional study. Populasi pada penelitian adalah mahasiswa, pengambilan sampel menggunakan teknik Non-Probability Sampling dengan pendekatan Accidental Sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel independen penggunaan gadget adalah kuesioner sedangkan variabel dependen ketajaman penglihatan menggunakan snellen chart. Pengumpulan data memperhatikan etika penelitian seperti informed consent, anonimity dan confidentiality. Jenis data adalah data primer, data sekunder dan data tersier. Data diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi 21.0 dengan proses editing, coding, processing dan cleaning. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan Uji Statistik Chi Square dengan tingkat signifikansi ?=0,05. Hasil Uji Statistik Chi Square diperoleh p value untuk mata kanan dan kiri masing-masing pkanan = 0,647 dan pkiri = 0,462. Kesimpulannya bahwa penggunaan gadget tidak berdampak signifikan terhadap penurunan ketajaman penglihatan baik pada mata kanan maupun mata kiri.


2020 ◽  
pp. 111-120
Author(s):  
Hasmi Rahmah ◽  
A. Rizki Amelia ◽  
Wardiah Hamzah

Berdasarkan data Dinas kesehatan Kota Makassar hanya terdapat 6 Puskesmas yang telah melakukan pelayanan kesehatan peduli remaja, Untuk capaian program pada Tahun 2018 cakupan kunjungan remaja ke Puskesmas baru mencapai 25,53%, sedangkan target Nasional sebesar 70%. SMA Muhammadiyah 7 Makassar merupakan Wilayah Kerja Puskesmas Rappokalling Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional study. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di SMA Muhammadiyah 7 Makassar berjumlah 206 orang, penarikan sampel dari populasi ini menggunakan tehnik sampel acak (probability sampling) di dapatkan 134 sampel. Hasil analisis uji chi-square dengan α=0,05 menunjukkan nilai p-value untuk pengetahuan remaja sebesar p=0,959, motivasi remaja sebesar p=0,000, dukungan keluarga/orangtua sebesar p=0,014, dukungan petugas kesehatan sebesar p=0,000, aksesibilitas remaja sebesar p=0,797 dengan pemanfaatan (PKPR) oleh Remaja di SMA Muhammadiyah 7 Makassar Wilayah Kerja Puskesmas Rappokalling Kota Makassar Tahun 2020. Kesimpulannya adalah tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan PKPR, ada hubungan antara motivasi dengan pemanfaatan PKPR, ada hubungan antara dukungan keluarga/orangtua dengan pemanfaatan PKPR, ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemanfaatan PKPR, dan tidak ada hubungan antara aksesibilitas dengan pemanfaatan PKPR.


2020 ◽  
pp. 148-156
Author(s):  
Andi Nur Azizah ◽  
Ella Andayanie

Berdasarkan data yang didapatkan  pada saat observasi dan pengambilan data awal terdapat data pada tahun 2019 terkait pasien safety di RSUD Lamadukelleng Sengkang, dalam penerapan patient safety sudah terlaksana dengan baik tetapi masih ada indikator yang masih kurrang dalam penerapannya seperti pada pelaksanaan kepatuhan S-BAR dan TBAK pada Rekam Medis didapatkan data 52,23% dan yang tidak melakukan 47,77%. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional study. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan sasaran penerapan patient safety pada perawat diruang rawat inap RSUD Lamadukelleng Sengkang. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang ada diruang rawat inap berjumlah 116 orang, penarikan sampel dari populasi ini menggunakan tehnik non probability sampling di dapatkan dari rumus Slovin 90 sampel, tehnik analisis data yaitu analisis univariat dan bivariat. Hasil analisis uji chi-square dengan α=0,05 menunjukkan bahwa nilai p-value untuk pengetahuan perawat p=0,181, sikap perawat p=1.000, fasilitas p=0,382 terhadapan  penerapan sasaran patient safety. Kesimpulannya adalah tidak ada hubungan antara pengetahuan ,sikap dan fasilitas terhadap penerasapn sasaran patiet safety . sarannya adalah perawat perlu memerhatikan setiap indikator sasaran patient safety dalam penerapannya, dan perawat lebih berhati-hati dalam penanganan pasien sehingga tidak terjadi kesalahan yang berakibatkan risiko.


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Entia Nopa ◽  
Ranissa Dwi Imansari ◽  
Irwandi Rachman

Faktor Risiko Kejadian Penyakit Kulit Pada Pekerja Pengangkut Sampah Di Kota Jambi 1Entianopa, 2Ranissa Dwi Imansari, 3Irwandi Rachman       123Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu, Jambi   Abstrak Latar Belakang: Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-otot dan organ-organ dalam serta merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak berujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit yang salah satunya adalah penyakit kulit. Penyakit kulit merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami oleh pekerja pengangkut sampah. Berdasarkan komposisi sampah yang diangkut serta waktu paparan kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara masa kerja, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), dan personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah di Kota Jambi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel penelitian yaitu sebanyak 62 pekerja pengangkut sampah yang berada di Kantor Pekerjaan Umum dan Penata Ruang, yang mana seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan kesehatan oleh dokter dan dengan kuesioner, kemudian dianalisa menggunakan uji statistik chi-square. Hasil: Hasil menunjukan bahwa pekerja yang mengalami penyakit kulit sebanyak 35 pekerja (56,5%). Berdasarkan hasil analisis chi-square didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah dimana nilai (p-value= 0,006), Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) nilai (p-value= 0,008), personal hygiene nilai (p-value= 0,008). Kesimpulan: Untuk meminimalisir risiko terjadinya penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah disarankan perlunya disusun standar operasional prosedur yang aman, penyediaan sarana sanitasi agar dapat mengurangi resiko terkena penyakit kulit. Pentingnya pemakaian APD dan perilaku hidup bersih dan sehat selama bekerja, serta diharapkan pekerja menggunakan APD pada saat bekerja dan lebih memperhatikan personal hygiene.   Kata kunci      : Masa Kerja, APD, Personal Hygiene


2019 ◽  
Author(s):  
Stephen Banda

BACKGROUND Occupational conditions are deadly health hazards especially where dust exposure is inevitable causing chronic disabilities, impaired respiratory function and ultimately leading to death if no intensive measures are put in place. Unhealthy practices and negative attitudes rise in the number of cases of pneumoconiosis due to poor health education and awareness strategies. Pneumoconiosis is not only a health problem but also a social and economic burden on the livelihood of people living in mining areas around the globe. OBJECTIVE to assess knowledge, attitude and practices of miners and post-occupational miners towards pneumoconiosis in Wusakile Township, Kitwe, Zambia. METHODS A cross-sectional study was employed to conduct a research in Wusakile Township and a questionnaire was customized in order to syphon data relevant to the study as well to be brief. The study was conducted among 73 participants who were randomly selected among miners and post-occupational miners and all satisfied the inclusion criteria. Both quantitative and qualitative methods were used to collect data. The data was entered and analysed using IBM SPSS software version 23. RESULTS Among 73 participants interviewed, 33.99% of participants had poor knowledge on the complications of pneumoconiosis. However, despite this poor knowledge, all participants had an idea about pneumoconiosis particularly silicosis. 13.70% of the respondents had bad practices towards pneumoconiosis while 86.30% had some good practices towards pneumoconiosis. Of the total participants, 19.18% of the participants had a negative attitude towards pneumoconiosis. Correlation between the level of education and practices of participants using Pearson Chi-Square, a p value of 0.021 (significant) was found ruling out the null hypothesis. CONCLUSIONS Information about pneumoconiosis and awareness programs towards pneumoconiosis are not widely disseminated among miners and post-occupational miners. There is still a significant number of participants who need to be educated more about pneumoconiosis and its complications so that attitude and practices are improved and also promote full community participation by involving competent health professionals to help in implementing preventive measures.


2021 ◽  
Vol 2 (01) ◽  
pp. 41-50
Author(s):  
Nurasisa Lestari ◽  
Eva Novawaty ◽  
Muh. Fajrin Wijaya ◽  
St. Fadhillah Oemar Mattalitti ◽  
Lilies Anggarwati Astuti ◽  
...  

Pendahuluan : Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi oleh bibir, pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan gerakan lidah dan rahang bawah. Berbagai macam cara dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi silang antara lain dengan pemakaian proteksi diri yaitu masker, kacamata pelindung, sarung tangan, baju praktek, maupun penutup rambut dan kebersihan lingkungan tempat kerja yang meliputi cara pembersihan alat dan lingkungan. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan terhadap tindakan kontrol infeksi pada pasien pencabutan gigi. Bahan dan Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian bersifat observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan Fakultas Kedokteran Gigi UMI di RSIGM YW-UMI Makassar. Hasil: Sebagai mahasiswa kepaniteraan diketahui terdapat 5,71% dengan pengetahuan yang cukup, dan diketetahui terdapat 94,29% dengan pengetahuan baik. Sedangkan untuk tindakan kontrol infeksi mahasiswa kepaniteraan diketahui terdapat 65,71% dengan tindakan yang cukup dan diketahui terdapat 34,29% dengan tindakan yang baik. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji statistic chi-square diperoleh p-value sebesar 0,044. Karena p-value < alpha (0,05). Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan mahasiswa kepaniteraan tentang kontrol infeksi dengan tindakan kontrol infeksi pada pasien pencabutan gigi


2019 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 38-45
Author(s):  
Helena Wadja ◽  
Hamidah Rahman ◽  
Nani Supriyatni

Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia pada abad ke-21. Jumlah penderita DM mencapai 422 juta orang di dunia pada tahun 2014. Sebagian besar dari penderita tersebut berada di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki jumlah penderita yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, tingkat stres, dan durasi tidur terhadap kejadian Diabetes Mellitus. Metode penelitian dengan menggunakan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah  pasien yang datang memeriksakan kadar gula darah di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun 2018. Jumlah sampel 95 orang yang diambil dengan cara accidental sampling. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus adalah tingkat stres dengan p-value = 0,037 ( <0,1 ) dan durasi tidur dengan p-value = 0,025 ( <0,1 ), sedangkan yang tidak berhubungan adalah tingkat pengetahuan dengan p-value = 0,709 ( >0,1 ). Oleh karena itu, disarankan kepada petugas kesehatan lebih meningkkatkan lagi  informasi kepada masyarakat tentang penyakit Diabetes Mellitus, agar masyarakat lebih tahu tentang penyakit Diabetes Mellitus.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 37-44
Author(s):  
Rahma Yusnita ◽  
Mohamad Huri ◽  
Arvia Arvia

Latar belakang: Proses menua dan bertambahnya usia menjadi lebih tua menyebabkan terjadinya penurunan fisik dan psikologis. Penurunan fisik berdampak pada fungsi kognitif lansia yang berdampak pada meningkatkan tingkat depresi pada lansia. Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Bina Lanjut Usia Sentani Kabupaten Jayapura. Metode penelitian: Jenis penelitian desktriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study yang berlokasi di Panti Bina Lanjut Usia Sentani yang dilaksanakan pada tanggal 17 Mei sampai dengan 12 Juli 2018. sampel dalam penelitian ini adalah lansia sebanyak 49 orang responden. Data diperoleh menggunakan kuesioner MMSE dan kuesioner GDS yang dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian: Secara umum lansia mengalami gangguan fungsi kognitif sebesar 42,9%, kemungkinan kognitif terganggu sebesar 42,9% dan fungsi kognitif normal sebesar 14,3%. Tingkat depresi lansia tertinggi mengalami depresi ringan sebesar 57,1%, depresi sedang sebesar 24,5%, depresi berat sebesar 10,2% dan sedikit yang tidak depresi sebesar 8,2%. Hasil uji statistik antara fungsi kognitif lansia dengan tingkat depresi diperoleh p value = 0,028 < 0,05. Kesimpulan: Ada hubungan antara fungsi kognitif lansia dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Bina Lanjut Usia Sentani Kabupaten Jayapura. Saran: Untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia, bisa dilakukan dengan banyak membaca serta melakukan kegiatan yang dapat mencegah terjadinya depresi, juga adanya dukungan yang kuat dari perawat, pengelola panti serta keluarga.


Author(s):  
Bambang Irawan ◽  
Erizal

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organisation (WHO) berupaya agar pelayanan kesehatan di dunia ini dapat memberikan suatu sistem pelayanan yang baik untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diberbagai belahan dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dan fasilitas dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kota Langsa tahun 2019. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 responden yang merupakan pasien rawat inap. Data dianalisa secara univarat dan bivariat menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian diperoleh ada hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kota Langsa tahun 2019 dengan nilai p-value (0,007) dan ada hubungan fasilitas dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kota Langsa tahun 2019 dengan nilai p-value (0,030).


2020 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
Author(s):  
Thomas Kiggundu ◽  
Robert Kalyesubula ◽  
Irene Andia-Biraro ◽  
Gyaviira Makanga ◽  
Pauline Byakika-Kibwika

Abstract Background HIV infection affects multiple organs and the kidney is a common target making renal disease, one of the recognized complications. Microalbuminuria represents an early, important marker of kidney damage in several populations including HIV-infected antiretroviral therapy (ART) naïve patients. Early detection of microalbuminuria is critical to slowing down progression to chronic kidney disease (CKD) in HIV-infected patients, however, the burden of microalbuminuria in HIV-infected antiretroviral therapy (ART) naïve patients in Uganda is unclear. Methods A cross-sectional study was conducted in the Mulago Immune suppression syndrome (ISS) clinic among adult HIV − infected ART naïve outpatients. Data on patient demographics, medical history was collected. Physical examination was performed to assess body mass index (BMI) and hypertension. A single spot morning urine sample from each participant was analysed for microalbuminuria using spectrophotometry and colorimetry. Microalbuminuria was defined by a urine albumin creatinine ratio (UACR) 30-299 mg/g and macroalbuminuria by a UACR > 300 mg/g. To assess the factors associated with microalbuminuria, chi-square, Fisher’s exact test, quantile regression and logistic regression were used. Results A total of 185 adult participants were consecutively enrolled with median age and CD4+ counts of 33(IQR = 28–40) years and 428 (IQR = 145–689) cells/μL respectively. The prevalence of microalbuminuria was 18.9% (95% CI, 14–25%). None of the participants had macroalbuminuria. CD4+ count <350cells/μL was associated with increased risk of microalbuminuria (OR: 0.27, 95% CI: 0.12–0.59), P value = 0.001). Diabetes mellitus, hypertension, smoking, alcohol intake were not found to be significantly associated with microalbuminuria. Conclusion Microalbuminuria was highly prevalent in adult HIV − infected ART naive patients especially those with low CD4+ count. There is need to study the effect of ART on microalbuminuria in adult HIV − infected patients.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document