scholarly journals Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Mellitus di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun 2018

2019 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 38-45
Author(s):  
Helena Wadja ◽  
Hamidah Rahman ◽  
Nani Supriyatni

Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia pada abad ke-21. Jumlah penderita DM mencapai 422 juta orang di dunia pada tahun 2014. Sebagian besar dari penderita tersebut berada di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki jumlah penderita yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, tingkat stres, dan durasi tidur terhadap kejadian Diabetes Mellitus. Metode penelitian dengan menggunakan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah  pasien yang datang memeriksakan kadar gula darah di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun 2018. Jumlah sampel 95 orang yang diambil dengan cara accidental sampling. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus adalah tingkat stres dengan p-value = 0,037 ( <0,1 ) dan durasi tidur dengan p-value = 0,025 ( <0,1 ), sedangkan yang tidak berhubungan adalah tingkat pengetahuan dengan p-value = 0,709 ( >0,1 ). Oleh karena itu, disarankan kepada petugas kesehatan lebih meningkkatkan lagi  informasi kepada masyarakat tentang penyakit Diabetes Mellitus, agar masyarakat lebih tahu tentang penyakit Diabetes Mellitus.

2021 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
Author(s):  
Weny Amelia ◽  
Fitria Alisa ◽  
Lola Despitasari

Pasien Diabetes Mellitus (DM) termasuk kelompok rentan terhadap infeksi bakteri dan virus karena kondisi hiperglimia yang dialaminya. Kondisi pandemi COVID-19 merupakan kondisi yang mengancam bagi penderita DM sebagai kelompok rentan. Penerapan diet merupakan salah satu komponen utama dalam keberhasilan penatalaksanaan diabetes, akan tetapi sering kali menjadi kendala dalam pelayanan diabetes karena dibutuhkan kepatuhan. Kepatuhan penderita DM terhadap pengaturan dan perencanaan pada pola makan merupakan salah satu kendala yang paling sering terjadi pada pasien DM, Untuk menjalani kepatuhan diet maka banyak sekali penderita mengalami stress akibat dari pembatasan pola makan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan kepatuhan diet pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Masa Pandemic Di Puskesmas Andalas Padang. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan desain penelitian cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 yang berkunjung ke Puskesmas Andalas Padang dengan jumlah sampel sebanyak 55 orang yang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian diolah menggunakan uji Chi-Square dengan p value 0,67 (p ≥ 0.05.  Dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan hubungan stres dengan kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus Tipe II pada masa pandemic di Puskesmas Andalas Padang. Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan lagi untuk penatalaksanaan pada pasien Diabetes Melitus dan dapat melakukan pengelolaan DM di masyarakat dengan berperan sebagai edukator yang dapat mengedukasi pasien DM khususnya dalam manajemen diet terutama pada masa pandemic sekarang ini


2021 ◽  
Vol 8 (03) ◽  
pp. 152-159
Author(s):  
Ela Susilawati ◽  
Refi Prananing Putri Hesi ◽  
Resna A Soerawidjaja

Efikasi diri merupakan salah satu faktor pendorong dalam melakukan perilaku kepatuhan pengelolaan penyakit diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki untuk mencegah terjadinya komplikasi amputasi. Sementara itu, pada masa pandemi perhatian penderita diabetes melitus berfokus pada pecegahan covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri terhadap kepatuhan perawatan kaki penderita diabetes melitus. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Sample yaitu 39 penderita diabetes melitus yang dipilih sesuai dengan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Foot Care Confidence Scale (FCCS) dan Notthingham Assesment of Functional Foot Care (NAFF). Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian efikasi diri responden menunjukkan baik 56,4%, dan kepatuhan perawatan kaki 76,9% dengan uji bivariat P-value 0,026. Efikasi diri memiliki hubungan terhadap kepatuhan perawatan kaki penderita diabetes melitus.


2019 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 104-108
Author(s):  
Syaifuddin Zaenal ◽  
Hardiyanti Ahmad ◽  
St. Saedah

Pengetahuan adalah suatu proses mengingat dan mengenal kembali objek yang telah dipelajari melalui panca indra pada suatu bidang tertentu secara baik. Pola makan yang keliru dan sembarangan menjadi salah satu faktor yang memicu munculnya penyakit diabetes melitus.Diantaranya mengkomsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung glukosa atau gula. Aktivitas fisik berdampak terhadap aksi insulin pada orang yang berisiko DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pola makan, aktivitas fisik dengan kestabilan gula darah pada penderita diabetes melitus pada penderita diabetes mellitus di puskesmas Binamu Kota kab.Jeneponto Penelitian ini bersifat survey analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional study menggunakan desain uji Chi-Square dengan interval kemaknaan α = 0,05 sampel sebanyak 35 orang yang di dapatkan dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian diperoleh hubungan pengetahuan (ρ = 0,036), pola makan (ρ = 0,045), dan aktivitas fisik (ρ = 0,035) terhadap kestabilan gula darah penderita diabetes melitus. Menunjukkan hungan yang signifikan antara pengetahuan, pola makan, aktivitas fisik dengan kestabilan gula dara pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Binamu Kota Kab. Jeneponto.


2017 ◽  
Vol 33 (4) ◽  
pp. 167
Author(s):  
Nine Luthansa ◽  
Dibyo Pramono

Body mass index and incidence of diabetes mellitus in adult population in Indonesia: analysis of IFLS data 5PurposeThis study aimed to determine the relationship between BMI with DM incidence in the adult population in Indonesia.MethodsThis cross sectional study was conducted using the 5th Indonesian Family Life Survey (IFLS5) data which is a collaboration of the RAND corporation and Survey Meter. Chi square and logistic regression tests were used to analyze the relationship between BMI and DM incidence. BMI was obtained through measurement of body weight and height in respondents aged > 18 years. Information on the incidence of DM was obtained from interviews with respondents.ResultsThere were 22,647 subjects who met the study criteria. The proportion of DM in this study was 2.89%. People with obese BMI had a higher risk of developing DM than people with underweight BMI (OR = 3.15; 95% CI = 2.05- 4.82). After adjusting for gender, age, and education variables, the risk remained significant (OR = 3.29; 95% CI = 2.14-5.065).ConclusionBody mass index is associated with the incidence of diabetes mellitus, in which people with excessive BMI or obese have a greater risk of developing DM than people with underweight BMI.


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Lenni Sastra ◽  
Afrizal Afrizal ◽  
Adella Fitri Mulya

DM tipe 2 merupakan penyakit kronis yang membutuhkan manajemen diri untuk mencegah komplikasi. Perilaku manajemen diri diabetes mencakup diet, latihan fisik, medikasi, pemantauan glukosa darah dan perawatan kaki. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan manajemen diri pada penderita DM tipe 2 di Poli Klinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jenis penelitian adalah survei analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional  study. Populasi  pada  penelitian ini adalah seluruh pasien yang berkunjung di rawat jalan Poli Klinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan jumlah sampel 61 orang yang diambil dengan menggunakan metode accidental sampling. Instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner. Analisa univariat ditampilkan pada tabel distribusi frekuensi dan bivariat dengan uji chi-square dengan kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separoh pasien DM Tipe 2 (55,7%) memiliki manajemen diri yang kurang baik dan lebih dari separoh (60,7%) memiliki dukungan sosial yang kurang baik. Terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan manajemen diri di Poli Klinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang (p value = 0.002). Kesimpulan dari hasil penelitian dukungan sosial mempengaruhi manajemen diri. Disarankan kepada petugas kesehatan agar dapat meningkatkan manajemen diri dengan mengefektifkan dukuangnmelalui pembentukan klub diabetes, perawat sebagai fasilitator untuk menghubungkan pasien DM tipe 2 dengan sumber dukungan sosial baik keluarga, tenaga kesehatan, kelompok pendukung untuk mempertahankan kondisi emosional pasien ke arah yang adaptif.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 30-38
Author(s):  
Evi Safitri ◽  
Sumardi Sudarman ◽  
Nur Hamdani Nur

Indonesia menjadi salah satu negara dengan prevalensi diabetisi cukup tinggi dan diprediksi akan meningkat hingga 21,3 juta diabetes pada tahun 2030. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Tahun 2020. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analitik observasional desain Cross Sectional Study. Penelitian dilakukan pada bulan November 2020 di wilayah kerja Puskesmas Pertiwi dengan jumlah sampel sebanyak 81 responden yang dihitung menggunakan rumus Slovin. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik Accidental Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner food recall dan diolah menggunakan pedoman survey makanan konsumsi individu (SMKI) dan Aplikasi nutrisurvey. Data kemudian dianalisis dengan uji Chi square menggunakan SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi makan (p-value = 0,002 < 0,05), jumlah makan (p-value = 0,000 < 0,05), dan jenis makanan (p-value = 0,043 < 0,05) dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2. Diharapkan agar masyarakat terus menjaga pola makan agar terhindar dari risiko diabetes tipe 2.


Author(s):  
Dian Susanti ◽  
Sukarni . ◽  
Yoga Pramana

Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang umumnya ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang membutuhkan pemantauan dan kontrol yang tepat. Neuropati perifer (kerusakan saraf) adalah salah satu komplikasi paling serius dari diabetes. Jika dibiarkan maka dapat menyebabkan ulkus diabetik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi neuropati diabetik adalah perawatan kaki. Efikasi diri menjadi sesuatu yang penting dalam melakukan manajemen DM yang bertujuan agar penderita DM melakukan perawatan diri sesuai dengan yang dianjurkan.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan perawatan mandiri kaki pada pasien diabetes melitus di Poli Penyakit Dalam RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak.Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan desain observasional analitik melalui rancangan cross sectional study. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dengan jumlah 94 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Foot Care Confidence Scale (FCSS) dan kuesioner Standart Kuesioner Nottingham Assesment of Functional Foot Care (NAFF). Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square. Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value 0.000 (<0.05).Kesimpulan: Terdapat hubungan antara efikasi diri dengan perawatan mandiri kaki pada pasien diabetes melitus di Poli Penyakit Dalam RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak.


2020 ◽  
pp. 41-50
Author(s):  
K Komariah ◽  
Sri Rahayu

Diabetes melitus biasa disebut “the silent killer” karena penyakit ini dapat menimbulkan dampak pada semua organ tubuh dan berbagai macam keluhan. Data World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah pasien diabetes melitus di Indonesia dari 8,43 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 21,257 juta jiwa pada tahun 2030. Peningkatan kejadian kasus diabetes melitus dipengaruhi berbagai faktor seperti perubahan pola gaya hidup, perubahan usia, dan kultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes melitus tipe 2. Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Klinik Pratama Rawat Jalan Proklamasi, Depok, Jawa Barat dengan jumlah sampel sebanyak 134 responden. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Analisa data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang berhubungan dengan kadar gula darah puasa adalah usia (p-value=0,004). Pada variabel yang tidak memiliki hubungan dengan kadar gula darah puasa adalah jenis kelamin (p-value=0,331), dan dan indeks massa tubuh (p-value=0,502). Jadi, dapat disimpulkan bahwa usia perlu diperhatikan dalam melakukan perawatan diabetes melitus tipe 2.   Diabetes mellitus is commonly called “the silent killer” because this disease can have an impact on all organs of the body and various complaints. The World Health Organization (WHO) predicts an increase in the number of diabetes mellitus patients in Indonesia from 8.43 million in 2000 to 21.257 million in 2030. Increased incidence of diabetes mellitus cases is influenced by various factors such as changes in lifestyle patterns, age changes, and culture. This study aimed to determine the relationship of age, sex and body mass index with fasting blood sugar levels in patients with type 2 diabetes mellitus. The method of this study used a cross-sectional study design. This research was conducted at the Klinik Pratama Rawat Jalan Proklamasi, Depok, West Java with a total sample of 134 respondents. Sampling in this study used a purposive sampling method. Data analysis using the Chi-Square test. The results showed that age-related blood fasting blood sugar levels (p-value=0,004). The variables that have no relationship with fasting blood sugar levels are gender (p-value=0,331) and body mass index (p-value=0,502). It can be concluded that age has to be considered in treating type 2 diabetes mellitus.


2020 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 257-263
Author(s):  
Andoko Andoko ◽  
Dimas Ning Pangesti ◽  
Nurhayati Nurhayati

Knowledge and motivation in management of diabetes mellitus complicatingBackground: The increasing of diabetes mellitus prevalence and complication occurrence. The number of diabetes mellitus in 2018, there were 654 patients. A pre-survey in January 2019 on 15 respondents, 50.7% patients had a poor knowledge and 54.9% had a poor motivation to prevent complication of diabetes mellitus. Purpose: To know the correlation between knowledge and motivation in management of diabetes mellitus complicatingMethod: A quantitative with cross sectional method. The population was all outpatient  at Internal Polyclinic of Bhayangkara Polda Lampung Hospital and the samples were 48 patients. The instruments were questionnaires. The data analsysi by chi square.Results: Shows that 30 respondents (62.5%) had good a knowledge. The other 27 respondents (56.3%) had high motivation in management of diabetes mellitus complicating. There was correlation between knowledge and motivation in management of diabetes mellitus complicating (p value 0.029, OR 4.7).Conclusion: There was correlation between knowledge and motivation in management of diabetes mellitus complicating.The health practitioners should intensify the health promotion to patient by displaying posters and distributing leaflet for hospital visitors to improve their knowledge.Keywords: Knowledge; Motivation; Management; Diabetes mellitus; Complicating Pendahuluan: Adanya peningkatan prevalensi penderita DM, serta meningkatnya angka kejadian komplikasi penderita DM di RS Bhayangkara Polda Lampung tahun 2018 berjumlah 654 penderita. Dari presurvei bulan januari 2019 didapat 15 responden, tingkat pengetahuan kurang sekitar (50,7%) dan yang mempunyai motivasi rendah (54,9%).Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan motivasi penderita diabetes melitus.Metode: Penelitian kuantitatif, dan menggunakan cross sectional study, populasipasien yang menderita  diabetes melitus  di Poliklinik Penyakit Dalam RS Bhayangkara Polda Lampung. Sampelnya sebanyak 48 orang, instrumen menggunakan kuesioner dan analisa data menggunakan uji chi square.Hasil: Tingkat pengetahuan baik 30 responden (62.5%), motivasi tinggi 27 responden (56.3%).Ada hubungan antara pengetahuan dengan motivasi penderita DM dalam mencegah komplikasi ( p value 0,029. OR 4,7).Simpulan: Ada hubungan antara pengetahuan dengan motivasi penderita DM dalam mencegah komplikasi. Saran kepada RS Bhayangkara meningkatkan kegiatan promosi kesehatan tentang pola hidup yang baik bagi klien DM, dengan memasang poster dan membagian leaflet.


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Entia Nopa ◽  
Ranissa Dwi Imansari ◽  
Irwandi Rachman

Faktor Risiko Kejadian Penyakit Kulit Pada Pekerja Pengangkut Sampah Di Kota Jambi 1Entianopa, 2Ranissa Dwi Imansari, 3Irwandi Rachman       123Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu, Jambi   Abstrak Latar Belakang: Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-otot dan organ-organ dalam serta merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak berujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit yang salah satunya adalah penyakit kulit. Penyakit kulit merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami oleh pekerja pengangkut sampah. Berdasarkan komposisi sampah yang diangkut serta waktu paparan kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara masa kerja, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), dan personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah di Kota Jambi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel penelitian yaitu sebanyak 62 pekerja pengangkut sampah yang berada di Kantor Pekerjaan Umum dan Penata Ruang, yang mana seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan kesehatan oleh dokter dan dengan kuesioner, kemudian dianalisa menggunakan uji statistik chi-square. Hasil: Hasil menunjukan bahwa pekerja yang mengalami penyakit kulit sebanyak 35 pekerja (56,5%). Berdasarkan hasil analisis chi-square didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah dimana nilai (p-value= 0,006), Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) nilai (p-value= 0,008), personal hygiene nilai (p-value= 0,008). Kesimpulan: Untuk meminimalisir risiko terjadinya penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah disarankan perlunya disusun standar operasional prosedur yang aman, penyediaan sarana sanitasi agar dapat mengurangi resiko terkena penyakit kulit. Pentingnya pemakaian APD dan perilaku hidup bersih dan sehat selama bekerja, serta diharapkan pekerja menggunakan APD pada saat bekerja dan lebih memperhatikan personal hygiene.   Kata kunci      : Masa Kerja, APD, Personal Hygiene


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document