scholarly journals Karakter Pendidikan Gender Di Pesantren Aswaja Pasuruan

2017 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 195-207
Author(s):  
Dewi Masitah

Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana pola pembelajaran dan karakter pendidikan gender profetik Pesantren Aswaja Pasuruan yang mereka aplikasikan sehingga memproduk santri dan santriwati menjadi orang yang profesional dibidangnya, menjadi pemerintah dan legislatif yang mampu mencetak kebijakan-kebijakan pengarusutamaan gender ataupun menjadi tokoh masyarakat yang mampu mengubah pemikiran dan bersosilalisasi dengan masyarakat? Dan bagaimana peran pesantren kepada masyarakat, yaitu bagaimana pesantren dengan karakternya bisa mengubah main set masyarakat Pasuruan yang sangat Patriakhi dalam pendidikan anak perempuan mereka? Berdasarkan masalah penelitian diatas kami mengunakan metodologi penelitian fenomenologi, disini peneliti berada pada posisi sebagai observer, karena peneliti melakukan pengamatan terhadap tradisi dan perilaku sehari-hari Pembelajaran di pesantren kemudian dianalisis berdasarkan teori yang digunakan, dan diterjemahkan dalam konteks sinkretisme dan habitus yang terbentuk. Data penelitian diperoleh melalui teknik observasi, wawancara mendalam (in-depth interview), Focus Group Discussion (FGD) dan dokumentasi dengan analisis data tiga jalur analisis, yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/ verification (Penarikan kesimpulan). Hasil dari penelitian ini selain berbicara aplikasi gender profetik tapi juga berbicara strategi dan hasil dari aplikasi pendidikan gender profetik sesuai karakter pesantren. Dimana hal ini bukan sekedar kesadaran posfeminisme belaka yang terdengar seperti utopia tapi sudah ada produk-produk untuk memperbaiki nasip perempuan dalam dunia postmodern ini.

2017 ◽  
Vol 7 (02) ◽  
pp. 195-207
Author(s):  
Dewi Masitah

Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana pola pembelajaran dan karakter pendidikan gender profetik Pesantren Aswaja Pasuruan yang mereka aplikasikan sehingga memproduk santri dan santriwati menjadi orang yang profesional dibidangnya, menjadi pemerintah dan legislatif yang mampu mencetak kebijakan-kebijakan pengarusutamaan gender ataupun menjadi tokoh masyarakat yang mampu mengubah pemikiran dan bersosilalisasi dengan masyarakat? Dan bagaimana peran pesantren kepada masyarakat, yaitu bagaimana pesantren dengan karakternya bisa mengubah main set masyarakat Pasuruan yang sangat Patriakhi dalam pendidikan anak perempuan mereka? Berdasarkan masalah penelitian diatas kami mengunakan metodologi penelitian fenomenologi, disini peneliti berada pada posisi sebagai observer, karena peneliti melakukan pengamatan terhadap tradisi dan perilaku sehari-hari Pembelajaran di pesantren kemudian dianalisis berdasarkan teori yang digunakan, dan diterjemahkan dalam konteks sinkretisme dan habitus yang terbentuk. Data penelitian diperoleh melalui teknik observasi, wawancara mendalam (in-depth interview), Focus Group Discussion (FGD) dan dokumentasi dengan analisis data tiga jalur analisis, yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/ verification (Penarikan kesimpulan). Hasil dari penelitian ini selain berbicara aplikasi gender profetik tapi juga berbicara strategi dan hasil dari aplikasi pendidikan gender profetik sesuai karakter pesantren. Dimana hal ini bukan sekedar kesadaran posfeminisme belaka yang terdengar seperti utopia tapi sudah ada produk-produk untuk memperbaiki nasip perempuan dalam dunia postmodern ini.


2018 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
Author(s):  
Imas Siti Masitoh

Abstrak  Tim Perlindungan Sosial Bagi Pekerja Anak (TPSPA) Mandiri di Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi, merupakan organisasi lokal yang dibentuk berdasarkan motivasi masyarakat untuk menanggulangi permasalahan pekerja anak. Pekerja anak merupakan masalah sosial yang membutuhkan penanganan segera, karena jika dibiarkan akan menimbulkan masalahmasalah lain yang lebih kompleks. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas merupakan program yang relevan dengan masalah-masalah organisatoris yang dihadapi oleh TPSPA Mandiri, seperti keterbatasan SDM baik secara kuantitas maupun kualitas.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pengurus dan anggota organisasi lokal Tim Perlindungan Sosial Bagi Pekerja Anak (TPSPA) Mandiri di Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian tindakan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipatif (participant observation), wawancara semi terstruktur (in-dept interview), studi dokumentasi, focus group discussion (FGD). Analisa data meliputi data reduction, data display dan conclusion drawing/verification. Penelitian ini merupakan perbaikan model praktikum, hasil perbaikan model adalah kesepakatan mengadakan pelatihan pengurus dan anggota TPSPA Mandiri yang bekerja sama dengan PKK Kelurahan, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Materi pelatihan yakni ; pemahaman fungsi, peran pengurus dan anggota organisasi, Sosialisasi Undang-Undang Perlindungan Anak, Bimbingan dan latihan penggalangan dana, Proses kerjasama dengan sumber pelayanan kesejahteraan. Hasil pelaksanaan perencanaan asesmen dan setelah dilakukan intervensi menunjukkan adanya peningkatan kapasitas pengurus dan anggota organisasi yang mengalami masalah kekurangan SDM, baik secara kualitas maupun kuantitas, maka dapat dikatakan bahwa pelatihan penguatan kapasitas berpengaruh meningkatkan kapasitas pengurus organisasi lokal Tim Perlindungan Sosial Bagi Pekerja Anak (TPSPA) Mandiri di Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi dalam rangka membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi baik oleh pekerja anak maupun oleh keluarga pekerja anak dan dampak lanjutan adalah meningkatnya kemampuan dan keterampilan pengurus TPSPA Mandiri serta sejumlah pekerja anak mendapatkan pelayanan dari PKBM.  Kata Kunci : Penguatan Kapasitas, TPSPA, Pekerja Anak


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 124-132
Author(s):  
Riky Dwihandaka ◽  
Sumarjo Sumarjo

This study aims to reveal the effectiveness of utilization and to find out the direction of laboratory development of achievement and physical conditions in the Faculty of Sports Science, which consists of the level of use and completeness of laboratory infrastructure, laboratory management skills, managerial abilities, individual abilities, and student attitudes towards the direction of laboratory development. This research is a qualitative research. The qualitative data collection method used is the data triangulation method which consists of: 1) Focus group discussion (FGD) for students (6 people/group), and 2) Non-participant observation in laboratory settings. The population of this study were all odd semester students who used the achievement laboratory and the physical condition of FIK UNY. The number of samples is based on the saturation of themes in focus group discussions and in-depth interviews. The sample selection of students was carried out based on convenience sampling technique, while in-depth interviews with laboratory managers used criterion sampling techniques. Data analysis used three stages consisting of: 1) data reduction, 2) reconstructive data and 3) thematic analysis. Based on the research that has been done, the results show that FIK UNY students feel that the existence of an achievement laboratory and physical condition is very useful both in its use in lectures, training and research. In increasing the use of laboratory facilities, performance and physical conditions are emphasized on their use, management, maintenance and maintenance. Laboratory achievements need to be promoted and for laboratories in physical condition, staff or laboratory personnel need to be added. The development of performance laboratories and physical conditions is directed towards maintenance and maintenance as well as the construction of a wider and more integrated building.   Key words: utilization, development, laboratory Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan keefektifan pemanfaatan dan mengetahui arah pengembangan laboratorium prestasi dan kondisi fisik di Fakultas Ilmu Keolahragaan, yang terdiri dari tingkat penggunaan dan kelengkapan sarana prasarana laboratorium, kemampuan pengelolaan laboratorium, kemampuan manajerial, kemampuan individual, dan sikap mahasiswa terhadap arah pengembangan laboratorium. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.  Metode pengumpulan data kualitatif yang dipergunakan adalah metode triangulasi data yang terdiri dari :1) Focus group discusion (FGD) pada mahasiswa (6 orang/kelompok), dan 2) Observasi non-participant pada setting laboratorium. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester gasal yang menggunakan laboratorium prestasi dan kondisi fisik FIK UNY. Jumlah sampel didasarkan pada saturasi tema pada focus group discussion maupun in-depth interview. Pemilihan sampel pada mahasiswa dilakukan berdasarkan teknik convenience sampling sedangkan pada in-depth interview dengan pengelola laboratorium dengan mempergunakan teknik criterion sampling. Analisis data menggunakan tiga tahap terdiri dari: 1) data reduction, 2) data reconstrucsi dan 3) analisis thematic. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa mahasiswa FIK UNY merasa keberadaan laboratorium prestasi dan kondisi fisik sangat bermanfaat baik dalam penggunaannya dalam kuliah, latihan maupun penelitian. Dalam meningkatkan penggunaan sarana laboratorium prestasi dan kondisi fisik ditekankan pada pemakaian, pengelolaan, perawatan dan pemeliharaannya. Laboratorium prestasi perlu ditingkatkan promosinya dan untuk laboratorium kondisi fisik perlu ditambahkan staf atau petugas tenaga laboratorium. Pengembangan laboratorium prestasi dan kondisi fisik diarahkan dalam pemeliharaan dan perawatan serta pembuatan gedung yang lebih luas dan terpadu.   Kata kunci: pemanfaatan, pengembangan, laboratorium


Author(s):  
Ray March Syahadat

As a maritime ethnic, Butonese people migrated to some places. A rather large amount of them are in Province of Maluku, Indonesia. This study aims at investigating Butonese cultural landscape in their new migrant region. Is there any different? If this study also aims to know social interaction among ethnics and how it affects Butonese cultural landscape dynamics. This study took place in Negeri Kawa, western part of Seram Regency, Maluku Province, on November 2015. The method used in the study was a qualitative method with in depth interview by snowball and triangulation technique, observation participation, focus group discussion (FGD), and literature study. The result showed that there is a different between Butonese cultural landscape in Buton and Negeri Kawa. Stereotype, presumption, and prejudice to Butonese people also occur. However, it is not always negative because from those three things, the process of acculturation and adaptation as a form of respect and prevention of Butonese culture can occur in Negeri Kawa.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
Rahmat Catur Wibowo ◽  
Kelik Hendro Basuki ◽  
Muh Sarkowi

Desa Sukamarga memiliki beberapa obyek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi seperti keramikandan kawah nirwana. Semua obyek wisata tersebut berada di alam bebas yang sangat beresiko dan wajibmemperhatikan keselamatan pengunjung. Pengelolaan keselamatan wisata akan selalu terkait dengan upaya-upaya meminimalkan risiko dan kecelakaan. Tujuan dari pengabdian ini adalah: memetakan kondisi eksistingobyek geowisata keramikan dan kawah nirwana berbasis photo udara, mengedukasi masyarakat akan prinsip-prinsip pengelolaan keselamatan wisata, dan mengintegrasikan data geospasial dan nonspasial dari kelompokmasyarakat dalam pembuatan peta zonasi risiko. Kelompok masyarakat yang tergabung dalam KelompokSadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sukamarga merupakan subjek utama dalam proses pemetaan partisipatif.Proses pemetaan melalui tahap Focus Group Discussion dan in-depth interview berkaitan dengan risikokeselamatan pengunjung. Sistem informasi geografis kemudian mentransformasikan hasil pemetaanpartisipatif dalam bentuk digital. Hasil dari penelitian ini adalah peta partisipatif zona risiko keselamatanpengunjung di obyek wisata keramikan dan kawah nirwana yang secara geologi berada di manifestasipanasbumi.


2018 ◽  
Vol 37 (2) ◽  
Author(s):  
Kadek Cahya Dewi ◽  
Putu Indah Ciptayani ◽  
Herman Dwi Surjono ◽  
Priyanto Priyanto

Abstract: Polytechnic has characteristic which prioritizes the application of practical aspects supported by appropriate theory. Blended learning can be applied in Polytechnic, but a scheme is needed to formulate the correct instructional model. The study objectives were to examine the type of instructional model on blended learning that suits with Polytechnic. The research was conducted by qualitative descriptive approach by Miles and Huberman through observation, in-depth interview, Focus Group Discussion and literature review. The research validity was done by transferability, confirmability, credibility and dependability test. It can be concluded that the instructional model is appropriately determined by the suitability of educational model, technique and method of learning, and also facilities and infrastructure readiness. The instructional model on Blended Learning in Polytechnic is the Rotation Instructional Model. The study had implications on the learning process in Polytechnic. The lecturers could use the schema to determine the suit instructional model for their courses.Keywords: Instructional Model, Blended Learning, Polytechnic, Vocational STUDI MODEL INSTRUKSIONAL PADA PEMBELAJARAN KOMBINASI DI POLITEKNIK Abstrak: Politeknik memiliki ciri khas pendidikan yang mengutamakan penerapan aspek-aspek praktis yang didukung oleh teori yang tepat. Blended learning dapat diterapkan di Politeknik, namun diperlukan sebuah skema untuk merumuskan instructional model yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengkaji jenis instructional model pada Blended Learning yang sesuai dengan karakteristik pendidikan Politeknik. Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif model Miles dan Huberman, teknik pengumpulan data observasi, wawancara, Focus Group Discussion dan kajian pustaka. Keabsahan data dengan uji transferability, confirmability, credibility dan dependability. Penelitian menyimpulkan bahwa instructional model yang tepat ditentukan dengan mempertimbangkan kesesuaian antara model pendidikan yang diselenggarakan, teknik dan metode pembelajaran mata kuliah, serta ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran. Sesuai dengan pertimbangan tersebut maka instructional model pada Blended Learning di Politeknik adalah Rotation Instructional Model. Implikasi penelitian terjadi pada proses pembelajaran di Politeknik. Para dosen dapat memanfaatkan instructional model skema untuk menentukan instructional model yang tepat untuk mata kuliah yang diampu.Kata Kunci: Instructional Model, Blended Learning, Politeknik, Vokasi


2018 ◽  
Vol 5 (6) ◽  
pp. 723
Author(s):  
Kadek Cahya Dewi ◽  
Putu Indah Ciptayani ◽  
I Wayan Rizky Wijaya

<p>Pendekatan Agile telah diperkenalkan sebagai upaya untuk membuat rekayasa perangkat lunak yang fleksibel dan efisien. Penelitian ini adalah penelitian studi kasus, dengan mengangkat kasus pengembangan sistem e-musrenbang Kelurahan Benoa Bali. Penelitian bertujuan untuk menerapkan manajemen proyek berbasis agile pada kasus tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah <em>in-depth interview</em>, observasi dan <em>focus group discussion</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pengembangan proyek adalah 8 minggu. Proyek menggunakan kerangka kerja Scrum yang membagi proyek menjadi 4 sprint. Evaluasi sistem dilakukan melalui <em>focus group discussion</em> dengan pihak <em>product owner</em> dan pengguna sistem. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan agile dapat diterapkan dalam pengembangan e-musrenbang Kelurahan Benoa Bali. Pengguna sistem dapat menerima kehadiran e-musrenbang dan memanfaatkannya dalam proses pengajuan usulan perencanaan pembangunan di Kelurahan Benoa Bali.</p><p><strong><br /></strong></p><p><em><strong>Abstract</strong></em></p><p><em>Agile Approach has been introduced as an attempt to make software engineering flexible and efficient. The research was case study research, with case of e-musrenbang system development in Benoa Village Bali. The research objectives to implement agile project management in that case. Data collection methods used were in-depth interview, observation and focus group discussion. The results found that the project development time was 8 weeks. The project used a Scrum framework that divided the project into 4 sprints. System evaluation is done through focus group discussion with product owner and system users. It can be concluded that the agile approach can be applied in the development of e-Musrenbang in Benoa Village Bali. System users accepted e-musrenbang presence and utilized it in the process of submitting proposals for development planning in Benoa Village Bali.</em></p><p><strong><br /></strong></p>


2018 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
Author(s):  
Anggun Dabella Ningrum

Abstrak Pusat Layanan Terpadu Anak Penyandang Disabilitas (PLTAPD) adalah Model PLTAPD diwujudkan bertujuan memberikan pelayanan sosial yang terarah, terintegrasi dan berkelanjutan bagi Anak Penyandang Disabilitas (APD) dan keluarga, serta masyarakat atau Lembaga Rujukan APD dalam penanganan APD. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji model pelayanan aksesibilitas bagi anak penyandang disabilitas melalui pusat layanan terpadu. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain penelitian tindakan (design action research). Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview), observasi partisipatif (participant observation), studi dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan yaitu dengan uji kepercayaan (credibility), uji keteralihan (transferability), uji ketergantungan (dependability), dan uji kepastian (confirmability). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model PLTAPD sangat diperlukan oleh APD dan keluarga. PLTAPD didirikan untuk memberikan kemudahan bagi APD, sehingga pelayanan sosial yang dibutuhkan APD (pendidikan, kesehatan, terapi, sarana prasarana serta pengembangan potensi dan bakat) secara komprehensif, terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan dapat dijangkau. Model Pelayanan Aksesibilitas bagi APD melalui PLTAPD di Kota Pangkalpinang merupakan bentuk kepedulian dari Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang terhadap pemenuhan hak dan kepedulian terhadap APD.Kata kunci: aksesibilitas bagi APD, Pelayanan bagi APD, Pusat Layanan Terpadu


Populasi ◽  
2016 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
Author(s):  
Agus Joko Pitoyo

This study is aimed to investigate the mechanism of abroad apprenticeship labour program, including income rate, to understand the process of transferring knowledge, and to portray its implementation to regional development. There are at least three aspects will be discussed, firstly, to understand the process of apprenticeship overseas; secondly, to evaluate their income and economic activities after returning home; and thirdly, to evaluate how the local government involves in empowering ex-apprentice labour overseas. The research employed several methods for getting data such as structured interview by using questionnaire, focus group discussion, in-depth interview, tracking, and observation. This study indicated that (I) Apprenticeship process mechanism is not fully transparent yet; (2) Their income are relatively high, however, looking at their job they are still absorbed in 3D jobs (dirty, dangerous, difficult); (3) Several arising problems set the volunteer in low bidding position, and (4) process of transferring knowledge they got from overseas is vague.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 16-25
Author(s):  
Selly Apriani Lestari ◽  
Chriswardani Suryawati ◽  
J Sugiarto

Salah satu indeks terpenting dari kualitas pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien. Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah waktu tunggu pelayanan. Manajemen lean adalah metode yang dapat meningkatkan proses pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat mempersingkat waktu tunggu. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi waste yang terjadi dalam pelayanan rawat jalan. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan melalui observasi langsung, in-depth interview, dan Focus Group DIscussion. Penelitian menunjukkan bahwa total rata-rata waktu tunggu untuk pasien rawat jalan di klinik penyakit dalam adalah 199 menit untuk pasien umum dan 408,4 menit untuk pasien JKN. Aktivitas terpanjang dalam rawat jalan adalah menunggu di loket pendaftaran dengan nilai rata-rata 27,5 menit untuk pasien umum dan 147,2 menit untuk pasien JKN.  Kedua menunggu aktivitas dokter dengan nilai rata-rata 83,3 menit untuk pasien umum dan 132,6 menit untuk pasien JKN dan yang ketiga menunggu obat di apotek 41,7 menit untuk pasien umum dan 72,9 menit untuk pasien JKN. Waste yang ditemukan saat penelitian yaitu defect, overproduction, transportation, waiting, inventory, motion, overprocessing, and non-utilized talent. Penelitian ini membuktikan penerapan prinsip, alat, dan metode lean dapat mengidentifikasi dan mengeliminasi waste di pelayanan rawat jalan, sehingga menurunkan waktu tunggu dan meningkatkan kualitas pelayanan


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document