scholarly journals PEMAGANGAN LUAR NEGERI TENAGA KERJA: PROSES, PENDAPATAN, DAN ALIH TEKNOLOGI

Populasi ◽  
2016 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
Author(s):  
Agus Joko Pitoyo

This study is aimed to investigate the mechanism of abroad apprenticeship labour program, including income rate, to understand the process of transferring knowledge, and to portray its implementation to regional development. There are at least three aspects will be discussed, firstly, to understand the process of apprenticeship overseas; secondly, to evaluate their income and economic activities after returning home; and thirdly, to evaluate how the local government involves in empowering ex-apprentice labour overseas. The research employed several methods for getting data such as structured interview by using questionnaire, focus group discussion, in-depth interview, tracking, and observation. This study indicated that (I) Apprenticeship process mechanism is not fully transparent yet; (2) Their income are relatively high, however, looking at their job they are still absorbed in 3D jobs (dirty, dangerous, difficult); (3) Several arising problems set the volunteer in low bidding position, and (4) process of transferring knowledge they got from overseas is vague.

2018 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Tarmidzi Tarmidzi ◽  
Ifka Arismiyati

<p>Village Owned Enterprises (BUMDes) are an alternative to improve rural economies. BUMDes was born as a new approach in efforts to improve the village economy based on the needs and potential of the village. The management of BUMDes is fully carried out by the village community, namely from the village, by the village, and for the village. Babalan Lor Village, Bojong Subdistrict, Pekalongan Regency, is currently forming BUMDes as a community economic institution. If viewed from its potential, this village has great potential for the establishment of BUMDes as a place to accommodate the economic activities of the community and public service institutions in the community. This study aims to explore the Village Potential to be managed by Village-Owned Enterprises in order to improve the welfare of the community. This research uses Community Based Research method, in which the research is carried out in several stages, namely: in-depth interview with participants who are key actors in the BUMDes, the next stage conducts Group Discussion based on the interest groups in the village, and in the final stage Focus Group Discussion where discussions are carried out by various interested parties. The results of this study indicate that the potential of the Village that can be managed by BUMDes is expected to bring about changes in the economic and social fields.</p><p> </p><p>Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan ekonomi di pedesaan. BUMDes lahir sebagai suatu pendekatan baru dalam usaha peningkatan ekonomi desa berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Pengelolaan BUMDes sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat desa, yaitu dari desa, oleh desa, dan untuk desa. Desa Babalan Lor Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, saat ini baru membentuk BUMDes sebagai lembaga perekonomian masyarakat. Jika dilihat dari potensinya, Desa ini memiliki potensi besar untuk berdirinya BUMDes sebagai penampung kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat dan lembaga pelayanan publik masayarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menggali Potensi Desa untuk dikelola Badan Usaha Milik Desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode <em>Community Based Research,</em> di mana penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: <em>in-depth interview</em> dengan partisipan yang menjadi aktor kunci dalam BUMDes, tahap selanjutnya melakukan Diskusi Kelompok berdasarkan kelompok kepentingan yang ada di desa tersebut, dan pada tahap akhir dilakukan Focus Group Discussion dimana diskusi dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan potensi Desa yang dapat dikelola BUMDes yang diharapkan dapat membawa perubahan di bidang ekonomi dan sosial.</p>


Author(s):  
Ray March Syahadat

As a maritime ethnic, Butonese people migrated to some places. A rather large amount of them are in Province of Maluku, Indonesia. This study aims at investigating Butonese cultural landscape in their new migrant region. Is there any different? If this study also aims to know social interaction among ethnics and how it affects Butonese cultural landscape dynamics. This study took place in Negeri Kawa, western part of Seram Regency, Maluku Province, on November 2015. The method used in the study was a qualitative method with in depth interview by snowball and triangulation technique, observation participation, focus group discussion (FGD), and literature study. The result showed that there is a different between Butonese cultural landscape in Buton and Negeri Kawa. Stereotype, presumption, and prejudice to Butonese people also occur. However, it is not always negative because from those three things, the process of acculturation and adaptation as a form of respect and prevention of Butonese culture can occur in Negeri Kawa.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
Rahmat Catur Wibowo ◽  
Kelik Hendro Basuki ◽  
Muh Sarkowi

Desa Sukamarga memiliki beberapa obyek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi seperti keramikandan kawah nirwana. Semua obyek wisata tersebut berada di alam bebas yang sangat beresiko dan wajibmemperhatikan keselamatan pengunjung. Pengelolaan keselamatan wisata akan selalu terkait dengan upaya-upaya meminimalkan risiko dan kecelakaan. Tujuan dari pengabdian ini adalah: memetakan kondisi eksistingobyek geowisata keramikan dan kawah nirwana berbasis photo udara, mengedukasi masyarakat akan prinsip-prinsip pengelolaan keselamatan wisata, dan mengintegrasikan data geospasial dan nonspasial dari kelompokmasyarakat dalam pembuatan peta zonasi risiko. Kelompok masyarakat yang tergabung dalam KelompokSadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sukamarga merupakan subjek utama dalam proses pemetaan partisipatif.Proses pemetaan melalui tahap Focus Group Discussion dan in-depth interview berkaitan dengan risikokeselamatan pengunjung. Sistem informasi geografis kemudian mentransformasikan hasil pemetaanpartisipatif dalam bentuk digital. Hasil dari penelitian ini adalah peta partisipatif zona risiko keselamatanpengunjung di obyek wisata keramikan dan kawah nirwana yang secara geologi berada di manifestasipanasbumi.


2018 ◽  
Vol 37 (2) ◽  
Author(s):  
Kadek Cahya Dewi ◽  
Putu Indah Ciptayani ◽  
Herman Dwi Surjono ◽  
Priyanto Priyanto

Abstract: Polytechnic has characteristic which prioritizes the application of practical aspects supported by appropriate theory. Blended learning can be applied in Polytechnic, but a scheme is needed to formulate the correct instructional model. The study objectives were to examine the type of instructional model on blended learning that suits with Polytechnic. The research was conducted by qualitative descriptive approach by Miles and Huberman through observation, in-depth interview, Focus Group Discussion and literature review. The research validity was done by transferability, confirmability, credibility and dependability test. It can be concluded that the instructional model is appropriately determined by the suitability of educational model, technique and method of learning, and also facilities and infrastructure readiness. The instructional model on Blended Learning in Polytechnic is the Rotation Instructional Model. The study had implications on the learning process in Polytechnic. The lecturers could use the schema to determine the suit instructional model for their courses.Keywords: Instructional Model, Blended Learning, Polytechnic, Vocational STUDI MODEL INSTRUKSIONAL PADA PEMBELAJARAN KOMBINASI DI POLITEKNIK Abstrak: Politeknik memiliki ciri khas pendidikan yang mengutamakan penerapan aspek-aspek praktis yang didukung oleh teori yang tepat. Blended learning dapat diterapkan di Politeknik, namun diperlukan sebuah skema untuk merumuskan instructional model yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengkaji jenis instructional model pada Blended Learning yang sesuai dengan karakteristik pendidikan Politeknik. Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif model Miles dan Huberman, teknik pengumpulan data observasi, wawancara, Focus Group Discussion dan kajian pustaka. Keabsahan data dengan uji transferability, confirmability, credibility dan dependability. Penelitian menyimpulkan bahwa instructional model yang tepat ditentukan dengan mempertimbangkan kesesuaian antara model pendidikan yang diselenggarakan, teknik dan metode pembelajaran mata kuliah, serta ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran. Sesuai dengan pertimbangan tersebut maka instructional model pada Blended Learning di Politeknik adalah Rotation Instructional Model. Implikasi penelitian terjadi pada proses pembelajaran di Politeknik. Para dosen dapat memanfaatkan instructional model skema untuk menentukan instructional model yang tepat untuk mata kuliah yang diampu.Kata Kunci: Instructional Model, Blended Learning, Politeknik, Vokasi


2018 ◽  
Vol 5 (6) ◽  
pp. 723
Author(s):  
Kadek Cahya Dewi ◽  
Putu Indah Ciptayani ◽  
I Wayan Rizky Wijaya

<p>Pendekatan Agile telah diperkenalkan sebagai upaya untuk membuat rekayasa perangkat lunak yang fleksibel dan efisien. Penelitian ini adalah penelitian studi kasus, dengan mengangkat kasus pengembangan sistem e-musrenbang Kelurahan Benoa Bali. Penelitian bertujuan untuk menerapkan manajemen proyek berbasis agile pada kasus tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah <em>in-depth interview</em>, observasi dan <em>focus group discussion</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pengembangan proyek adalah 8 minggu. Proyek menggunakan kerangka kerja Scrum yang membagi proyek menjadi 4 sprint. Evaluasi sistem dilakukan melalui <em>focus group discussion</em> dengan pihak <em>product owner</em> dan pengguna sistem. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan agile dapat diterapkan dalam pengembangan e-musrenbang Kelurahan Benoa Bali. Pengguna sistem dapat menerima kehadiran e-musrenbang dan memanfaatkannya dalam proses pengajuan usulan perencanaan pembangunan di Kelurahan Benoa Bali.</p><p><strong><br /></strong></p><p><em><strong>Abstract</strong></em></p><p><em>Agile Approach has been introduced as an attempt to make software engineering flexible and efficient. The research was case study research, with case of e-musrenbang system development in Benoa Village Bali. The research objectives to implement agile project management in that case. Data collection methods used were in-depth interview, observation and focus group discussion. The results found that the project development time was 8 weeks. The project used a Scrum framework that divided the project into 4 sprints. System evaluation is done through focus group discussion with product owner and system users. It can be concluded that the agile approach can be applied in the development of e-Musrenbang in Benoa Village Bali. System users accepted e-musrenbang presence and utilized it in the process of submitting proposals for development planning in Benoa Village Bali.</em></p><p><strong><br /></strong></p>


2018 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
Author(s):  
Anggun Dabella Ningrum

Abstrak Pusat Layanan Terpadu Anak Penyandang Disabilitas (PLTAPD) adalah Model PLTAPD diwujudkan bertujuan memberikan pelayanan sosial yang terarah, terintegrasi dan berkelanjutan bagi Anak Penyandang Disabilitas (APD) dan keluarga, serta masyarakat atau Lembaga Rujukan APD dalam penanganan APD. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji model pelayanan aksesibilitas bagi anak penyandang disabilitas melalui pusat layanan terpadu. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain penelitian tindakan (design action research). Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview), observasi partisipatif (participant observation), studi dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan yaitu dengan uji kepercayaan (credibility), uji keteralihan (transferability), uji ketergantungan (dependability), dan uji kepastian (confirmability). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model PLTAPD sangat diperlukan oleh APD dan keluarga. PLTAPD didirikan untuk memberikan kemudahan bagi APD, sehingga pelayanan sosial yang dibutuhkan APD (pendidikan, kesehatan, terapi, sarana prasarana serta pengembangan potensi dan bakat) secara komprehensif, terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan dapat dijangkau. Model Pelayanan Aksesibilitas bagi APD melalui PLTAPD di Kota Pangkalpinang merupakan bentuk kepedulian dari Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang terhadap pemenuhan hak dan kepedulian terhadap APD.Kata kunci: aksesibilitas bagi APD, Pelayanan bagi APD, Pusat Layanan Terpadu


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 16-25
Author(s):  
Selly Apriani Lestari ◽  
Chriswardani Suryawati ◽  
J Sugiarto

Salah satu indeks terpenting dari kualitas pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien. Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah waktu tunggu pelayanan. Manajemen lean adalah metode yang dapat meningkatkan proses pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat mempersingkat waktu tunggu. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi waste yang terjadi dalam pelayanan rawat jalan. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan melalui observasi langsung, in-depth interview, dan Focus Group DIscussion. Penelitian menunjukkan bahwa total rata-rata waktu tunggu untuk pasien rawat jalan di klinik penyakit dalam adalah 199 menit untuk pasien umum dan 408,4 menit untuk pasien JKN. Aktivitas terpanjang dalam rawat jalan adalah menunggu di loket pendaftaran dengan nilai rata-rata 27,5 menit untuk pasien umum dan 147,2 menit untuk pasien JKN.  Kedua menunggu aktivitas dokter dengan nilai rata-rata 83,3 menit untuk pasien umum dan 132,6 menit untuk pasien JKN dan yang ketiga menunggu obat di apotek 41,7 menit untuk pasien umum dan 72,9 menit untuk pasien JKN. Waste yang ditemukan saat penelitian yaitu defect, overproduction, transportation, waiting, inventory, motion, overprocessing, and non-utilized talent. Penelitian ini membuktikan penerapan prinsip, alat, dan metode lean dapat mengidentifikasi dan mengeliminasi waste di pelayanan rawat jalan, sehingga menurunkan waktu tunggu dan meningkatkan kualitas pelayanan


2014 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 140
Author(s):  
Nida Gustikawati ◽  
Luh Putu Lila Wulandari ◽  
Dyah Pradnyaparamita Duarsa

Latar belakang dan tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam faktor pendukung dan penghambat penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Puskesmas I Denpasar Utara.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan focus group discussion (FGD) dan in-depth interview. FGD dilakukan pada informan kunci yaitu 10 akseptor implant dan 10 akseptor alat kontrasepsi lain. Wawancara mendalam dilakukan pada 11 informan lain yaitu bidan puskesmas, bidan praktek swasta, penyuluh KB, mertua dan suami dari informan kunci.Hasil: Persepsi dan sikap akseptor implant tergolong baik, tetapi persepsi dan sikap akseptor alat kontrasepsi lain kurang baik. Pengalaman akseptor implant bervariasi tentang efek samping dari penggunaan implant, namun hal ini tidak dianggap penghambat. Faktor pendukung yang dikemukakan oleh informan adalah ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas pelayanan serta dukungan suami. Fasilitas dan sarana bukan menjadi faktor penghambat baik bagi pengguna maupun bukan pengguna sedangkan faktor penghambatnya adalah masih adanya keinginan untuk mempunyai anak, kurangnya tenaga kesehatan yang terampil dalam pemasangan alat kontrasepsi implant, dan kurangnya promosi tentang alat kontrasepsi implant.Simpulan: Faktor pendukung penggunaan implant yaitu: ketersediaan dan  keterjangkauan fasilitas pelayanan serta dukungan suami. Faktor penghambatnya adalah adanya keinginan untuk mempunyai anak, pelatihan tenaga kesehatan yang kurang memadai, dan kurangnya promosi tentang implant di masyarakat.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1-12
Author(s):  
Amam

Usaha ternak sapi potong rakyat dikelola secara intensif dan tradisional, dikelola masyarakat pedesaan pada skala kepemilikan 1-2 ekor dengan sumber daya terbatas. Tujuan penelitian untuk mengulas profil usaha peternakan sapi potong rakyat. Penelitian dilakukan di Desa Jatian, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan sebagai bagian dari Rencana Kerja (Renja) Program Satu Desa Satu Dosen (SDSD) yang merupakan salah satu wujud kerjasama Pemerintah Kabupaten Jember dengan Universitas Jember melalui Tenaga Ahli Pendamping Desa (TAPD). Pengumpulan data menggunakan metode observasi, Focus Group Discussion (FGD), dan servei. Survei lisan dilakukan dengan wawancara mendalam (depth interview) dan survei tulisan dilakukan dengan pengisian kuisioner terbuka  dan tertutup dengan menggunakan skala likert. Responden penelitian ialah seluruh peternak di Desa Jatian (total sampling). Data dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif dengan IBM SPSS Statistics 26. Usaha peternakan rakyat didominasi oleh peternak tua dengan usia >61 tahun sebanyak 34%, didominasi oleh peternak dengan pendidikan formal level Sekolah Dasar (SD) sebanyak 62%, namun memiliki pengalaman memeilihara sapi >12 tahun sebanyak 67%. Permasalahan utama usaha peternakan sapi potong rakyat ialah sulit pakan saat kemarau yang mencapai 66% di Dusun Prasian, 92% di Dusun Krajan, dan 64% di Dusun Plalangan. Usaha peternakan sapi potong rakyat masih berorientasi pada usaha peternakan, belum mengarah pada bisnis peternakan, dan bermotifkan sebagai tabungan keluarga sebesar 55,12%.  


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 95-115
Author(s):  
Anggoro Yudo Mahendro Mahendro

This research is directed to strengthen the network among the drivers of the Climate Village program in ten RWs in DKI Jakarta. Using collaboration action research, this research uses focus group discussion techniques which are conducted twice in each community. During the FGD twice there was an increase in community network marked by the creation of an organizational structure and work program that had not been made so far. These two outcomes are certainly important for building relationships that are more equal to elements of the local government and also the private sector which tends to impose programs on the community.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document