MODEL PELAYANAN AKSESIBILITAS BAGI ANAK PENYANDANG DISABILITAS MELALUI PUSAT LAYANAN TERPADU DI KOTA PANGKAPINANG

2018 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
Author(s):  
Anggun Dabella Ningrum

Abstrak Pusat Layanan Terpadu Anak Penyandang Disabilitas (PLTAPD) adalah Model PLTAPD diwujudkan bertujuan memberikan pelayanan sosial yang terarah, terintegrasi dan berkelanjutan bagi Anak Penyandang Disabilitas (APD) dan keluarga, serta masyarakat atau Lembaga Rujukan APD dalam penanganan APD. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji model pelayanan aksesibilitas bagi anak penyandang disabilitas melalui pusat layanan terpadu. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain penelitian tindakan (design action research). Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview), observasi partisipatif (participant observation), studi dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan yaitu dengan uji kepercayaan (credibility), uji keteralihan (transferability), uji ketergantungan (dependability), dan uji kepastian (confirmability). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model PLTAPD sangat diperlukan oleh APD dan keluarga. PLTAPD didirikan untuk memberikan kemudahan bagi APD, sehingga pelayanan sosial yang dibutuhkan APD (pendidikan, kesehatan, terapi, sarana prasarana serta pengembangan potensi dan bakat) secara komprehensif, terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan dapat dijangkau. Model Pelayanan Aksesibilitas bagi APD melalui PLTAPD di Kota Pangkalpinang merupakan bentuk kepedulian dari Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang terhadap pemenuhan hak dan kepedulian terhadap APD.Kata kunci: aksesibilitas bagi APD, Pelayanan bagi APD, Pusat Layanan Terpadu

2018 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
Author(s):  
Annisa Nur Fathin ◽  
R. Enkeu Agiati ◽  
Neni Kusumawardhani

Abstrak Penguatan kapasitas adalah proses peningkatan kemampuan pengurus Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) dalam memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas, sehingga penyandang disabilitas dapat mengakses pelayanan yang dibutuhkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang Penguatan Kapasitas Rehabilitasi Berbasis Masyarakat terhadap Aksesibilitas Penyandang Disabilitas di Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan design action research. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam (in-depth interview), observasi partisipatif (participant observation), studi dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan yaitu dengan uji kepercayaan (credibility), uji keteralihan (transferability), uji ketergantungan (dependability), dan uji kepastian (confirmability). Selanjutnya, hasil penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan kapasitas terhadap pengurus RBM Cibiru Wetan dapat meningkatkan kemampuan pengurus RBM dalam memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas. Hal ini ditunjukkan pengurus RBM Cibiru Wetan dalam memberikan pelayanan melakukan identifikasi kebutuhan dan masalah penyandang disabilitas, asesmen, menyusun perencanaan dan matriks kerja, meningkatkan manajemen RBM, serta melakukan recording penanganan kasus penyandang disabilitas. Kapasitas pengurus RBM tersebut berdampak pada pelayanan aksesibilitas RBM menjadi komprehensif dan berbasis metode serta teknik pekerjaan sosial. Kata kunci : aksesibilitas, penguatan kapasitas, Rehabilitasi Berbasis Masyarakat


KALAM ◽  
2017 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 295
Author(s):  
Ismail Suardi Wekke

AbstrakPapua Barat menjadi wilayah dimana keberagamaan dan keberagaman mengalami perjumpaan dengan etnisitas. Untuk itu, diperlukan sebuah eksplorasi untuk mengidentifikasi tentang keberadaan agama sebagai aspek yang mempersatukan. Dengan demikian, artikel ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan agama yang menjadi pilihan pribadi masyarakat Papua Barat. Pada saat yang sama, justru agama juga menjadi perekat kehidupan masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di Sorong Raya, Papua Barat. Wawancara mendalam dan pengamatan tidak berpartisipasi digunakan untuk mengumpulkan data. Untuk kepentingan triangulasi data dilakukan diskusi terarah, termasuk penyajian hasil penelitian awal melalui forum diskusi sebanyak dua kali. Artikel ini mendiskusikan perjumpaan agama-agama melahirkan harmoni dan kebersamaan. Keberadaan agama justru menjadi bagian yang tidak menjadi pembeda. Bahkan dalam beberapa hal, kegiatan keagamaan dijadikan sebagai kegiatan bersama walaupun berbeda-beda agama. Akhirnya, artikel ini mendiskusikan beberapa hal berkaitan dengan budaya yang juga tetap memberikan ruang bagi perbedaan-perbedaan dalam memilih keyakinan masing-masing.AbstractWest Papua is region where diversity and religiosity encounter with ethnicity. Therefore, it is a need to explore to identify on religion existence as an aspect to unite. In addition, this article will analyses religious variety which private choose of West Papua community. In the same time, religion is a adhesive of community life. This research was conducted in great area of Sorong, West Papua. In-depth interview and non-participant observation were employed to collect data. Triangulation technique was conducted through focus group discussion twice. This article discusses religions encounters in order to strengthen harmony and togetherness. Agama existence is a part of unity which not a difference. Moreover, in some cases, religious activities are activity together even thought they choose different religion. Finally, this article discusses some subjects in line with culture to provide space for difference in choosing each faith.


Author(s):  
Dewi Novianti ◽  
Siti Fatonah

Social media is a necessity for everyone in communicating and exchanging information. Social media users do not know the boundaries of age, generation, gender, ethnicity, and religion. However, what is interesting is the user among housewives. This study took the research subjects of housewives. Housewives are chosen as research subjects because they are pillars or pillars in a household. If the pillar is strong, then the household will also be healthy. Thus, if we want to build a resilient and robust generation, we will start from the housewives. A healthy household starts from strong mothers too. This study aims to find out the insights of the housewives of Kanoman village regarding the content on smartphones and social media and provide knowledge of social media literacy to housewives. This study used a qualitative approach with data collection techniques using participant observation, interviews, focus group discussion (FGD), and documentation. The results of the study showed that previously housewives had not experienced social media literacy. Then the researchers took steps to be able to achieve the desired literacy results. Researchers took several steps to make them become social media literates. They become able to use social media, understand social media, and even produce messages through social media.


Author(s):  
Ray March Syahadat

As a maritime ethnic, Butonese people migrated to some places. A rather large amount of them are in Province of Maluku, Indonesia. This study aims at investigating Butonese cultural landscape in their new migrant region. Is there any different? If this study also aims to know social interaction among ethnics and how it affects Butonese cultural landscape dynamics. This study took place in Negeri Kawa, western part of Seram Regency, Maluku Province, on November 2015. The method used in the study was a qualitative method with in depth interview by snowball and triangulation technique, observation participation, focus group discussion (FGD), and literature study. The result showed that there is a different between Butonese cultural landscape in Buton and Negeri Kawa. Stereotype, presumption, and prejudice to Butonese people also occur. However, it is not always negative because from those three things, the process of acculturation and adaptation as a form of respect and prevention of Butonese culture can occur in Negeri Kawa.


The chapter is divided into five sections. The first section discusses the interview method from the social constructionist and qualitative perspectives. The second section contains information related to the procedures of undertaking focus group discussion in qualitative projects. The different types of observation methods are highlighted in Section 3, but only participant and non-participant observation variants are discussed. The primary and secondary documents are addressed in Section 4, and examples are given. The chapter is concluded by a question and answer section, where important questions are raised and answered in a simple way.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
Rahmat Catur Wibowo ◽  
Kelik Hendro Basuki ◽  
Muh Sarkowi

Desa Sukamarga memiliki beberapa obyek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi seperti keramikandan kawah nirwana. Semua obyek wisata tersebut berada di alam bebas yang sangat beresiko dan wajibmemperhatikan keselamatan pengunjung. Pengelolaan keselamatan wisata akan selalu terkait dengan upaya-upaya meminimalkan risiko dan kecelakaan. Tujuan dari pengabdian ini adalah: memetakan kondisi eksistingobyek geowisata keramikan dan kawah nirwana berbasis photo udara, mengedukasi masyarakat akan prinsip-prinsip pengelolaan keselamatan wisata, dan mengintegrasikan data geospasial dan nonspasial dari kelompokmasyarakat dalam pembuatan peta zonasi risiko. Kelompok masyarakat yang tergabung dalam KelompokSadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sukamarga merupakan subjek utama dalam proses pemetaan partisipatif.Proses pemetaan melalui tahap Focus Group Discussion dan in-depth interview berkaitan dengan risikokeselamatan pengunjung. Sistem informasi geografis kemudian mentransformasikan hasil pemetaanpartisipatif dalam bentuk digital. Hasil dari penelitian ini adalah peta partisipatif zona risiko keselamatanpengunjung di obyek wisata keramikan dan kawah nirwana yang secara geologi berada di manifestasipanasbumi.


Author(s):  
Anggaunita Kiranantika ◽  
Rina Natalia ◽  
Mei Rita Kumala

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orangtua. Pola asuh yang diterapkan oleh setiap keluarga sangat bervariasi. Karakter anak akan ditentukan oleh lingkungan melalui pengalaman yang dibentuk dalam dunia sosialnya, sebagaimana diatur dalam UU no 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan Kebijakan 3-Ends pada 3 isu nasional yang memfokuskan penghapusan kekerasan, Traffiking, dan Rentan Ekonomi yang. Melalui fokus proiritas ini diharapkan semua kekuatan elemen, pemerhati persoalan ini bersinergi untuk mewujudkan dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, perlulah sekali diadakan sosialisasi 3 Ends di kalangan anak dan remaja dalam masyarakat untuk bisa memaksimalkan hak anak dan partisipasi anak dalam pembangunan yang berkelanjutan. Kegiatan ini dilakukan di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan dilakukan dengan Action Research menggunakan Focus Group Discussion kepada anak-anak, remaja dan pendamping yang hadir. Kegiatan ini merupakan pengetahuan baru bagi masyarakat sebagai upaya pemenuhan hak anak yang masih belum dipenuhi secara maksimal. Kegiatan ini diharapkan dapat dilakukan secara terjadwal untuk dapat menanggulangi masalah kekerasan dan human trafficking yang semakin rentan terjadi pada anak dan remaja di Kabupaten Banyuwangi.DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um032v1i12018p001


Author(s):  
Andi Surahman Batara ◽  
Muhammad Syafar ◽  
Sukri Palutturi ◽  
Stang Stang

Healthy cities merupakan isu yang sangat kompleks, melibatkan banyak sektor dan berbagai disiplin ilmu, olehnya itu healthy cities hanya bisa dicapai kalau semua sektor yang terlibat dapat berkolaborasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara yang dinilai efektif untuk mewujudkan terminal sehat. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan participation action research (PAR). Pengumpulan data dilakukan melalui focus group discussion (FGD), wawancara mendalam. Informan penelitian yaitu ketua Persatuan Penyandang Disabilitas Sulawesi Selatan, Ketua Organisasi Angkutan Darat, perwakilan Solidaritas Perempuan Sulawesi Selatan, pengguna terminal, koordinator kebersihan Terminal, Humas Terminal, Direktur Operasional Terminal, ahli kesehatan masyarakat,  pedagang dan Direktur Utama Terminal. Hasil FGD berkesimpulan bahwa kolaborasi stakeholder adalah kunci sukses dalam mewujudkan konsep terminal sehat.Kata Kunci : Stakeholder, indikator terminal sehat 


2021 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 567-586
Author(s):  
Afifi Lateh ◽  
◽  
Mahdee Waedramae ◽  
Weahason Weahama ◽  
Supansa Suvanchatree ◽  
...  

This participatory action research aims to (1) construct a classroom research development model for Thai tertiary lecturers in the three southern border provinces and (2) evaluate their classroom research performance. Through voluntary participation, the target group comprises 40 lecturers in Thailand, specifically from Prince of Songkla University, Pattani Campus; Yala Rajabhat University; Princess of Naradhiwas University; Fatoni University; and Boromarajonani College of Nursing Yala. In-depth interviews were conducted with two university administrators, and a focus group discussion was held for 12 participants, including lecturer representatives and the researchers. Initial data on suggestions were collected to construct a draft classroom research development model which was subsequently assessed for quality by three purposively sampled experts. The selection criteria for these experts included having a research background in Education or having conducted at least three research titles on classroom research. The instruments were an in-depth interview form, a focus group discussion form, a model quality assessment, a self-assessment form, and a learning log. The data were analysed with content analysis and descriptive statistics.


2018 ◽  
Vol 37 (2) ◽  
Author(s):  
Kadek Cahya Dewi ◽  
Putu Indah Ciptayani ◽  
Herman Dwi Surjono ◽  
Priyanto Priyanto

Abstract: Polytechnic has characteristic which prioritizes the application of practical aspects supported by appropriate theory. Blended learning can be applied in Polytechnic, but a scheme is needed to formulate the correct instructional model. The study objectives were to examine the type of instructional model on blended learning that suits with Polytechnic. The research was conducted by qualitative descriptive approach by Miles and Huberman through observation, in-depth interview, Focus Group Discussion and literature review. The research validity was done by transferability, confirmability, credibility and dependability test. It can be concluded that the instructional model is appropriately determined by the suitability of educational model, technique and method of learning, and also facilities and infrastructure readiness. The instructional model on Blended Learning in Polytechnic is the Rotation Instructional Model. The study had implications on the learning process in Polytechnic. The lecturers could use the schema to determine the suit instructional model for their courses.Keywords: Instructional Model, Blended Learning, Polytechnic, Vocational STUDI MODEL INSTRUKSIONAL PADA PEMBELAJARAN KOMBINASI DI POLITEKNIK Abstrak: Politeknik memiliki ciri khas pendidikan yang mengutamakan penerapan aspek-aspek praktis yang didukung oleh teori yang tepat. Blended learning dapat diterapkan di Politeknik, namun diperlukan sebuah skema untuk merumuskan instructional model yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengkaji jenis instructional model pada Blended Learning yang sesuai dengan karakteristik pendidikan Politeknik. Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif model Miles dan Huberman, teknik pengumpulan data observasi, wawancara, Focus Group Discussion dan kajian pustaka. Keabsahan data dengan uji transferability, confirmability, credibility dan dependability. Penelitian menyimpulkan bahwa instructional model yang tepat ditentukan dengan mempertimbangkan kesesuaian antara model pendidikan yang diselenggarakan, teknik dan metode pembelajaran mata kuliah, serta ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran. Sesuai dengan pertimbangan tersebut maka instructional model pada Blended Learning di Politeknik adalah Rotation Instructional Model. Implikasi penelitian terjadi pada proses pembelajaran di Politeknik. Para dosen dapat memanfaatkan instructional model skema untuk menentukan instructional model yang tepat untuk mata kuliah yang diampu.Kata Kunci: Instructional Model, Blended Learning, Politeknik, Vokasi


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document