Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman serealia yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan, pakan, dan bioetanol. Sorgum mempunyai potensi besar untuk dijadikan tanaman pangan di Indonesia karena tanaman ini toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama dan penyakit. Produktivitas sorgum di Indonesia masih rendah. Hal ini disebabkan karena varietas unggul di Indonesia masih terbatas. Varietas unggul sorgum nasional yang ada saat ini dikembangkan melalui teknik mutasi dan introduksi, sedangkan melalui teknik persilangan belum banyak dilakukan. Upaya peningkatan produktivitas sorgum di Indonesia harus didukung oleh ketersediaan varietas unggul sorgum yang adaptif dan berdaya hasil tinggi di Indonesia. Perakitan varietas sorgum berdaya hasil tinggi melalui persilangan telah dilakukan sehingga diperoleh galur-galur sorgum yang siap diuji daya hasil dan kemampuan adaptasinya di Indonesia.Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendapatkan informasi tentang keragaman pada populasi F4 dan F5 yang diperoleh melalui metode penggaluran single seed descent hasil persilangan antara B69 dengan Numbu, (2) mendapatkan informasi tentang keeratan hubungan antara karakter agronomi dengan daya hasil, (3) melakukan seleksi galur harapan sorgum berdasarkan daya hasil serta memiliki keseragaman yang rendah dalam galurnya terutama pada karakter tinggi tanaman dan bobot biji malai-1. Penelitian terdiri dari dua percobaan, yaitu (1) analisis keragaman populasi F4 hasil single seed descent dari persilangan B69 dan Numbu, (2) pendugaan nilai parameter genetik dan seleksi galur-galur inbreed F5. Percobaan pertama dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Dramaga, Bogor dengan ketinggian 240 m dpl dan suhu rata-rata 25.8 0C pada bulan Februari sampai Mai 2014. Materi genetik yang digunakan adalah populasi F4 dan 2 varietas kontrol berupa B69 dan Numbu. Percobaan kedua dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober 2014 di Dramaga, Bogor dengan suhu rata-rata 27.4 0C. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan augmented design. Materi genetik yang digunakan adalah 201 RILs F5 hasil persilangan B69 x Numbu dan 4 varietas kontrol yaitu Numbu, Samurai-1, Samurai-2, dan galur mutan B69. Hasil penelitian pertama menunjukkan nilai tengah populasi F4 pada karakter tinggi tanaman, jumlah daun, panjang malai, lingkar malai, bobot malai, bobot seribu biji, dan bobot biji malai-1 berada di antara nilai tengah kedua tetua, sementara karakter diameter batang memiliki nilai tengah lebih tinggi dari kedua tetua. Seluruh karakter agronomi memiliki sebaran normal, bersifat poligenik dan dipengaruhi oleh aksi gen aditif. Heritabilitas yang tinggi dan keragaman genetik yang luas terdapat pada diameter batang, bobot malai, dan bobot biji malai-1. Metode single seed descent dapat mempertahankan nilai heritabilitas yang tinggi dan keragaman genetik yang luas sampai generasi F4. Hasil analisis ragam pada penelitian kedua menunjukan bahwa RILs F5 yang diuji berbeda nyata pada karakter periode pengisian biji, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang malai, lingkar malai, bobot malai, dan bobot biji malai-1. Disamping itu pada populasi RILs F5 menunjukan bahwa galur-galur yang diuji memperlihatkan keragaman genetik yang luas dan heritabilitas tinggi pada karakter periode pengisian biji, tinggi, tanaman, jumlah daun, panjang malai, lingkar malai, bobot malai, dan bobot biji malai-1. Terdapat RIL F5 yang memiliki ragam dalam galur lebih rendah dan memiliki daya hasil lebih baik dibanding kedua tetua. Seleksi berdasarkan bobot biji malai-1 meningkatkan hasil 35.3% namun tinggi tanaman meningkat 5%. Seleksi berdasarkan bobot biji malai-1 dan tinggi tanaman meningkatkan hasil 21% dan mengurangi tinggi tanaman 6,9%. Hal ini memberikan kesempatan untuk mendapatkan varietas unggul dengan tinggi tanaman yang lebih pendek. Galur-galur RIL terpilih dapat dilanjutkan untuk pengujian daya hasil pendahuluan.