Jurnal Psikologi Integratif
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

52
(FIVE YEARS 45)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Al-Jami'ah Research Centre

2580-7331, 2356-2145

2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Maya Arizqina Fauziah ◽  
Ruseno Arjanggi

The increasing burden of mothers during the pandemic by accompanying children's learning during school from home in the pandemic is an additional burden that teachers have previously done in schools. The increasing responsibility of the mother stimulated a decrease in the feeling of well-being in mother. The purpose of this study was to test the hypothesis that there is a positive relationship between emotional regulation and the psychological well-being of mothers who accompany their children to study from home during Covid 19 pandemic. Participants of this study were mothers who had children at the formal education stage in elementary school. A total of 110 mothers became participants in the scale try out of research instruments and 152 mothers joined as participants in the study. Two measuring instruments used in this research were emotional regulation scale and emotional well-being scale. Test result of emotional regulation scale obtained internal consistency α=0,77 and emotional well-being scale obtained internal consistency α=0,85. Hypothetical test by biserial correlation Pearson result found that emotional regulation correlated with emotional well-being. This study implies that better regulation of emotions that mothers have will contribute to improve psychological well-being.Bertambahnya beban ibu selama pandemi Covid-19 dengan mendampingi belajar anak selama bersekolah dari rumah merupakan beban tambahan yang sebelumnya banyak dilakukan oleh guru di sekolah. Bertambahkan tanggung jawab ini memungkinkan terjadinya penurunan perasaan sejahtera pada ibu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis penelitian yaitu ada hubungan positif antara regulasi emosi dengan kesejahteraan psikologis pada Ibu yang mendampingi anak sekolah dari rumah selama masa pandemic Covid-19. Partisipan penelitian ini yaitu 110 ibu sebagai partisipan uji coba alat ukur dan 152 ibu sebagai partisipan penelitian. Dua alat ukur digunakan dalam penelitian ini yaitu skala regulasi emosi dan skala kesejahteraan emosi. Hasil uji coba skala regulasi emosi diperoleh internal konsistensi α=0,77 dan skala kesejahteraan emosi diperoleh internal konsistensi α=0,85. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan korelasi dari pearson menemukan bahwa regualsi emosi berkorelasi dengan kesejahteraan emosi. Penelitian ini memiliki implikasi bahwa semakin baik regulasi emosi yang dimiliki ibu akan memiliki kontribusi terhadap terbentuknya kesejahteraan psikologis yang semakin baik pula.


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Andini Damayanti ◽  
Margaretha Margaretha

Witnessing IPV is traumatic. Trauma affect children’s attachment toward their parents. Earlier attachment affect adult attachment toward intimate partners. Personality is a interpersonal-related construct that predict variations of adult attachment. This study aims to measure the effect of childhood trauma and personality on adult attachment, whose participants are adults who witnessed IPV as child. This study also aims to prove whether personality can be a moderating variable between childhood trauma and adult attachment. There are 191 respondents aged 18-40, their responses obtained through online survey. The scales used are Traumatic Antecedent Questionnaire (TAQ), Big Five Inventory (BFI), State Adult Attachment Measure (SAAM) and Adult Disorganized Attachment (ADA). Data is analyzed with regression and interaction test. Effects of competency as protective factor against trauma on secure attachment is strengthened by conscientiousness and extraversion. Anxious attachment is predicted by agreeableness. Conscientiousness and openness to experience predict avoidant attachment. Last, history of sexual abuse predicts disorganized attachment.Menyaksikan KDRT adalah pengalaman yang traumatis bagi anak. Trauma tersebut dapat mempengaruhi kelekatan anak terhadap orangtua. Kelekatan sebelumnya akan mempengaruhi kelekatan dewasa, yaitu kelekatan terhadap pasangan. Kepribadian adalah konstruk yang berkaitan dengan relasi dan dapat memprediksi jenis kelekatan dewasa. Tujuan penelitian ini adalah mengukur pengaruh trauma masa kanak dan kepribadian terhadap kelekatan dewasa, dengan partisipan individu dewasa yang pernah menyaksikan KDRT. Penelitian ini juga bertujuan untuk membuktikan apakah kepribadian mampu menjadi variabel moderator antara pengaruh trauma masa kanak terhadap kelekatan dewasa. Sebanyak 191 subjek berusia 18-40 tahun diambil datanya dengan survei daring. Skala yang digunakan antara lain Traumatic Antecedent Questionnaire (TAQ), Big Five Inventory (BFI), State Adult Attachment Measure (SAAM) dan Adult Disorganized Attachment (ADA). Teknik analisis menggunkan regresi dan uji interaksi. Hasilnya, pengaruh kompetensi sebagai faktor protektif trauma terhadap kelekatan aman diperkuat oleh extraversion dan conscientiousness. Kelekatan cemas diprediksi oleh agreeableness. Conscientiousness dan openness to experience memprediksi kelekatan menghindar. Terakhir, kekerasan seksual adalah prediktor tunggal dari kelekatan disorganisasi. 


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 115
Author(s):  
Zidni Immawan Muslimin

This study aims to determine the relationship between positive thinking and resilience among undergraduate students who are currently working on their thesis. The subjects of this study were 75 psychology students in UIN Sunan Kalijaga who are working on their thesis. The research variables were measured using positive thinking scale with aspects were taken from Albercht's theory, namely: positive expectations, self-affirmation, statements that do not assess, and conformity with reality. The Positive Thinking Scale consists of 48 items, with a discrimination index above 0.3 and reliability coefficient of 0.949. Meanwhile, the resiliance variable was measured by resilience scale developed using Grotberg theory (2003) with its aspects, namely: external support (I Have), Inner strengths (I Am), and interpersonal and problem-solving skills (I Can). The Resilience Scale consists of 51 items with discrimination index above 0.3 and reliability coefficient of 0.944. Hypothesis testing was carried out using Spearman Rho and the results showed correlation coefficient of 0.738 with p: 0.000 (p <0.01). These results proved there is a significant positive correlation between positive thinking and resilience. The effective contribution of positive thinking to students resilience was 60.7%.     Keywords: student thesis; positive thinking; resiliencePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara berpikir positif dan resiliensi pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara berpikir positif dan resiliensi. Adapun subjek penelitian ini berjumlah 75 mahasiswa Psikologi UIN Sunan Kalijaga yang sedang menyelesaikan skripsi. Variabel penelitian diukur dengan menggunakan skala berpikir positif yang aspek-aspeknya diambil dari teori Albercht, yaitu  : a. Harapan yang positif b. Afirmasi diri c. Pernyataan yang tidak menilai d. Pernyesuaian terhadap kenyataan. Skala Berpikir Positif terdiri dari 48 aitem, dengan koefisien daya diskriminasi di atas 0,3 dan koefisien reliabilitas  sebesar 0,949. Sedangkan untuk variable reliliensi diukur dengan skala resiliensi yang mengacu pada teori Grotberg (2003) dengan aspek-aspeknya yaitu : a. External support (I Have), b. Inner strengths (I Am), dan c. Interpersonal and problem-solving skills (I Can). Skala Resiliensi terdiri dari 51 aitem dengan koefisien daya diskriminasi di atas 0,3 dan koefisien reliabilitas  sebesar 0,944. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Spearman Rho dan hasilnya diperoleh koefisien korelasi sebesar  0,738 dengan p : 0,000 (p<0,01). Dengan hasil ini membuktikan bahwa hipotesis dinyatakan diterima. Hal ini berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara berpikir positif dan resiliensi. Adapun  sumbangan efektif berpikir positif terhadap kemampuan resiliensi sebesar 60,7 %.     Kata kunci : berpikir positif, mengerjakan skripsi, resiliensi,


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 95
Author(s):  
Siti Salma Salsabila ◽  
Rachmy Diana

Discipline character is very crucial to be developed since an early age. Children who have a disciplined character will be able to learn and to develop admirable behavior that is accepted by society and members of social groups. This study examined whether family resilience and the quality of school life has a correlation with the character of discipline. The hypotheses were (1) there is a positive correlation between the quality of school life and family resilience with the disciplinary character of students (2) there is a positive correlation between the quality of school life and the character of student discipline and (3) there is a positive correlation between family resilience and the character of student discipline. This research was conducted by giving three scales to 220 junior high school students. The result analysis showed that the hypotheses were accepted. There was a positive and significance correlation between family resilience and the quality of school life with the disciplinary character of students.Keywords: discipline character; family strengths; quality school of lifeKarakter disiplin sangat penting dikembangkan sejak dini. Hal ini dikarenakan anak yang memiliki karakter disiplin mampu belajar berperilaku yang diterima oleh masyarakat dan anggota kelompok sosial. Penelitian ini ingin menguji apakah karakter disiplin dipengaruhi oleh  ketahanan keluarga dan kualitas kehidupan sekolah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah (1) terdapat hubungan positif kualitas kehidupan sekolah dan ketahanan keluarga dengan karakter disiplin siswa (2) terdapat hubungan positif kualitas kehidupan sekolah dan karakter disiplin siswa dan (3) terdapat hubungan positif ketahanan keluarga dan karakter disiplin siswa.  Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tiga skala kepada 220 siswa Sekolah Menengah Pertama. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara ketahanan keluarga dan kualitas kehidupan sekolah dengan kualitas kehidupan sekolah. Kata kunci : Karakter disiplin, ketahanan keluarga, kualitas kehidupan sekolah Abstract. Discipline character is very important to develop from an early age. Because children who have a disciplined character are able to learn to behave that is accepted by society and members of social groups. This study wants to examine whether the character of discipline has a relationship with family resilience and the quality of school life. The hypotheses is (1) there is a positive relationship between the quality of school life and family resilience with the disciplinary character of students (2) there is a positive relationship between the quality of school life and the character of student discipline and (3) there is a positive relationship between family resilience and the character of student discipline.. This research was conducted by giving three scales to 220 junior high school students. The results of the analysis show that there is a positive and significance correlation between family resilience and the quality of school life with the disciplinary character of students. Keywords: Discipline character, family strengths, quality school of life 


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 16
Author(s):  
Anindya Dewi Paramita ◽  
Andi Tenri Faradiba ◽  
Khintan Sucitasari Mustofa

Self-injurious behavior or acts of self-harm that are commonly found in adolescents are form of channeling negative emotions to deal with emotional pain. One reason for this pain was exposure to unpleasant experiences called adverse childhood experiences. This study aims to explore the detrimental effect of experience on self-harm in adolescents. This study used two measuring instruments, the Deliberate Self-Harm Inventory (DSHI) was used to measure DSH and Adverse Childhood Experience Quesionnaire (ACE.Q) was used to measure ACE. There were 168 respondents in the study who participated filling online questionnaire and they were gathered through non-probability sampling technique. The result showed that there was a positive correlation between adverse childhood experiences on self-harm with a sig value of 0.035 <0.05. This means that the higher the ACE, the higher the DSH. Perilaku melukai diri sendiri atau deliberate self-harm (DSH) banyak ditemukan pada remaja sebagai bentuk penyaluran emosi secara negatif untuk mengatasi rasa sakit secara emosional. Salah satu penyebab rasa sakit tersebut adalah adanya paparan pengalaman tidak menyenangkan yang disebut dengan adverse childhood experience (ACE). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh adverse childhood experience terhadap deliberate self-harm pada remaja di Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur, yaitu Deliberate Self-Harm Inventory (DSHI) untuk mengukur DSH dan Adverse Childhood Experience Quesionnaire (ACE.Q) untuk mengukur ACE. Terdapat 168 responden dalam penelitian ini yang diperoleh secara online melalui teknik non-probability sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara adverse childhood experience terhadap deliberate self-harm dengan nilai sig 0,035 < 0,05. Artinya, semakin tinggi adverse childhood experience maka semakin tinggi pula kecenderungan melakukan deliberate self-harm     


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Pugud Aujian Arum Marisa ◽  
Lufiana Harnany Utami

Competition among companies made the majority of employees faced high demand on their job and achievement. Hence, it eventually stimulated the occurrence of burnout more frequently. This study aims to dexplore the correlation of work stress and hardiness with burnout. Using three psychological measurement tools, namely The Burnout Scale, Work Stress Scale, and Hardiness Scale, this quantitative research measured 91 employees in Surabaya. The result showed that work stress and hardiness have correlation with burnout. Partially work stress has a positive correlation with burnout, while hardiness has a negative correlation with burnout. Contribution of those variabels showed that there were possibly other variables that can be used in further research.Persaingan antar perusahaan menyebabkan tuntutan pekerjaaan yang tinggi sehingga menyebabkan burnout di kalangan pekerja sering terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres kerja dan hardiness terhadap burnout. Peneliti menggunakan tiga alat ukur psikologis yaitu Skala Burnout (MBI), Skala Stres Kerja dan Skala Hardiness. Penelitian kuantitattif ini melibatkan 91 pekerja umum di Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara stres kerja dan hardiness dengan burnout pada pekerja. Secara parsial stres kerja berkorelasi positif terhadap burnout, sementara hardiness berkorelasi negatif terhadap burnout. Kontribusi kedua variabel menunjukkan ada variabel lain yang bisa digunakan pada penelitain selanjutnya. 


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Skolastika Meta Wedika Titiani ◽  
Rostiana Rostiana

This study aimed to explore the formation process of employees’ intentions to leave viewed by Planned Behavior Theory during the Covid-19 Pandemic and to determine the factors that influence the formation of employees’ intentions to leave. The intention to leave work is how much encouragement an employee has to leave the company. Based on theory of planned behavior, intention was formed by indirect belief factor and direct belief factor. The components of indirect belief were behavioral belief, normative belief, and control belief. The components of direct belief were attitudes toward behavior, subjective norms, and perceived behavioral control. The research method used was mixed method design. This research consisted of 2 stages research. First study (study 1) aimed to determine the subject's understanding toward components of indirect belief that contributed to form intention. Second study (study 2) aimed to test the measurement model through Confirmatory Factor Analysis (CFA) and structural model theory of planned behavior in the form of a Goodness of Fit test. The measurement used was the ‘Lisrel’ program. The results showed that work leave intentions were influenced by attitudes toward behavior, subjective norms and behavior control. The dominant predictor of intention to leave was subjective norms. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses terbentuknya intensi keluar kerja ditinjau dari theory of planned behavior di masa pandemi Covid-19 dan mengetahui faktor yang mempengaruhi intensi karyawan keluar kerja. Intensi keluar kerja adalah dorongan yang dimiliki seseorang untuk keluar dari perusahaan. Menurut theory of planned behavior, intensi dipengaruhi oleh faktor keyakinan tidak langsung dan faktor keyakinan langsung. Komponen dalam keyakinan tidak langsung meliputi: keyakinan perilaku, keyakinan normatif, dan keyakinan kontrol. Komponen dalam keyakinan langsung meliputi: sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran. Penelitian ini terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama (studi 1) bertujuan untuk menggali komponen-komponen pada keyakinan tidak langsung yang berperan dalam pembentukan intensi. Tahap kedua (studi 2) bertujuan untuk menguji model pengukuran melalui Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan uji model struktural theory of planned behavior berupa uji kecocokan model (Goodness of Fit). Pengukuran yang digunakan menggunakan program Lisrel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensi kerja dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan kontrol perilaku. Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi intensi keluar kerja adalah norma subjektif.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 92
Author(s):  
Winata Tjandra ◽  
Darmawan Muttaqin ◽  
Marselius Sampe Tondok
Keyword(s):  

Pertemanan memiliki kontribusi terhadap perkembangan remaja tidak terkecuali perkembangan sosioemosional khususnya relasi interpersonal dengan teman sebaya. Kemampuan menjalin relasi pertemanan dengan teman sebaya tidak dapat dipisahkan dari pengalaman remaja ketika berelasi dengan orang tuanya. Mayoritas masyarakat di Indonesia masih memosisikan ibu sebagai pengasuh utama padahal ayah juga memiliki peran dalam pengasuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pengasuhan responsif ayah dengan kualitas pertemanan. Partisipan penelitian merupakan 362 remaja berusia 12-21 tahun yang sedang berada pada tahap remaja awal, tengah, dan akhir. Penelitian ini menggunakan alat ukur Friendship Qualities Scale dan sub skala Responsiveness dari Parenting Style yang digunakan untuk mengukur kualitas pertemanan dan pengasuhan responsif ayah. Hasil analisis korelasi menemukan bahwa pengasuhan responsif ayah memiliki hubungan positif dengan kualitas pertemanan. Selain itu, ditemukan perbedaan kualitas pertemanan ditinjau dari jenis kelamin dan kelompok usia. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan secara responsif berkaitan dengan kemampuan remaja dalam menjalin relasi pertemanan yang berkualitas dengan teman sebayanya. Karakteristik yang berbeda antar jenis kelamin dan kelompok usia dapat menyebabkan perbedaan kualitas pertemanan.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 61
Author(s):  
Anita Novianty ◽  
Evans Garey

Early adulthood was indicated by exploring self-identity, including re-questioning the religion belief that was taught by nuclear family since childhood. Most of young adult perceived themselves or by older people as less religious, but spiritual. This study aims to understand the meaning of religiosity/spirituality from a) perspective of their own religion; b) perspective of other religion; and c) their religious experience. Photovoice was applied in this study with various background of participant’s religion including Moslem, Christian, Catholic, Hinduism, Buddhism, and Kong Hu Cu, which selected by snowball sampling. The result showed worship place and activities were mostly chosen as representation of the meaning of religiosity/spirituality from their own religion perspective as well as other religion. Whereas, moment in worship activity and personal experience where they can get through of difficult or unfortunate situation were representation of their religious/spiritual experience. From this study, we can conclude that the institutionalized religion is still play important role in young adult’s spiritual/religious life.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 52
Author(s):  
Dian Novika Wahyuningsih ◽  
Zahro Varisna Rohmadani

Generasi muda sebagai tumpuan bangsa mempunyai peranan penting guna memajukan negara. Seiring berkembangnya zaman, remaja berisiko terhadap kecenderungan perilaku seks pra-nikah. Melalui pola asuh islami, remaja dapat menjadi insan yang shalih dan shalihah serta terhindar dari kecenderungan perilaku seks pra-nikah. Tujuan dilakukan penelitian ini guna mengetahui hubungan antara pola asuh islami dengan kecenderungan perilaku seks pra-nikah pada remaja siswa SMA X di Bantul yang diharapkan dapat menyumbang kekayaan dalam keilmuan Psikologi. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pola asuh islami dengan kecenderungan perilaku seks pra-nikah pada remaja siswa SMA X di Bantul. Apabila pola asuh yang diterapkan orang tua secara intens, maka kecenderungan perilaku seks pra-nikah pada remaja akan rendah. Dalam pengambilan data, dilakukan dengan memberikan 2 skala pada 40 siswa dari kelas X, XI hingga XII SMA X di Bantul. Hasil yang didapatkan yaitu terdapat hubungan negatif antara pola asuh islami dengan kecenderungan perilaku seks pra-nikah pada siswa SMA X di Bantul.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document