Jurnal PASUPATI
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

19
(FIVE YEARS 9)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Pasupati, Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta

2579-9649, 2303-0860

2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Erma Wahyu Utami

This study discusses the learning method using the role playing method in Pasraman with the aim of developing Linguistic character and intelligence. This research was conducted in Pasraman Purna Lingga Pondok Gede. The background of this research is to develop learning methods to vary, because previously in Pasraman Purna Lingga using conventional methods or lecture methods. The lecture method is considered less attractive because students are only silent, listening and easily bored for the writer trying to apply the role playing method, where students participate actively in the learning process. This study uses a qualitative descriptive approach in which the data collection uses interview techniques, observation and documentation in the Purna Lingga Pondok Gede area. From the results of the study using the role playing method that is applied to students of Class VIII Middle School characters in students has developed well, by using simulations through drama scripts students can know and understand the characters that are in the Ramayana story and applied in everyday life. Whereas for linguistic intelligence class VIII students are already good at using language and fluent in talking about knowing the accuracy of intonation, pronunciation, facial expressions and fluent in delivering the drama script. Keywords: Methods of Role Playing, Character, Linguistics 


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 177
Author(s):  
I Wayan Aditya Nugraha

Jurnal yang berisikan tentang upaya pemaksimalan program ekstrakurikuler dalam meminimalisir kecanduan gadget pada siswa pasraman kota bogor, menjelaskan tentang memaksimalkan program ekstrakurikuler yang sudah ada bertujuan untuk meminimalisir kecanduan pada siswa pasraman. Karena masalah terkini yang berkaitan antara kemajuan teknologi dan kecanduan pada teknologi tersebut.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Ida bagus Putu eka Suadnyana ◽  
Krisna Sukma Yogiswari

Book of the Upanishads is a book that can guide students to improve Sradha and Bhakti presented to Ida Sang Hyang Wasa Widhi. Upanishad is taken from the word "Upa" (near), "Ni" (Under), "Sad" (sit), so Upanishads means sitting under nearby. A group of students sitting near the teacher to learn the teachings of the Upanishads, reviewing the most essential issues and convey to students near them. This Upanishad it is a philosophical review of the Vedas, because every part of the review by the Upanishads Vedas, Upanishads thus derived contents and refer to the Vedas. education antiquity held in pesraman-pesraman or solitary place away from the crowds unlike now where the different methods and systems already using the system class. Along with the development of science and technology education pattern began to develop it, but it would be nice if such technological progress offset by an increase in human resources to the development of technology is not abused and still refers to the teachings of the religion, so it is important for the teacher to inculcate patterns of previous education contained in the Upanishads directed to students so that lessons and more easily understood by students. It is also important for a teacher to instill confidence in the Lord to the students, because the trust and of understanding the existence of Ida Sang Hyang Widi Wasa will give rise to positive thinking finally able to be applied by the students into a concrete action in accordance with the rules of religion.


2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ayu Veronika

Menghadapi era digital seperti saat ini selain membutuhkan kesiapan berupa infrastruktur serta sarana dan prasarana, dibutuhkan juga kesiapan karakter untuk menghadapi berbagai macam perubahan dan tantangan yang menyertai perkembangannya karena era digital ini akan membuka sekat-sekat antara kebudayaan yang memungkinkan berbagai jenis kebudayaan untuk masuk ke tengah-tengah kehidupan masyarakat yang mungkin salah satunya akan sangat bertentangan dengan agama, adat serta budaya ketimuran yang menjadi pondasi dasar dari kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan penguatan etika khususnya bagi generasi muda Hindu untuk mencegah dampak-dampak negatif dari era digital. Salah satunya yaitu dengan mengetahui, mempercayai dan mengimplementasikan ajaran Tri Kaya Parisudha.Tri Kaya Parisudha merupakan bagian dari ajaran Susila dalam Tri Kerangka Dasar agama Hindu, yang terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni berfikir yang baik yang disebut dengan Manacika Parisudha, (2) berkata yang baik yang disebut dengan Wacika Parisudha, dan (3) berprilaku yang baik atau yang disebut dengan Kayika Parisudha. Penerapan ajaran Tri Kaya Parisudha dalam kehidupan sehari-hari sangat relevan untuk membentuk generasi muda Hindu yang baik, serta menjauhkan diri generasi muda Hindu dari hal-hal negatif yang merupakan dampak dari perkembangan era digital seperti saat ini.


2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 67
Author(s):  
Nanda Rizka Saputri

This research intend to explain task and function from Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) DKI Jakarta organization, to know the WHDI organization programs of activities and review performance the role of WHDI organization empower the Hindus woman in DKI Jakarta Province. The type of this research use descriptive method from qualitative analysis. The technique to collect data with data reduction, display, verification and conclusion. From this research, researcher interview 4 informaces namely 3 WHDI organization managements and 1 woman activist from Sarinah. The result of this research show the WHDI organization program of activities rate have run of their role well in empowerment the Hindus womans in DKI Jakarta although only from particular field has been implemented and support factors to participation of Hindus woman to follow program empowerment of activities WHDI organization in DKI Jakarta including available support from religion figure and society figure in socialization process and implementation activities program. Written the short history how WHDI DKI Jakarta was built in the past as the references how the program and activity made. 


2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 42
Author(s):  
I Wayan Surija

Peneliti ini membahas mengenai nilai-nilai pendidikan satya terhadap Bima dimana pada karakter Bima di dalam pewayangan Mahabharata lakon dewa ruci. Tema ini diambil karena ketertarikan pada tokoh Bima dalam pewayangan Mahabharata. Di balik sosok yang angkuh keras dan arongan Bima memiliki hati yang baik, perwira, penegak kebenaran, jujur, ketulusan bakti kepada guru, sradha atau keyankinan, moral yang baik dan mental yang kuat. Sifat-sifat ini terdapat pada jiwa Bima dimana sifat ini bisa menjadi hal yang sangat relevan pada masa sekarang dalam dunia pendidikan. Dalam aspek kejujuran Bima sangat mempunyai hati yang jujur kepada siapapun dalam masanya Bima menuntut ilmu pada gurunya Drona dan dia pun sangat jujur kepada gurunya.Dari Aspek ketulusan, Bima sangat tulus menerima apa yang ditugaskan pada gurunya demi dia menunjukan rasa bakti kepada guru yang ada dalam catur guru bakti kepada guru pengajian. Aspek mental sangatkah penting dalma suatu pendidikan, dimana mental yang kuat akan membuat suatu keberhasilan dalam suatu tugas apapun. Dalam aspek moral suatu aspek yang tak kalah pentingnya dimana moral adalah bagian daripada etika dan sopan santun serta disiplin dalam menempuh suatu pendidikan. Nilai-nilai ini lah ynag perlu kita contoh untuk generasi muda dalam menempuh pendidikan sekarang ini, dimana di jaman sekarang ini rendah nilai mental, moral, kejujuran, ketulusan dan sradha. Ketika Bima di perintahkan oleh gurunya Drona untuk mencari tirta amertha kamandalu di tengah laut, Bima memegang sifat yang ada dalam dirinya yaitu tulus, mental, moral, jujur, sradha atau keyakinan. Hal ini Bima pegang teguh demi suatu keberhasilan dalam suatu ujian dari gurunya. Penelitian ini merupakan penelitian kajian pustaka dengan menggunakan metode studi dokumen atau kepustakaan. Penelitian ini mengungkapkan nilai karakter pada bima di dalam cerita pewayangan mahabharata lakon dewa ruci. Peneliti menemukan bahwa sosok yang keras tidak menjadi sebuah jaminan orang yang keras itu memiliki karakter yang tidak baik seperti kejujuran mental yang kuat, moral yang berertikan, sradha atau keyakinan yang kuat dan rasa yang tulus ikhlas patut di contoh oleh generasi masa kini.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 100
Author(s):  
Ketut Angga Irawan
Keyword(s):  

Konsep perang suci telah diterjemahkan dan dipraktikkan oleh pemeluk agama Samawi dalam sejarah sebagai upaya untuk membela agama. Dalam Hindu tidak dikenal istilah perang suci namun dikenal konsep dharma yudha. Penulisan jurnal ini bertujuan untuk mengkaji konsep dharma yudha dalam literatur Hindu dan memaknai kembali konsep dharma yudha di tengah modernisasi dan dominasi agama Samawi.Dalam jurnal ini penulis melakukan kajian pustaka (library research) untuk mengkaji bentuk dharma yudha yang tercatat dalam sejarah Hindu. Sementara untuk menginterpretasikan kembali konsep dharma yudha dalam konteks modernisasi dan dominasi agama Samawi, dilakukan pengkajian kefilsafatan interpretivisme dengan pendekatan hermeneutik.Dalam naskah Hindu terdapat dua kisah besar dharma yudha yaitu perang dalam Ramayana dan Mahabharata. Cerita peperangan antara para dewa dengan Asura juga diceritakan dalam purana. Namun, tidak seperti perang agama, dharma yuddha tidak melawan orang-orang yang tidak bersalah. Pada masa kini konsep dharma yudha tidak lagi dapat diartikan sebagai peperangan dan pertumpahan darah. Konsep membela dharma dalam dharma yudha dapat dimaknai kembali sebagai: (1) upaya membela hak – hak dasar manusia, (2) berkehidupan sosial dengan berlandaskan nilai etik dan moral, (3) mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh umat manusia.Untuk memenangkan dharma dan mewujudkan persatuan dan kesatuan di NKRI maka diperlukan upaya untuk membangun upaya budaya anti-kekerasan dan menghadapi tantangan interal berupa gerakan mengikis budaya penuh curiga dan permusuhan sehingga umat agama khususnya umat Hindu mampu bergaul dengan baik dengan memperkembangkan tumbuhnya wadah – wadah interkomunal yang akan menjadi kekuatan yang ampuh untuk meredam setiap konflik agama yang muncul di Indonesia.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 147
Author(s):  
Ni Nyoman Sudiani

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna yang terkandung pada simbol-simbol uparengga pada upacara makala-kalan dalam perkawinan umat Hindu etnis Bali sehingga semua umat Hindu dapat memahami makna sarana upakara pada upacara mekala-kalan dan selanjutnya umat memiliki keyakinan terhadap proses upacara mekala-kalan untuk membentuk rumah tangga yang sukhinah. Adapun pertanyaan yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah “Apakah Makna Simbol-simbol Uparengga pada Upacara Mekala-kalan dalam Perkawinan Umat Hindu etnis Bali?”. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) uparengga yang digunakan dalam upacara makala-kalan antara lain: (1) Sanggah Surya, (2) tetimpug, (3) tikeh dadakan, (4) benang putih, (5) tegen-tegenan, (6) suhun-suhunan, (7) sapu lidi 3 katih (batang), (8) sambuk (serabut) kupakan (dibuka), dan (9) dagangan; dan b) makna yang terkandung dalam simbol-simbol uparengga tersebut antara lain: (1) Sanggah Surya merupakan simbol (nyasa) sthana manifestasi Sang Hyang Widhi (Tuhan), dalam hal ini adalah merupakan sthananya Dewa Surya, untuk memberikan pencerahan dan kehidupan kepada kedua mempelai, (2) Tetimpug memiliki makna sebagai alat komunikasi secara niskala (alam gaib) kepada Bhūta Kala dan secara sakala (alam nyata) kepada umat sekitar bahwa upacara makala-kalaan atau upacara perkawinan segera dimulai, (3) Tikeh dadakan (tikar kecil), memiliki makna kesucian prakrti sebagai alas untuk Purusa melakukan aktivitas, (4) Benang Putih sebagai simbol pembatas waktu dan jarak; (5) Tegen-Tegenan merupakan simbol dari pengambil alihan tanggung jawab yang bersifat sekala-niskala, (6) Suhun-Suhunan adalah simbol keinginan untuk mendirikan rumah tangga yang sukhinah dengan memantapkan keinginan kedua mempelai, (7) Sapu Lidi 3 katih (batang) memiliki makna kerja keras dan makna lahir, hidup dan mati, (8) Sambuk (serabut) kupakan (dibuka) mengandung makna penyatuan keluarga untuk membentuk rumah tangga yang suhkinah dan setiap rumah tangga akan mengalami masalah, oleh karena itu harus dipecahkan dengan akal sehat, dan (9)  dagangan mengandung makna adanya masalah yang harus didiskusikan atau disepakati sebelum mengambil suatu keputusan.  


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 117
Author(s):  
I Ketut Ulianta ◽  
Ketut Angga Irawan

The purpose of this study is to identify whether the use of different learning instructional media, that is Bhagawad Gita in the form of picture book and Bhagawad Gita in the form of plain text book, for students with different level of visual literacy, will results in any differences in the students’ understanding of the Hinduism value. This study aims to find out the answer to the questions (1) whether there are differences in the understanding of Hinduism value of students who in the learning process use Bhagawad Gita in the form of picture book compared to those who use Bhagawad Gita plain text book; (2) whether there are differences in the understanding of Hinduism value of students with a high visual literacy level who in the learning process use Bhagawad Gita in the form of picture book compared to those who use Bhagawad Gita plain text book; and (3) whether there are differences in the understanding of Hinduism value of students with a low visual literacy level who in the learning process use Bhagawad Gita in the form of picture book compared to those who use Bhagawad Gita plain text boo. This study applies Quantitative Analysis with Quasi-Experimental Design. The population are IX grade students of Pasraman Tirta Bhuana Bekasi of Academic Year 2016-2017. Samples are taken from the population using random sampling technique with a drawing method. The sample size are 32 students devided into two groups. Different treatment on the learning instructional media is given to each group after visual literacy of all samples are measured. Validity and reliability of the instrument are tested using Product Moment Correlation Technique and Alpha Cronbach's respectively. Two Way Analysis of Variance (ANOVA) with Treatment by Level Design is applied for data analysis.The results of this study are (1) there are differences in the understanding of Hinduism value of students who in the learning process use Bhagawad Gita in the form of picture book compared to those who use Bhagawad Gita plain text book; (2) the average learning outcome of students who have a high visual literacy level and use Bhagawad Gita in the form of picture book is higher than those who use Bhagawad Gita plain text book; and (3) the average learning outcome of students who have a low visual literacy level and use Bhagawad Gita in the form of picture book is higher than those who use Bhagawad Gita plain text book.


2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 61
Author(s):  
Untung Suhardi

This research using triggered with the phenomenon that it is this day of the importance of the application of ethics in the life of , especially ethical in the vedas that exist in the life of religious social .This research using analysis deksriptif qualitative done with the approach phenomenology in of life at literature hindu .Research discussed about the history of communication in the vedas , ethics communication in the vedas and efforts the preservation of the implementation of the communication in the life of religious social . The result of this research showed that form of communication which limited only speak to your neighbor, but hindu give the findings for donations to civilization mankind that communication the most essential relationships are vertical with the almighty.Communication used in basic hindu thought this is what made the concept of the balance between spiritual life and a globe which is later, becomes the basis for behavior communicate in life in the present.In relation to the process communication veda is very long apply pattern interaction  with your neighbor and its environment good horizontally with fellow human beings began of the family, the community and even to the national interest and state.Their effort to preserve ethics communication in the vedas formed by openness individual, the integration of all components hindu, capital intellectual as turning point in progress human resources, and sanction to local knowledge.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document