REINTERPRETASI KONSEP DHARMA YUDHA DALAM KONTEKS MODERNISASI DAN DOMINASI AGAMA SAMAWI: REFLEKSI KRITIS ATAS FENOMENA PEMBELAAN AGAMA
Konsep perang suci telah diterjemahkan dan dipraktikkan oleh pemeluk agama Samawi dalam sejarah sebagai upaya untuk membela agama. Dalam Hindu tidak dikenal istilah perang suci namun dikenal konsep dharma yudha. Penulisan jurnal ini bertujuan untuk mengkaji konsep dharma yudha dalam literatur Hindu dan memaknai kembali konsep dharma yudha di tengah modernisasi dan dominasi agama Samawi.Dalam jurnal ini penulis melakukan kajian pustaka (library research) untuk mengkaji bentuk dharma yudha yang tercatat dalam sejarah Hindu. Sementara untuk menginterpretasikan kembali konsep dharma yudha dalam konteks modernisasi dan dominasi agama Samawi, dilakukan pengkajian kefilsafatan interpretivisme dengan pendekatan hermeneutik.Dalam naskah Hindu terdapat dua kisah besar dharma yudha yaitu perang dalam Ramayana dan Mahabharata. Cerita peperangan antara para dewa dengan Asura juga diceritakan dalam purana. Namun, tidak seperti perang agama, dharma yuddha tidak melawan orang-orang yang tidak bersalah. Pada masa kini konsep dharma yudha tidak lagi dapat diartikan sebagai peperangan dan pertumpahan darah. Konsep membela dharma dalam dharma yudha dapat dimaknai kembali sebagai: (1) upaya membela hak – hak dasar manusia, (2) berkehidupan sosial dengan berlandaskan nilai etik dan moral, (3) mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh umat manusia.Untuk memenangkan dharma dan mewujudkan persatuan dan kesatuan di NKRI maka diperlukan upaya untuk membangun upaya budaya anti-kekerasan dan menghadapi tantangan interal berupa gerakan mengikis budaya penuh curiga dan permusuhan sehingga umat agama khususnya umat Hindu mampu bergaul dengan baik dengan memperkembangkan tumbuhnya wadah – wadah interkomunal yang akan menjadi kekuatan yang ampuh untuk meredam setiap konflik agama yang muncul di Indonesia.