Sylva: Jurnal Ilmu-ilmu Kehutanan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

17
(FIVE YEARS 17)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Muhammadiyah Palembang

2549-5828, 2301-4164

2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
Author(s):  
Lulu Yuningsih ◽  
Delfy Lensari ◽  
Alam Piande

Potensi sumber energi kita yang ada di negara Indonesia semakin hari semakin menipis yang disebabkan diambil secara terus menerus. Sumber energi yang berasal dari fosil ini jika kita ambil secara terus-menerus akan habis dan tidak bisa terbaharukan.  Oleh karena itu perlu adanya altarnatif sumber energi yang bisa diperbaharui, salah satunya energi yang bisa diperbaharui untuk menggantikan energi fosil, adalah biomasa kayu. Salah satu Kayu yang bisa di jadikan sumber energi yang bisa diperbaharui adalah kayu Kaliandra (Calliandra calothyrsus). Kaliandra (Calliandra calothyrsus) merupakan jenis pohon teduhan yang dapat tumbuh di hutan gugur dan hijau sepanjang tahun. Permasalahan yang dihadapi dalam pembiakan tanaman Kaliandra secara generatif adalah daya kecambah benih yang rendah yang diebabkan oleh benih Kaliandra memiliki sifat dormasi benih yang keras, dan kulit memiliki lapisan Lilin. Untuk mengatasi permasalahan dalam memenuhi kebutuan kayu Kaliandra dalam sumberdaya energi, maka diperlukan pembiakan tanaman secara vegetatif, salah satunya dengan stek batang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas keberhasilan pertumbuhan stek batang Kaliandra dengan menggunakan berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh Rootone F. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan melakukan berbagai eksperimen perlakuan terhadap stek batang Kaliandra yaitu tidak diberi perlakuan   S0K Tanpa perlakuan (0 ppm) S1K Perlakuan mengunakan hormon Rootone-f dengan konsentrasi  (100 ppm), S2K Perlakuan mengunakan hormon Rootone-f dengan  konsentrasi  (200 ppm). Hasil penelitian menunjukkan jumlah tunas dan jumlah daun yang sama disetiap perlakuan yaitu 1 tunas, Panjang tunas pada perlakuan hormon Rootone F dengan konsentrasi 100 (ppm), menghasilkan panjang  tunas terbesar 0,71 cm, persentasi hidup pada perlakuan hormon Rootone F dengan konsentrasi 100 (ppm) terbesar 6,67 %, dan Panjang akar stek Kaliandra pada perlakuan hormon Rootone F dengan konsentrasi 100 (ppm) menghasilkan terbesar 0,25 cm.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Sasua Hustati Syahroni ◽  
Asvic Helida ◽  
Amer Jaya

This study aims to determine and identify the composition and type of structure medicinal plants in the Sriwijaya botanical garden through analysis of medicinal plant vegetation by using a species diversity index. The research method used was a survey with a sampling technique used was a sampling method or intentionally from the area of the Sriwijaya Botanical Garden conservation area. Using the formula for sampling intensity [IS] of 2% and a total area of 100 Ha, the number of sample plots obtained is 50. This study identified 43 families and 76 species of medicinal plants. The highest importance index (INP) of the lower plants in the lower plantswas Senduduk (Melastoma malabathricum) a value 29,797%, while the lowest INP is Cataract (Laurentia longifora), Curry Leaf (Murraya koenigii), Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus) a 0,724%. While in INP, the highest mastery of medicinal plants at sapling level is Jelutung (Dyera costulata) a value 40.741%, while the lowest INP a butterfly (Bauhinia porpurea) with 4.204%. The diversity indexes of medicinal plants at the understorey and sapling levels were found to be 2.00 and 1.03, in both, indicating that understorey and sapling diversity was moderate and the community state was very stable. While the diversity index of medicinal plants at the seedling level was 0.94, indicating that medicinal plant diversity at the seedling stage is poor and the community state is quite poor.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 12
Author(s):  
Andi Nopriansyah ◽  
Cik Aluyah ◽  
Endang Sosilawati

Rattan jernang (Daemonorops draco Willd.) is a type of non-timber forest product that has a high market value. To reduce dependence on natural forests, jernang rattan cultivation is important. This study aims to determine the growth response of 3 year old jernang rattan plants to light intensity under mixed stands. The study was carried out at KHDTK Kemampo, Palembang Environmental and Forestry Research and Development Center from June to July 2020. This study used an experimental method with a Non-Factoral Randomized Block Design consisting of 3 treatments with 9 replications. The treatments consisted of P1 = canopy closure 10–30% (light intensity 72.19%), P2 = canopy closure 40–60% (light intensity 55.63%), and P3 = canopy closure 70–90% (light intensity 23.39%). The results showed that the growth of jernang rattan gave a very good response to light intensity under mixed stands for all parameters observed, namely plant height, leaf midrib length and number of leaves, as well as leaf color. The best growth of jernang rattan is in light conditions with a canopy cover of 10%-30% (light intensity 72.19%). There is a positive correlation between light intensity and the growth of jernang rattan under mixed stands, that is, the higher the light intensity, the better the growth of jernang rattan.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 19
Author(s):  
Yayat Hidayat ◽  
Delfy Lensari ◽  
Junaidii Junaidii

Social forestry provides an increase in the production and income of people in Tanggamus Regency as well as Kulon Progo Regency and Gunung Kidul Regency. KTH Tella Serasan also has a positive impact from the economic aspect, but with the covid 19 pandemic, members of the Tella Serasan Forest Farmers Group also experienced the impact of a decline in income, therefore further research was needed to what extent the impact of the COVID-19 pandemic on income for the community, especially the Tella Serasan Farmer Group. The purpose of this study was to analyze the impact of the COVID-19 pandemic on the income of the Tella Serasan Forest Farmer Group, Gelumbang District, Muara Enim Regency, South Sumatra Province. This research was conducted in December 2020 – April 2021. The research was conducted at Tella Serasan Teluk Limau Village, Gelumbang District, Muara Enim Regency, South Sumatra Province with the number of respondents in this study amounting to 54 respondents. The data Collected were primary data and secondary data. The income of the community before the Covid-19 pandemic in the plantation sector was Rp. 212,360,000 years/ha, livestock sector Rp.55,600,000/year and other sources of income Rp. 158.100.000/year. Community income during the COVID-19 pandemic in the plantation sector was Rp.144,335,000 year/ha, the livestock sector was Rp. 35.400.000/year, and other sources of income Rp. 127,835,000/year.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 6
Author(s):  
Yuli Rosianty ◽  
Efendi Agus Waluyo ◽  
Muhammad Surya Ganda Himawan

This aims of the study is to determine the potential for carbon deposits and uptake in Angsana (Pterocarpus indicus Willd) tree species. This research was carried out in December 2019. To determine the potential for carbon storage, the Allometric Equation formula was used to estimate biomass stored in it. A half of the biomass is carbon content stored. The results of this study showed that the largest estimation of carbon storage in green space of Ilir Barat I District at the point of observation of GOR / PSCC with a total carbon content of 17,999 tons / ha with an individual number of 23 species of Angsana plants (Pterocarpus indicus Willd). For the District of Ilir Barat I in the City of Palembang, it is expected to increase the number of Angsana (Pterocarpus indicus Willd) plants because these plants can absorb enough carbon and have strong roots


2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 46
Author(s):  
Erta Heptiana

Minyak Nilam merupakan bahan fiksatif yang paling banyak digunakan pada industri wewangian.  Namun masih terdapat kendala dalam memproduksi minyak nilam yakni rendahnya rendemen dan mutu minyak nilam.  Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh ketinggian tempat dan jenis alat suling terhadap rendemen mutu minyak nilam.  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam faktorial.  Faktor 1 adalah komparasi penanaman Nilam pada  dataran tinggi (puncak) dan dataran rendah (lembah) dan Faktor 2 adalah jenis alat suling yaitu dengan sistem kukus dan sistem uap/steam, dengan 6 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ketinggian tempat dan jenis alat suling berpengaruh nyata sedangkan interaksinya berpengaruh tidak nyata. Tabel Uji BNJ menunjukkan bahwa masing–masing perlakuan berbeda nyata pada tarap uji 5%, rata– rata perlakuan T? lebih baik dibandingkan rata–rata perlakuan T?, rata–rata perlakuan S? lebih baik dibandingkan S? dan kombinasi perlakuan masing-masing berbeda tidak nyata. Tanaman nilam yang tumbuh di puncak yang terkena sinar matahari langsung dengan menggunakan sistem penyulingan uap (T?S?) memberikan rendemen terbaik. Berdasarkan hasil analisis mutu minyak Nilam terlihat perlakuan T?S? (tempat tumbuh di puncak terkena sinar matahari dan menggunakan alat suling sistem kukus) telah memberikan nilai putaran optik dan kelarutan dalam alkohol yang paling baik dibandingkan perlakuan lainnya.


2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 66
Author(s):  
Lulu Yuningsih ◽  
Delfy Lensari ◽  
Alam Piande

Potensi sumber energi kita yang ada di negara Indonesia semakin hari semakin menipis yang disebabkan diambil secara terus menerus. Sumber energi yang berasal dari fosil ini jika kita ambil secara terus-menerus akan habis dan tidak bisa terbaharukan.  Oleh karena itu perlu adanya altarnatif sumber energi yang bisa diperbaharui, salah satunya energi yang bisa diperbaharui untuk menggantikan energi fosil, adalah biomasa kayu. Salah satu Kayu yang bisa di jadikan sumber energi yang bisa diperbaharui adalah kayu Balik Angin (Mollotus paniculatus). Balik Angin (Mollotus paniculatus) merupakan jenis pohon teduhan yang dapat tumbuh di hutan gugur dan hijau sepanjang tahun. Permasalahan yang ada pada perbanyakan tanaman secara generatif untuk tanaman Balik Angin adalah benih hanya bisa didapat pada musim-musim tertentu saja, sehingga perlu adanya dilakukan penelitian perbanyakan tanaman secara vegetatif salah satunya stek batang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas keberhasilan pertumbuhan stek batang Balik Angin (Mollotus paniculatus) dengan menggunakan berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh (Rootone F). Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan melakukan berbagai eksperimen perlakuan terhadap stek batang Balik Angin yaitu tidak diberi perlakuan   S0K Tanpa perlakuan (0 ppm) S1K Perlakuan mengunakan hormon Rootone-f dengan konsentrasi  (100 ppm), S2K Perlakuan mengunakan hormon Rootone-f dengan  konsentrasi  (200 ppm). Untuk tingkat pertumbuhan rata-rata pertumbuhan. Jumlah tunas perlakuan SOA (tanpa perlakuan)  1 tunas, S1A (100 ppm) 1 tunas S2A (200 ppm) 1 tunas. Panjang tunas perlakuan S0A (tanpa perlakuan) 2,83 cm, S1A (100 ppm) 1,72 cm, S2A(200 ppm) 0,23 cm. Jumlah jumlah perlakuan S0A (tanpa perlakuan) 2 helai,S1A (100 ppm) 1 helai, S2A (200 ppm) 1 helai. Presentase hidup perlakuan S0A ( tanpa perlakuan) 11,1 %, S1A (100 ppm) 25,5 % S2A (200 ppm) 4,44 %, panjang akar  perlakuan S0A (tanpa perlakuan  )0,421 cm, S1A (100ppm) 1,07 cm, S2A (200 ppm) 0,18 cm.


2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 60
Author(s):  
Sasua Hustati Syachroni

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa sifat kimia tanah pada tanah sawah di berbagai lokasi di Kota Palembang.  Metode penelitian menggunakan metode survei.  Penelitian dilakukan di 10 Kecamatan di Kota Palembang yang memiliki petak sawah, pengambilan contoh tanah secara komposit pada 5 titik pengamatan di petak sawah pada kedalam 0-20 cm, kemudian dilakukan analisis di Laboratorium kimia, biologi dan kesuburan tanah UNSRI.  Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh data sifat kimia tanah yaitu pH tanah, bahan organic, dan kapasistas tukar kation (KTK). Dari penelitian ini didapatkan hasil kandungan pH dalam tanah sawah di Kota Palembang tergolong dalam golongan masam - sangat masam , dimana nilai pH tanah pada lokasi penelitian paling tinggi ditemukan pada daerah Plaju yaitu 4,61, sedangkkan daerah Seberang Ulu I yaitu 3,69. Secara umum dengan tingkat kemasaman tersebut lokasi penelitian mempunyai tingkat kesuburan yang relatif rendah sehingga ketersediaan unsure hara bagi tanaman tergolong rendah.. kandungan bahan organik termasuk dalam golongan rendah – sedang. Kandungan  bahan organik  tertinggi ditemukan didaerah Ilir Barat II yaitu 4,54 %,  sedangkan   kandungan bahan Organik terendah ditemukan pada daerah Gandus yaitu 1,97 %. Bahan organik berkaitan erat dengan besarnya kandungan karbon organik di dalam tanah. Sedangkan  nilai kapasitas tukar kation (KTK) pada lokasi penelitian tergolong tinggi dengan kisaran nilai  25 – 40 me/g. Kapasitas tukar kation adalah jumlah kation yang dijerap dan dipertukarkan oleh tanah dan dinyatakan dalam satuan cmol(+)/kg. selain liat bahan organik merupakan   material yang dapat menyumbang KTK tanah, karena muatan negatif dari bahan organik dapat menarik kation yang bermuatan positif.


2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 72
Author(s):  
Yuli Rosianty ◽  
Innike Abdillah Fahmi ◽  
Delfy Lensari ◽  
Fredi Pernandes

Green open space (RTH) is one of the most important elements in urban areas that can function to balance the ecological conditions in an area so that there is a balance between ecosystems and development developments in the modern era. But the pace of urban development often does not consider the existence of green space. Other than that, many people do not know the existence and function of green space, so it often looks like being ignored and not maintained. In this case, researchers are interested in identifying the potential presence of green open space in the Seberang Ulu II sub-district of Palembang. This study will collect data on the location of each green space in the Seberang Ulu II sub-district, identification of existing vegetation types, estimation of carbon storage, and the level of understanding of the Seberang Ulu II community on the existence and function of green space. The method used is to use plot sampling to determine the level of diversity of green space and the distribution of questionnaires to determine the level of community understanding. The results showed that the area of green open space in the Seberang Ulu II sub-district was only 1.88% of the total area. From the open green space location in Seberang Ulu II Subdistrict, there are 33 species of green open vegetation plants. Where Angsana plants (Pterocarpus indicus), trembesi (Albizia saman), palm (Elaeis guineensis Jacq.), Glodogantiang (Polyathea longifolia) and palm (Mascarena sp) become a plant that dominates and has the highest INP value.Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan salah satu elemen terpenting di perkotaan yang dapat berfungsi untuk menyeimbangkan keadaan ekologi pada suatu kawasan agar terjadi keseimbangan antara ekosistem dan perkembangan pembangunan di era modern.  Tetapi, laju pembangunan perkotaan seringkali tidak mempertimbangkan keberadaan RTH. Selain itu,  banyak masyarakat yang tidak mengetahui keberadaan dan fungsi RTH sehingga sering terlihat seperti terabaikan dan tidak terpelihara. Dalam hal ini peneliti tertarik untuk mengidentifikasi potensi keberadaan RTH di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang. Penelitian ini akan dilakukan pendataan lokasi luas masing-masing RTH yang ada di Kecamatan Seberang Ulu II, identifikasi jenis vegetasi yang ada, dan estimasi simpanan karbon, serta tingkat pemahaman msyarakat Seberang Ulu II terhadap keberadaan dan fungsi RTH. Metode yang digunakan adalah menggunakan plot sampling untuk mengetahui tingkat keanekaragaman RTH dan penyebaran kuesioner untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luasan RTH di Kecamatan Seberang Ulu II hanya sebesar 1,88% dari luasan wilayahnya. Dari lokasi RTH yang tersebar di Kecamatan Seberang Ulu II terdapat 33 jenis tanaman penyusun vegetasi RTH dimana tanaman angsana (Pterocarpus indicus), trembesi (Albizia saman), sawit (Elaeis guineensis Jacq.), glodogantiang (Polyathea longifolia) dan palem (Mascarena sp) menjadi tanaman yang mendominasi dan memiliki nilai INP tertinggi.


2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 53
Author(s):  
Cik Aluyah ◽  
Rusdianto Rusdianto

            Ruang terbuka hijau dapat mengatasi permasalahan lingkungan hidup perkotaan karena mampu memperbaiki iklim mikro. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis dan jumlah pohon terhadap kondisi iklim mikro di Taman Purbakala Bukit Siguntang, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2016 di Taman Purbakala Bukit Siguntang. Penelitian ini menggunkanan metode pengamatan langsung di lapangan dengan intensitas sampling 3%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dan jumlah pohon berpengaruh terhadap terbentuknya iklim mikro di Taman Purbakala Bukit Siguntang, Kota Palembang, Provinsi Sumatra Selatan. Pohon yang jumlahnya lebih banyak memberikan suhu yang lebih rendah, kelembaban udara relatif yang lebih tinggi, dan kecepatan angin yang lebih rendah dibandingkan dengan pohon yang jumlahnya sedikit.  Kondisi iklim mikro di bawah tajuk berbeda dengan kondisi iklim mikro di luar tajuk. Di bawah tajuk suhu udara lebih rendah, kelembaban udara lebih tinggi, dan kecepatan angin lebih rendah dibandingkan di luar tajuk.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document