Jurnal Penelitian Tarbawi: Pendidikan Islam dan Isu-Isu Sosial
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

10
(FIVE YEARS 10)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Pancor Lombok Timur

2685-256x, 2460-6375

Author(s):  
Zaenuddin Zaenuddin

Penelitian bertujuan untuk untuk mengetahui nilai pendidikan kawin adat sasak di desa Gelogor Kecamatan Kediri  Kabupaten Lombok Barat Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah Pengumpulan data dilakukan  melalaui  observasi, wawancara, dan dokumen.  Analisis menurut Miles dan Huberman,  yaitu (1). Reduksi data, (2) Penyajian data, (3) penarikan  simpulan. Hasil penelitian nilai nilai perkawinan  Masyarakat Sasak memiliki banyak retual atau tahapan-tahapan sebagai berikut; merariq atau kawin lari, melapor kepada kepala lingkungan, nyelabar, melakukan pernikahan, rebak pucuk, begawe, sorong serah, nyongkolan, dan bales lampak. Akulturasi budaya dapat terjadi karena keterbukaan suatu komunitas masyarakat akan mengakibatkan kebudayaan yang mereka miliki akan terpengaruh dengan kebudayaan komunitas masyarakat lain. Selain keterbukaan masyarakatnya, perubahan kebudayaan yang disebabkan “perkawinan“ dua kebudayaan bisa juga terjadi akibat adanya pemaksaan dari masyarakat asing memasukkan unsur kebudayaan lokal. Akulturasi budaya bisa juga terjadi karena kontak dengan budaya lain, sistem pendidikan yang maju yang mengajarkan seseorang untuk lebih berfikir ilmiah dan objektif, keinginan untuk maju, sikap mudah menerima hal-hal baru dan toleransi terhadap perubahan. Akan tetapi dalam tradisi ada perbedaan pendapat dikalangan para tokoh adat dengan tokoh agama di tengah-tengah masyarakat sasak. Tradisi kawin  masyarakat sasak banyak mengubah persepsi pelaksanaan perkawinan atau pernikahan  sesuai dengan ajaran islam.  Nilai-nilai pendidikan yang ada dalam adat kawin  sebagai berikut. 1. Nilai agama (religius). Nilai religius ini merupakan sikap dan perilaku dalam melaksanakan ajaran agama seperti waktu melaksanakan adat betikah atau bekawin. Prinsip masyarakat Desa Gelogor Kediri Lombok Barat dalam pelaksanaan acara betikah (bekawin)  masing sangat berpegang teguh pada nilai-nilai agama. 2. Nilai tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.Tanggung jawab 3. Nilai kejujuran  hubungan yang tulus, saling memiliki, saling memberi tahu segala hal yang terjadi dan dirasakan. Kejujuran menjadikan hubungan berjalan dengan baik meski kadang, kejujuran terasa pahit tapi itu lebih  baik dari pada kebohongan. Sahran mengatakan ” kejujuran adalah kunci hubungan ” untuk saling menjaga diantara pasangan, contohnya seketika pacaran dan betikah jangan sampai tidak jujur karena dibohongin itu menyakitkan. Bayangkan jika sepasang pasangan tak saling memberi kepercayaan dan kejujuran maka hubungan tidak akan pernah harmonis dan bahagia.[1] 4. Nilai kerja keras adalah bekerja secara sungguh-sungguh dan tidak mengenal lelah seperti dalam upacara begawe dan nyongkolan.Kerja keras dalam begawe meliputi sikap tolong menolong, gotong royong, dan kekeluargaan.  


Author(s):  
Arpan Arpan

Sebagai organisasi massa Islam terbesar di Nusa Tenggara Barat, Nahdlatul Wathan telah berkiprah memberikan sumbangsih yang signifikan dalam pengembangan pola keagamaan, pendidikan, sosial dan kemasyarakatan yang lestari eksis hingga kini majlis-majlis taklim yang terus semarak, lembaga-lembaga pendidikan yang semakin meningkat serta tradisi-tradisi luhur yang merupakan kolaborasi antara kearifan lokal dan keislaman. Salah satunya adalah hiziban. Hiziban adalah tradisi membbaca doa secara berkelompok yang doa tersebut merupakan doa-doa terpilih yang disusun oleh pendiri Nahdlatul Wathan yaitu, TGH. Zainuddin Abdul Madjid. Hiziban telah menjadi rutinitas yang melekat dalam masyarakat Nahdlatul Wathan.  


Author(s):  
Masjudin Masjudin

  “Perkembangan ilmu dan teknologi merupakan salah satu produk dari manusia yang terdidik, dan pada gilirannya manusia-manusia perlu lebih mendalami dan mampu mengambil manfaat dan bukan menjadi korban dari perkembangnan ilmu dan teknologi sendiri. Mendalami serta mengambil manfaat dari perkembangan ilmu dan teknologi tidak mungkin dilakukan oleh semua manusia dengan kadar dan waktu yang sama. Keterbatasan manusia dan waktu menuntut adanya spesialisasi yang semakin menajam.  Teknologi telah menjadi bagian integral dari tiap kehidupan masyarakat sejak ribuan tahun yang lalu. Pada zaman batupun telah ada teknologi, seperti misalnya yang digunakan untuk membangun piramida, untuk membuat api, dan lain-lain. Makin maju suatu masyarakat, makin banyak dan makin canggih teknologi yang ditemukan dan digunakan. Bahkan ada diantara kita yang berpendapat bahwa teknologi telah merupakan “jawaban atas semua masalah”  


Author(s):  
Zainul Muttaqin ◽  
Mu’awanah Mu’awanah

The purpose of this study is to describe the process of hegemony in the language of Tithe Ringkok Ratu myth in North Masbagik Village. The problem formulation of this research is "how is the process of hegemony in the language of the myth of Timba Lingkok Ratu in North Masbagik Village? To answer the research question above, the researcher conducted the research with qualitative descriptive method and approach with the type of ethnographic research located in North Masbagik Village Masbagik Subdistrict. Furthermore, data collection techniques from this research are observation, interview and documentation. While data analysis is data reduction, data presentation, and withdrawal conclusion.  The results of this study indicate that the process of hegemony in the language  of the myth of Timba Lingkok Ratu in North Masbagik Village begin beliefs that are superstition, then this belief is spread from the mouth of tempest that is by the dominant party (people who hegemonies) to the dihegemoni. Furthermore, languages that are persuasive or affect the dominant party with a style of delivery that is so reliable and with strong evidence. Therefore, it can be concluded that the process of hegemony into the language of Titus Ringkok Ratu in North Masbagik Village is a process of convincing someone who is done by the dominant party to the community against Titus Timba Lingkok Ratu in North Masbagik Village with strong evidences.


Author(s):  
H Imanuddin ◽  
H Hudatullah Muhibuddin Abdul Aziz
Keyword(s):  

Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran kearah paradigma konstruktivisme (merancang dan membangun). Media pembelajaran meliputi berbagai jenis, antara lain: Pertama, Media gerafis atau media dua dimensi, seperti gambar, foto, grafik atau diagram; Kedua, Media model solid atau media dimensi tiga, seperti model-model benda ruang dimensi tiga, diorama, dsb. Ketiga, Media proyeksi seperti film, filmstrip, OHP; Keempat, Media informasi, computer, internet. Kelima, Lingkungan. Tulisan ini kami sajikan dari hasil penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Pembelajaran menggunakan media merupakan salah satu tipe pembelajaran yang kreatif dan menyenagkan. Pembelajaran yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran lebih baik dari pada metode ceramah dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam melaksanakan shalat sunnah rawatib. Dari pengalaman dilapangan tidak sedikit gurudalam proses pembelajaran sangat jarang menggunakan media pembelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran monoton dan jauh dari kreatifitas da hasilnya tentu bisa ditebak yaitu hasil belajar siswa menjadi rendah dan sulit mencapai kompetensi standar. Oleh sebab itu salah satu upaya yang harus dicoba untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan mencoba menggunakan media visual  dalam proses belajar mengajar sehingga peserta didik akan lebih mudah mengerti dan dapat dengan mudah menuangkan konsep-konsepnya yang begitu banyak ke dalam bentuk  yang simpel.


Author(s):  
Siti Fahirah ◽  
Kasiyati Kasiyati

This research is motivated by the problem of skills that exist in the YPPLB Extraordinary School Padang. Learning there only teaches sewing skills with the help of teachers and make a variety of skills from used goods and there is no emergence of student motivation because of the way to teach assignments and lecture methods. There are also culinary skills or cooking skills that only teach how to make cakes while making coffee from papaya seeds has never been applied. Based on the researchers' observations there were five deaf students in one class, including four girls and one class X male at the high school level. This research aims to improve vocational skills in making coffee from papaya seeds through the project method. The research method used is pre-experimental design with the type of one group pretest-posttest design. That the research was carried out in several stages namely, the first step of giving initial tests to determine the ability of children. Then given the intervention through the project method. After that it is tested again to see the child's ability after the intervention. Processed data obtained an average of 30.60 in the pre-test and post-test 82.80 using the Wilcoxon sign rank test. The rank test between the pre-test and post-test is 20.23 with Asymp. Sig (2-tailed). Probability that has been set is α = 0.05. Ha is accepted because the probability <of what has been set is 0.043 <0.05. this proves that the use of project methods is effective in the vocational skills of making coffee from papaya seeds.   ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi dengan permasalahan keterampilan yang ada di Sekolah Luar Biasa YPPLB Padang. Pembelajaran di sana hanya mengajarkan keterampilan menjahit dengan bantuan guru dan membuat berbagai keterampilan dari barang bekas serta tidak munculnya motivasi siswa karena cara mengajar  yang pemberian tugas dan metode ceramah. Selain itu terdapat juga keterampilan tata boga atau keahlian memasak yang cuman mengajarkan cara membuat kue sedangkan pembuatan kopi dari biji pepaya belum pernah diterapkan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti menemukan lima orang siswa tunarungu dalam satu kelas,  diantaranya empat anak perempuan dan satu laki-laki kelas X ditingkat SMA. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan vokasional membuat kopi dari biji pepaya melalui metode proyek. Metode penelitian yang digunakan yaitu pre-experimental design dengan jenis one group pretest-postest design. Bahwasanya penelitian dilakukan dengan beberapa tahap yakni, langkah pertama pemberian tes awal untuk mengetahui kemampuan anak. Kemudian diberikan intervensi melalui metode proyek. Setelah itu dites kembaliuntuk melihat kemampuan anak setelah adanya intervensi. Data yang diolah mendapatkan hasil rata-rata 30.60 pada pre-test dan post-test 82.80 dengan menggunakan uji wilcoxon sign rank. Nilai rank test antara pre-test dan post-test 20.23 dengan Asymp. Sig (2-tailed). Probabilitas yang telah ditetapkanyaitu α = 0,05. Ha diterima karena probabilitas < dari yang telah ditetapkan yakni 0.043 < 0.05.Hal ini membuktikan bahwa penggunaan metode proyek efektif dalam keterampilan vokasional membuat kopi dari biji pepaya


Author(s):  
Nurul Nafisah ◽  
Asep Ahmad Sopandi

Penelitian ini didasarkan pada hasil temuan lapangan berupa hadirnya seorang penyandang tunarungu pada ajang pemilihan uda uni duta wisata kota padang panjang yang dilaksanakan tahun 2018. Ia yang menjadi salah satu duta wisata terpilih dengan gelar penghargaan special achievment. berdasarkan temuan di lapangan, diperoleh fakta bahwasanya subjek merupakan penyandang disabilitas pertama se kota padang panjang, dan bahkan yang pertama se provinsi sumatera barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetaahui seluk beluk perjalanan subjek dalam meraih gelar tersebut pada ajang pemilihan uda uni duta wisata kota padang panjang tahun 2018. Adapun penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif guna mengungkap secara mendalam profil dari duta wisata penyandang tunarungu . sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu melalui observasi terusterang, observasi tersamar, dan observasi tidak terstruktur, study dokumentasi, dan wawancara dengan rekan-rekan terdekat subjek, rekan-rekan sesama duta wisata, juga pihak dinas terkait. Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan profil dari seorang tunarungu yang menyandang gelar sebagai duta wisata yaitu riwayat pendidikan, aspek 3B (brain, beauty, behavior) yang ada dalam diri tunarungu I, tahapan yang ia lalui dan kendala yang ia hadapi selama berkompetisi dalam ajang pemilihan Uda Uni Duta Wisata Kota Padang Panjang Tahun 2018 dan cara tunarungu I mengatasi kendala yang ia temui dalam kompetisi tersebut.


Author(s):  
Ulyan Nasri

Istilah radikalisme sudah menjadi istilah yang familer dilekatkan pada suatu kelompok dalam Islam. Indikator-indikator untuk menyebut kelompok dalam Islam radikalisme di antaranya adalah terorisme, anarkis, pemberontak dan ekstrim. Salah satu penyebab terjebaknya oknum kepada prilaku radikalisme yaitu pemahaman agama yang parsial dan cenderung kepada sifat fanatisme. Sifat inilah yang kemudian mengakibatkan rasa superioritas atas pemeluk agama lain. Gagal faham tentang konsep jihad dalam agama menjadikan seseorang mengambil jalan pintas yaitu dengan menebar teror kepada orang-orang yang justru tidak bersalah. konsekuensi logis dari interpretasi ini adalah penyandingan terorisme sebagai buah dari radikalisme. Hipotesa ini adalah sesuatu yang wajar, mengingat berbagai aktivitas teror di berbagai belahan dunia senantiasa mengatasnamakan jihad yang dilakukan umat Islam sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan. Hal ini menimbulkan berbagai gejolak yang tanpa disadari tidak hanya berimplikasi pada menurunnya stabilitas nasional, tapi bahkan menyulut respon negatif dari berbagai belahan dunia. Oleh karena itu diperlukan adanya pemahaman inklusif terhadap agama sehingga pemeluk agama menyadari bahwa pluralitas adalah sebuah keniscayaan. Melihat permasalahan tersebut, perlu ada penguatan dan penegasan kembali tentang originalitas ajaran Islam yang mengandung nilai-nilai humanis-pluralistik dan toleran. Maka, peran yang sangat strategis dalam hal ini adalah materi pendidikan agama Islam harus mampu merekonstruksi materi-materi yang yang relevan untuk menangkal tuduhan tersebut. Pada titik inilah fokus kajian dalam artikel ini yaitu berusaha menakar kembali materi-materi pendidikan agama Islam yang cenderung bernilai humanis-pluralis dan toleran untuk menangkal tuduhan radikalisme pada agama Islam.


Author(s):  
Gina Hapsari ◽  
Kasiyati Kasiyati

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan anak dalam membedakan toilet laki-laki dan toilet perempuan yang  dilakukan melalui media kartu gambar. Penelitian dilaksanakan selama 13 kali. Metode yang digunakan penelitian Single Subject Research (SSR) bentuk A-B-A. Kondisi baseline (A1) dilakukan empat kali. Kondisi intervensi (B) merupakan kondisi setelah diberikan perlakuan dilakukan sebanyak enam kali. Sedangkan kondisi baseline (A2) merupakan pemberhentian perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali pengamatan. Analisis grafik visual sangat diperlukan salam teknik analisis data. Persentase overlap diperoleh pada kondisi A1-B yaitu 0% sedangkan persentase overlap yang diperoleh pada kondisi A2-B yaitu 50%. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dalam meningkatkan keterampilan untuk membedakan toilet laki-laki dan toilet perempuan efektif menggunakan media kartu gambar. This study aims to improve children's skills in distinguishing male toilets and female toilets which are carried out through self-drawing cards. This research was conducted 13 times observation. This research method uses a Single Subject Research (SSR) type of study with A-B-A design. Baseline condition (A1) is the initial capability before it is given as many as four observations. The intervention condition (B) is a condition given after six examinations have been carried out. While the baseline condition (A2) is a dismissal carried out three times. Data analysis techniques using visual graph analysis. The percentage of overlap obtained at condition A1 / B is 0% while the percentage of overlap obtained at condition A2 / B is 50%. Based on the results of this study, the image card media is effective in improving the skills of calculating male and female toilets


Author(s):  
Syamsul Rizal ◽  
Azhari Fathurrohman

The teaching of English as a Foreign Language (EFL) speaking is necessary for university students to have basic skills of oral communication. Using teaching media in the teaching of EFL speaking might be beneficial to help students improve their speaking skills. As teaching media, video can offer audio and visual model of target language as complete stimuli. The aim of this research was to investigate the use of video as teaching media to improve the speaking skill of the first semester students of PGMI program of IAIH NW at Pancor. Based on the data of preliminary study, it was found that the students encountered many problems in their speaking class such as; the students had low motivation and reticence to speak, poor grammar and vocabulary, and had some errors in pronunciation.        With regard to the problem, this classroom action research was conducted to solve those problems occurring in the speaking class. This research was a collaborative action research in which a collaborator assisted the researcher to collect the data using speaking scoring rubric, questionnaire and field notes. This research was conducted in two cycles focusing on the improvement of the students’ speaking performance and their positive attitude to the implementation of the use of video as teaching media in the speaking class.        After the implementation of the use of video as teaching media in the speaking class for two cycles, it revealed that the use of video could improve the students’ speaking performance and give them positive attitude to the implementation activities. The findings showed that the average score of the students’ speaking performance could achieve 85.11 from the determined score 75. In addition, it was also found that 84.13 % of the students had positive attitude to the implementation of the use of video in the speaking class.        The implementation of the use of video as teaching media in speaking class can cover a procedure of three main phases: The first phase is pre-viewing, the second phase is whilst-viewing, and the third phase is post-viewing.        Based on the findings, it is concluded that the use of video as teaching media can be one of the solutions to improve not only the students’ speaking skills but also the their’ positive attitude in the teaching of speaking. Therefore, English teachers are suggested to use the video as teaching media to teach their students in speaking class and it is also possible to teach other language skills or components.  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document