RUSYDIAH: Jurnal Pemikiran Islam
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

23
(FIVE YEARS 23)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

2723-4886, 2723-4894

2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 200-217
Author(s):  
Teguh Luhuringbudi ◽  
Emah Rahmaniah ◽  
Fitri Liza ◽  
Dewi Nita Utami

This paper is not only aimed at disagreements with the views of Dina Rafidiyah and Fasho Tio Anugrah and their efforts to develop their thoughts, but also presents a basic concept formula for the application of progressive Islam that is simple and easy to apply in student activities at Muhammadiyah Higher Education. Researchers used a media approach through a globalization perspective introduced by Gill Branston and Roy Stafford in analyzing student activity at Muhammadiyah Higher Education as the object of this study. The conclusion of this study is the provision of material for students' understanding of the concept of progressive Islam and the application of its values that emphasize creativity and innovation through the basis of the Quran in the behavior and cultural life of the campus. This paper also produces derivative findings that come from these conclusions. The first finding is the need for material for students' understanding of the concept of progressive Islam that emphasizes creativity and innovation through the Quranic basis in behavior such as aspect of academic maturity in social media; and aspect of social action in everyday life. The second finding is the application of Progressive Islamic values in the cultural life of the campus through the aspect of guarding and ending learning by studying thematic Quranic verses; and aspect of career assurance and business experience-skills provision.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 173-199
Author(s):  
Wan Ikhwanul Fazli

Economic thoughts of Fazlur Rahman, a Pakistani modernist scholar and philosopher, have been discussed and studied frequently by many researchers. However, not much has been done to examine his thought of economic institutions holistically. This present study is aimed to analyse the role of the economic institutions according to Fazlur Rahman in the light of the Qur’ān and the Sunnah. This study is a library-based research, which uses two methods, namely data collection and data analysis. Rahman’s ideas on economic institutions are aimed to ensure the progressiveness of human beings while facing contemporary challenges through true understanding of the Qur’ān and the Sunnah. This study concludes that Rahman genuinely intended to develop Muslim societies through the re-evaluation of the Qur’ān and the Sunnah in the modern context


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 136-154
Author(s):  
Mara Ongku Hsb
Keyword(s):  

Toleransi beragama menjadi pusat perhatian berbagai bangsa di penjuru dunia karena toleransi menjadi perekat ditengah keberagaman atau kemajemukan suatu bangsa, sebuah keniscayaan bahwa dalam masyarakat yang multi agama seringkali timbul pertentangan antar pemeluk agama yang berbeda. Secara umum konflik antar pemeluk agama tersebut disebabkan oleh bebarap faktor, antara lain seperti pelecehan terhadap agama dan pemimpin spritual sebuah agama tertentu, perlakuan aparat yang tidak adil terhadap pemeluk agama tersebut, kecemburuan ekonomi dan pertentangan kepentingan politik. Metode penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka atau library research studi kepustakaan merupakan peneilitan yang dilakukan dengan mempelajari secara komperehensif berbagai literatur yang relevan. Hasil penelitian Wahid Hasyim adalah sebagai wakil Islam sangat terbuka untuk mencari konvensi tentang  dasar negara, ia sangat menghargai pendapat,  dalam bidang agama Islam beliau tidak begitu ekstrim melihat saudaranya yang keberatan seperti Latuharhary dalam rapat panitia sembilan, namun harus atas dasar keharmonisan untuk mencapai tujuan diperlukan sikap bijaksana, toleran Hingga pada ujungnya menemukan persatuan tidak ada yang menolak pokok-pokok dalam preambule.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 122-135
Author(s):  
Muhammad Fauzhan 'Azima

“Tidak ada karya tulis yang lahir dari kekosongan budaya,” demikian adagium yang dianut pakar intertekstual untuk mengukuhkan pandangan bahwa kelahiran setiap karya tulis dipengaruhi oleh karya tulis yang muncul sebelumnya. Jika diperhatikan karya-karya yang ditulis ilmuwan Islam, pandangan tersebut menemukan kebenarannya. Hal ini karena banyak ditemukan karya tulis dalam keilmuan Islam yang bergantung erat pada karya tulis sebelumnya, terutama karya tulis yang mengambil corak syarah, hasyiyah, dan terjemahan. Namun penting dicatat, ketergantungan tersebut bukan berarti tidak adanya inovasi dan independensi dari sang penulis. Artinya, dalam karya tulis tersebut, tetap ditemukan ide-ide baru dari sang penulis, bahkan bantahan terhadap pendapat penulis yang tulisannya dikutip. Terjemah Bulughul Maram merupakan salah satu karya tulis yang ditulis oleh ulama hadis Indonesia, A. Hassan. Sesuai namanya, kitab tersebut mengambil corak terjemahan dengan menjadikan Bulughul Maram karya Ibn Hajar Al-‘Asqalani sebagai objek penerjemahan. Berdasarkan tesis di atas, penulis tertarik meneliti independensi A. Hassan terhadap Al-‘Asqalani dalam Terjemah Bulughul Maram-nya. Metode analisis intertekstual dipilih sebagai pisau analisis dalam penelitian tersebut. Sebagai hasil penelitian, intertekstualitas A. Hassan terhadap Al-‘Asqalani dalam Terjemah Bulughul Maram-nya memakai pola transformasi, ekspansi, dan konversi. Dua pola yang disebut terakhir juga menjadi dalil independensi A. Hassan terhadap Al-‘Asqalani dalam Terjemah Bulughul Maram-nya.      


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 96-121
Author(s):  
Ahmad Amir Nabil ◽  
Tasnim Abdul Rahman

This paper discusses the development of science of hadith commentary since early century of Hijrah. It traces its historical development and instrumental role in expanding the dynamic understanding of hadith and its science. The paper attempts to illustrate the principle and discipline of usul al-sharh as set forth in the major works of hadith commentary underlying its principle, context and method. The discussion focusses on the method and approaches (ittijahat al-sharh) of traditionalist in interpreting and commenting the texts. The study is based on qualitative method in the form of library research, focusing on content analysis. The sources of documentation was primarily derived from traditional and classical works of hadith and contemporary references that provide extensive analysis of hadith commentary. The study found that the science of hadith commentary was originated in the classical and medieval hadith works that extensively articulated its rigorous and underlying principle. This tradition was continued in modern context in the highly authoritative works of hadith commentary that brought forth modern and contextual approaches in analyzing hadith texts. 


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 155-172
Author(s):  
Waluyo Waluyo ◽  
Sahal Abidin
Keyword(s):  

Agama merupakan peratuan yang dibuat oleh Tuhan, melalui perantara-Nya disampaikan kepada setiap manusia. Dalam perjalannannya agama menjadi way of live pada setiap pemeluknya. Selain itu agama menjadi pegangan yang tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Kenyakinan dalam kebenaran agamanya semakin mengakar dan menyebabkan truth claim. Klaim kebenaaran dan penolakan kebenaran yang lain adalah implementasinya. Adanya klaim kebenaran dan berusaha menyelamatkan yang lain dari kesesatan merupakan misioner. Fenomenologi menjawab konflik antaragama didasari atas ketikadilan kesejahteraan dan kesenjangan sosial serta keinginan kesataraan politik. Husserl melalui fenomenologinya memberikan pengertian bahwa ada kebenaran dibalik sesuatu yang tampak. Fenomenologi menangkap bahwa konflik antaragama tidak sepenuhnya disebabkan perbedaan agama. Selain klaim kebenaran dan keselamatan ketidakadilan di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya merupakan sumber dari konflik. Konflik yang terjadi semakin besar karena adanya klaim yang menyundut konflik antaragama, sehingga setiap pemeluk agama akan merasa terusik. Mutualisme memberikan teori hubungan antaragama yang dialog mutual. Teori ini atas dasar pandangan orang Kristen melahat agama di luar gereja. Berdasar kesamaan yang ada pada setiap agama mutualisme memproyeksikan hubungan yang saling memnguntungkan. Latar belakang konflik ialah adanya ketidakadilan pada bidang politik, ekonomi dan budaya, maka tawaran Knitter yang dapat diterapkan di Indonesia adalah pola hubungan yang mutual.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 53-66
Author(s):  
Nur Ikhlas ◽  
Martunus Rahim

 Penelitian ini membahas suatu aliran teologi Islam yaitu jabariyah dengan mendeskripsikan sejarah kemunculann, konsep ketuhanan dan respon terhadap era pandemi covid-19. Sebuah aliran yang lebih berpaham kepada bahwa Qada Qadar adalah suatu hal yang sudah ditentukan Allah swt, maka sebagai manusia hanya bisa menjalani setiap takdir yang sudah Allah tentukan kepada setiap masing-masing manusia. Dengan menggunakan metode pengumpulan data-data dari berbagai karya literatur buku, majalah, jurnal, berita, dan tulisan-tulisan terkait. Setelah dikaji dapat disimpulkan bahwa menurut pandangan Jabariyah akal dan logika tidak berfungsi dalam hal apapun, karena semua yang ada serta apapun yang terjadi di dunia ini adalah taqdir serta kehendak dari Allah Swt. Maka manusia tugasnya hanyalah menerima apapun pemberian dari Allah swt serta menguatkan keimanan dengan beramal ibadah, dan taat kepada Qada dan Qadar yang Allah berikan karena apapun pemberian-Nya adalah suatu anugerah dan hikmah yang patut disyukuri.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 12-21
Author(s):  
Waluyo Waluyo
Keyword(s):  

Pendidikan Islam bertransformasi seakan hanya befungsi sekedar tambal sulam saja. Maka tidak mengherankan, apabila pendidikan Islam di satu sisi masih saja mendapati tampilan yang sangat tradisional dengan tetap memakai baju lama (the old fashion), dan di sisi lain kita juga mendapati tampilan pendidikan Islam yang relatif modern, terkesan matrealistik dan sekularistik. Adanya dualisme corak pendidikan islam yang kemudian menyulitkan integrasi paradigma antara ilmu agama dan ilmu umum. Tulisan ini menfokuskan pada biografi peta intelektualitas M. Natsir dan sampai pada guru-gurunya kedua membahas bagaimana pemikiran M. Natsir tentang pendidikan Islam. Dari dua hal ini bertujuan mendapatkan informasi terkait biografi dan alur berpikir M. Natsir tentang Pendidikan Islam. Penelitian ini merupakan jenis penulisan library research buku M. Natsir, Islam Sebagai Dasar Negara dan Capita Selecta menjadi rujukan buku primer di samping itu buku lainnya yang membahas tentang biografi dan pemikiran M. Natsir sebagai rujukan sekunder. Dalam menganalisis menggunakan pendekatan teori deduktif hipotesis dimana teori ini tersusun atas seperangkat proposisi hipotesis, kemudian dari hipotesis-hipotesis yang lebih tinggi ditarik serangkaian deduktif secara logis. Hasil yang dicapai dalam tulisan ini  berupa biografi dan pikiran pendidikan Islam Natsir. Seperti yang digambarkan sebelumnya secara garis besar mencakup tentang ideologi pendidikan, bertumpu kepada ajaran tauhid yang melahirkan pandangan terhadap pendidikan secara holistik non dikotomik, tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode yang harus disesuaikan dengan materi dan tujuan yang akan dicapai, hubungan guru dengan murid dalam pendidikan Islam.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 67-84
Author(s):  
Fajar Tresna Utama

Since the revelation was revealed to our Prophet Muhammad, may God bless him and grant him peace, for the first time in the cave of Hira. The woman was not in isolation from the Prophet, may God bless him and grant him peace, and she was not excluded throughout the bright Islamic history from the initiative or participating in the da'wah march with all its events, and if we follow the role of women from the beginning of the revelation, we glimpse it clearly and without ambiguity. Prominent and without illusions, he, may God bless him and grant him peace, returned from the cave of Hira, afraid of what he saw. She patted his shoulder, and looked forward to the good from what he saw, so that he relieved his fear of security and tranquility, seeking with her cousin - Waraqah ibn Nawfal - to trust her husband from what he saw and increase him confidence and assurance, and by that she would be the first person to unite God after Muhammad (peace and blessings be upon him). She then takes the burden of the message in a way the history of a woman had never known before. These and other reasons preferred to write about a topic related to migration, which is: (The role of women in the success of migration during the Prophet's era). And this research also dealt with the definition of migration and the statement of the role of women in all stages of the prophetic migration and a conclusion and finally the researcher installed the list of sources and references. And one of the most important results is that the role of women is very great in emigration during the Prophet's era, since the revelation was revealed to the continuation of the call to the message. One of the most important recommendations is to pay attention to and care for the biography of the Prophet, and work to purify the biography books and Islamic culture from false narratives.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 40-52
Author(s):  
Aminudin Aminudin
Keyword(s):  

Pemikiran Islam mengalami stagnasi kurun waktu yang panjang, sering kali tidak bisa menjawab tantangan modernitas, maka hukum Islam perlu ditafsir ulang agar bisa menjawab kebutuhan masyarakat modern, gerakan inilah yang disebut Islam Progresif, Muslim Progresif atau Ijtihadi Progresif. Salah satu tokoh yang concern dengan dunia Islam kontemporer adalah Abdullah Saeed. Muslim progresif sebagai kelanjutan dari neo-modernis, beranggapan bahwa dinamika dan perubahan sosial, baik pada ranah intelektual, moral, hukum, ekonomi atau teknologi, dapat direfleksikan dalam hukum Islam. Titik-tekan muslim progresif isu-isu tentang keadilan sosial, keadilan gender, HAM dan relasi yang harmonis antara Muslim dan non-Muslim. Maka metode berijtihad Islam Progresif adalah context-based ijtihad, yaitu penafsiran teks-teks Alquran dan al-Hadis dengan perspektif maqasid al-syari’ah, social sciences, humanities kontemporer, multi-disciplinary approach dan filsafat kritis. Islam Progresif masih menuai pro-kontra, karena adanya tantangan “truth claim”, yaitu banyak anggapan bahwa hanya ada satu set hukum Islam yang dapat diterima sebagai kebenaran tunggal dan lainnya dianggap salah. Demikian juga adanya “regime of taqlid” menjadi fenomena global dalam dunia Islam hingga saat ini.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document