Journal of Development and Social Change
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

53
(FIVE YEARS 34)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Sebelas Maret

2615-7187, 2614-5766

2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 36
Author(s):  
Hendrata Wahyuesa Priambudi ◽  
Trisni Utami
Keyword(s):  

<div class="page" title="Page 36"><div class="layoutArea"><div class="column"><p><span>Peran masyarakat dalam menciptakan dan menjaga kelestarian sungai sangat berpengaruh baik terhadap lingkungan alam maupun pada kehidupan masyarakat. Adanya kesadaran dari masyarakat terhadap masalah pencemaran sungai, menciptakan perilaku dan gerakan dari dalam diri masyarakat untuk berupaya sedemikian rupa melakukan konservasi sungai. Dalam upayanya melakukan konservasi sungai, masyarakat di Desa Menuran yang tergabung dalam Komunitas Masyarakat Peduli Kali Baki membentuk sebuah gerakan yang bertujuan untuk melakukan konservasi sungai dan menjaga kelestarian sungai, namun di sisi lain juga dapat dimanfaatkan sumber daya yang ada di sungai tersebut untuk kebutuhan masyarakat sekitar. Pada penelitian ini digunakan metode kualitatif deskriptif untuk menjawab bagaimana Komunitas Masyarakat Peduli Kali Baki melakukan upaya konservasi Sungai Baki dan mensosialisasikan kepada masyarakat dan dari hasil penelitian tersebut, secara keseluruhan dianalisis menggunakan Konsep AGIL yang dikemukakan oleh Talcott Parsons dalam teori Struktural Fungsional. Dari penelitian ini ditemukan bahwa Komunitas Masyarakat Peduli Kali Baki melakukan sosialisasi yang cenderung partisipatoris dan melakukan upaya konservasi sungai seperti pemanfaatan, perlindungan, dan pemeliharaan sungai secara berkala supaya sungai mampu </span><span>sustainable </span><span>di masa mendatang.</span></p></div></div></div>



2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 44
Author(s):  
Niko Darmawan ◽  
Bambang Santosa

<div class="page" title="Page 44"><div class="layoutArea"><div class="column"><p><span>Komunitas Peduli Sungai Ujung Hilir (KPSUH) is a river community located in Pandes Village, Klaten Regency with its background was formed because it considers the environment in the region.The research aims to understand how the role of the community in transforming the socio-economy community, understanding the supporting and inhibiting factors, as well as the benefits and thoughts of the community. The subject in this qualitative study is Komunitas Peduli Sungai Ujung Hilir using the functional structural of the Talcott Parsons. Sampling is naturalistic inquiry with observations, interviews and documentation. Data validity with source triangulation. KPSUH has a work program in completing the program named Pandawa. The purpose of the community is to reduce the waste that has become an old problem, to restore and restore the function of the river to restore in propely. In this study, the communities that participated in the transformation that occurred in the Ujung Hilir River area both in terms of ecology and society. KPSUH received support from both the community and the village administration of Pandes. The barriers needed by the community are the time required and considerable energy in the process of chane, factors from outside of Pandes area and misinformation. The benefit of this community role is the transformation in the socio-economic field received by residents who can now utilize the river area for positive activities.</span></p></div></div></div>



2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Intan Purnama Sari ◽  
Ahmad Zuber
Keyword(s):  

<div class="page" title="Page 25"><div class="layoutArea"><div class="column"><p><span>Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kearifan lokal dalam sistem produksi pertanian dalam membangun ketahanan pangan petani di Desa Pascarejo. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. </span>Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem produksi pertanian yang dilakukan oleh petani merupakan hasil dari adaptasi lingkungan alam serta pengalaman bertani yang telah dilakukan bertahun- tahun lamanya. Melalui kearifan lokalnya, petani memiliki strategi-strategi yang dilakukan untuk membangun ketahanan pangan keluarga. Faktor pendukung adanya kelompok tani sebagai wadah pemberdayaan petani dalam membahas masalah pertanian, sedangkan faktor penghambat adalah terbatasnya ketersediaan air. Melalui kearifan lokalnya, petani di Desa Pacarejo dapat membangun ketahanan pangan keluarga.</p></div></div></div>



2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 3
Author(s):  
Arif Miftah ◽  
Supriyadi Supriyadi

<div class="page" title="Page 3"><div class="layoutArea"><div class="column"><p><span>Pertambangan pasir dengan alat berat yang masuk di Desa Keningar manuai pro dan kontra dalam masyarakat. Konflik antar dua golongan berdampak pada perubahan sub kehidupan masyarakat Desa Keningar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana perubahan masyarakat pasca pertambangan dengan alat berat pada struktur masyarakat, kebudayaan, ekonomi, lingkungan, keamanan ketertiban masyarakat. Serta melihat bagaimana dampak penggunaan alat berat pada sub kehidupan tersebut. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan </span><span>Naturalistic Inquiry</span><span>. Teknik sampling yang digunakan adalah </span><span>purposive sampling</span><span>. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumenter. Teori konflik Lewis Alfred Coser dan Ralf Dahrendorf digunakan untuk mengkaji bagaimana detail konflik di Keningar itu terjadi, serta mencoba melihat perubahan masyarakat di Keningar. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perubahan struktur masyarakat desa, munculnya kelas menengah baru dan terjadinya deferensiasi sosial dalam profesi. Perubahan budaya meliputi solidaritas </span>masyarakat yang lemah kini menguat kembali, budaya menyimpang dan konsumerisme yang dahulu ada kini menghilang. Kondisi ekonomi masyarakat terkhusus pendapatan mengalami penurunan. Lingkungan alam di Keningar mengalami perubahan, seperti kondisi jalan desa semakin baik, polusi udara dan suara tidak lagi ada. Namun pertambangan dengan alat berat menyisakan kerusakan pada lahan bekas tambang, pengairan masyarakat terganggu dengan menurunnya debit air dan tingkat kejernihan air. Keamanan dan ketertiban masyarakat membaik, berkurangnya truk muatan pasir yang keluar masuk desa memberi rasa aman pengguna jalan, premanisme yang dahulu tumbuh kini tidak lagi ada, kebiasaan minum-minuman keras dan kegiatan prostitusi di lahan tambang tidak lagi ditemukan. Namun kini resiko kecelakaan bagi penambang manual sangat tinggi. Penggunaan alat berat berdampak positif pada perubahan struktur masyarakat dan perekonomian warga. Namun kurang baik pada lingkungan, budaya, keamanan ketertiban masyarakat Desa Keningar.</p></div></div></div>



2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Fikria Ariba ◽  
Rahesli Humsona
Keyword(s):  

<div class="page" title="Page 17"><div class="layoutArea"><div class="column"><p><span>Masyarakat Indonesia masih sulit untuk mengakui adanya bias gender di lingkungannya. Pada masa kini prasangka gender ini lebih kuat dan nyata dibanding prasangka rasial. Wanita digambarkan sebagai seorang yang lemah, butuh dilindungi, tidak punya ambisi, harus bersikap feminin (Joko, 2008). Laki-laki digambarkan sebagai seorang yang kuat, bijaksana, harus memiliki kesuksesan diatas perempuan, dan bersikap maskulin. Penelitian ini membahas adanya perbedaan perilaku atau diskriminasi yang dilakukan mahasiswa terhadap transgender berdasarkan adanya konstruksi sosial mengenai bias gender yang berada di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta. Analisis wacana kritis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Feminisme Postmodern yang menjelaskan pentingnya kesetaraan gender tanpa memandang jenis kelamin dan Konstruksi Sosial dari Peter L. Berger. bersama Thomas Luckman. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan strategi fenomenologi. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat diskriminasi terhadap transgender akibat adanya konstruksi sosial sehingga memunculkan prasangka, streotipe, dan kebencian dikarenakan dianggap sebagai penyimpangan nilai dan norma masyarakat.</span></p></div></div></div>



2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Rahmayani Dewi Setyowati ◽  
LV Ratna Devi Sakuntalawati
Keyword(s):  

<div class="page" title="Page 62"><div class="layoutArea"><div class="column"><p><span>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran pemangku kepentingan dan modal sosial dengan pengelolaan pariwisata berbasis komunitas pada agrowisata Argoayuningtani di Dukuh Pasah Desa Senden Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Peran dan Teori Modal Sosial. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode survei. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner, yang ditujukan kepada 60 responden yang merupakan populasi dari pengelola agrowisata Argoayuningtani. Analisis data menggunakan statistik korelasi yang terdiri dari korelasi </span><span>product momen</span><span>t, korelasi parsial </span><span>product moment </span><span>dan korelasi ganda dan dibantu dengan program SPSS 20.0.</span></p><p><span>Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa hubungan peran pemangku kepentingan dengan pengelolaan pariwisata berbasis komunitas tidak murni, namun harus melalui variabel modal sosial sebagai faktor uji variabel </span><span>intervening</span><span>. Akan tetapi di dalam populasi, peran pemangku kepentingan, modal sosial dan pengelolaan pariwisata berbasis </span>komunitas memiliki hubungan secara bersama-sama. Hasil ini menunjukkan bahwa penelitian ini sesuai dengan teori peran menurut Bidlle &amp; Thomas serta teori modal sosial menurut Fukuyama.</p><div class="page" title="Page 63"><div class="layoutArea"><div class="column"><p><span>Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pariwisata berbasis komunitas dapat berjalan dengan baik apabila terdapat peran pemangku kepentingan dan modal sosial. Berbeda dengan penelitian terdahulu bahwa pengelolaan pariwisata berbasis komunitas hanya berkaitan dengan peran, hanya berkaitan dengan modal sosial, semenatara dalam penelitian ini kedua variabel tersebut memiliki hubungan.</span></p></div></div></div></div></div></div>



2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 52
Author(s):  
Rizka Adhe Yuanita ◽  
Thomas Aquinas Gutama

<div class="page" title="Page 52"><div class="layoutArea"><div class="column"><p><span>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perempuan dalam pengembangan pariwisata di daerah pesisir Kabupaten Rembang dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peran perempuan dalam pengembangan pariwisata di daerah pesisir Kabupaten Rembang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perempuan dalam pengembangan pariwisata di daerah pesisir Pantai Karang Jahe Desa Punjulharjo Kabupaten Rembang sangat berperan dalam atraksi dan penyediaan fasilitas di kawasan wisata Pantai Karang Jahe. Hal tersebut dibuktikan dari keterlibatan peran perempuan dalam kegiatan pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pihak-pihak terkait dan menyediaakan fasilitas wisata dengan membuka kegiatan usaha seperti berdagang di kawasan wisata untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan pengunjung. Akan tetapi dalam aksesbilitasi dan </span><span>tourism organization</span><span>, peran perempuan dirasa masih kurang karena hanya sedikit yang terlibat. Faktor yang mempengaruhi peran perempuan dalam pengembangan pariwisata Pantai Karang Jahe ini berupa : kurangnya koordinasi, kurangnya pengetahuan dan ketrampilan, masih menganut sistem patriarki dan masih adanya budaya nenek moyang yang dianut.</span></p></div></div></div>



2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 30
Author(s):  
Novi Ariyanti ◽  
Ratna Devi Sakuntalawati

<p>The objective of this study is to examine the social life of beggars on the front stage and on the back stage residing in Joyotakan Village, Serengan, Surakarta, by using Dramaturgy Theory by Erving Goffman. This qualitative research uses the naturalistic inquiry method. In addition, the sampling technique uses purposive side and snowball sampling. Furthermore, the research informants taken are those who work as beggars. Data collection uses observation and in-depth interviews. The validity of the data uses triangulation of sources with the former management of Social Study Agency (LSK) Bina Bakat, and the head of the local neighborhood. The data analysis technique uses interactive analysis model from Miles and Huberman.</p><p>The results of the present research show that on the front stage, the actors act as <em>Me</em>, in order to be accepted by the audience. The setting of begging is done on the vital objects of the city such as the Great Mosque, PGS-BTC area, <em>Tugu Lilin</em> area, Jebres Police Station, <em>Matahari Singosaren</em>, <em>Indomaret Tipes</em>, and at Sebelas Maret University (UNS) and campus graduation events, and Surakarta Muhammadiyah University (UMS). In terms of appearance, they wear several attributes in the form of religious attributes (veils and prayer beads), supporting attributes (children, sling bags, plastic cups, and fingers), and general attributes (shirts, negligee, jackets, sandals, and clean clothes). They play sound, gesture, and expression as begging manner.The conclusion of the research is that theoretically the actor will play the role of <em>Me</em> on the front stage. However, in reality, <em>I</em> can also be seen when actors face disturbance in a show. The disturbance is in the form of rejection of the actors' presence; even the actors get a discrediting stigma from the audience, so that <em>I</em> appears as a response to the disorder. In the actors' social life of on the back stage, their human self will appear as <em>I</em>. However, the actors sometimes become <em>Me</em> when they have to take part in social activities that become the norm in society.</p>



2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 20
Author(s):  
Miatus Sholikhah ◽  
Siti Zunariyah

<p>Most of Indonesia’s rivers fall into the heavily polluted category. One of the heavily polluted rivers in Indonesu is the Brantas River. This research had purpose to understanding the problems in Brantas River and also to know the environmental movement in order to recovering Brantas River. The theory which was used in this research was New Social Movement theory from Rajendra Singh. This research was qualitative research with etnography methods. Data was obtained by observation, detailed interview, and also documentation. The subject of this research was Ecoton, the public accompanied by Ecoton on the headwaters and the downstream of the Brantas River, and the school accompanied by Ecoton. Researcher was using source triangulation techniques to test the collected data legitimation. Researcher used Miles and Huberman’s outlook in data analysis, which consist of three activity lines; data reduction, data presentation and draw conclusions.</p>            Results show that there were many problems happened in Brantas River from the headwaters to the downstream. There were five problems found in this research. <em>First,</em> problems in Brantas River headwaters was reclaiming the land functions and illegal logging. <em>Second,</em> there were many abandoned buildings on the riverside. <em>Third</em>, domestic pollution from household. The buildings which were built on the riverside had made the people to easily throw away their garbages to the Brantas River. Mostly it was diapers, which could endanger human and the fishes whom lives in Brantas River. <em>Fourth</em>, the industrial pollution which already exceeds the permittable treshold. Industry had oftenly disposed their waste to the river without conducted the sewage management procedure which then created the new problems in Brantas River: a mass death fish. A mass death fish had become the <em>fifth</em> problems in Brantas River. The damage of environmental condition of Brantas River had pushed the movement from Ecoton. In their movement, Ecoton had the characteristic new social movement which was the ideology of care to the Brantas River damage. The strategy which was used by Ecoton were conducted partitions research, environmental education, advocation and also involved the media on every movement they had done. Ecoton had the non-institutional structure, which was unconcerned with power but put their focus to reach the aims and the visions.



2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 3
Author(s):  
Nerrisa Erviana Hadianti Kustoyo ◽  
Siti Zunariyah

<p>The purpose of this study is to: To find out the meaning of the Pancasila symbol in the souls of students, To find out the practice of Pancasila values on student life, To know students in responding to Pancasila towards the meaning of a nation's identity.This study uses qualitative methods through in-depth interview techniques, and direct observation. Primary data obtained from interviews. The sampling of this study was through purposive sampling.</p>The results of this study are:  The meaning of students towards Pancasila based on Max Weber's theory of action can be categorized into rational values (werk rational) which are based on divine values, mutual respect, adab, and humanity, and the value of justice. Besides affective actions based on the love of water and unity, The application of Pancasila into the daily lives of students can be categorized into rational acts of values based on mutual respect and do not differentiate between religious adherents, values unity and value of deliberation to reach consensus; affective actions based on the love of the motherland; instrumental rational actions based on means of respect and tolerance to achieve peace and unity, and means of association, participation in activities in society, Student attitudes towards Pancasila as a nation's identification are categorized into rational acts of value based on values respect for differences, values of togetherness or unity; instrumental rational value actions (zwerk rational) which are based on means of deliberation to reach consensus, the struggle to achieve goals; Affective action that is based on the love of the motherland.



Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document