Jurnal Lanskap Indonesia
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

80
(FIVE YEARS 37)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 0)

Published By Institut Pertanian Bogor

2087-9059, 1907-3933

2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 38-44
Author(s):  
Ratu Segi Regita ◽  
Nur Intan Simangunsong ◽  
Abdul Chalim

Ruang terbuka merupakan hal utama pada setiap aktifitas di ruang luar khususnya tempat yang padat pengguna dan memiliki beragam kegiatan seperti kampus. Fungsi ruang terbuka sebagai tempat berinteraksi, bermain, berolahraga, tempat bersantai dan tempat parkir.  Selain itu ruang terbuka juga memiliki fungsi sebagai pengendali  mikro klimat dan penyerapan air hujan. Dalam hal ini vegetasi berpengaruh pada setiap perencanaan ruang terbuka. Ruang terbuka kampus Indonesia Port Corporation University memiliki jenis dan aktifitas yang beragam, oleh karena itu peletakan pada vegetasi disetiap ruang terbuka kampus harus disesuaikan dengan fungsi dan kriterianya. Namun masih ada lokasi pada ruang terbuka kampus Indonesia Port Corporation University yang  peletakan vegetasinya tidak sesuai dengan fungsi dan kriteria vegetasi tersebut. Penelitian dilakukan pada 4 lokasi dan 8 titik disetiap area ruang terbuka yang ditentukan berdasarkan purposive sampling. Metode yang digunakan pada penelitian yaitu kualitatif dengan literature review untuk mengetahui jenis dan fungsi vegetasi yang akan diteliti lalu untuk menentukan kriteria vegetasi yang sesuai dengan (1) fungsi peneduh (2) fungsi pengarah (3) fungsi penyerap polutan (4) fungsi estetika dan peletakan pada setiap ruang terbuka kampus dilakukan menggunakan metode kuantitatif Key Performance Index (KPI). Hasil dari penelitian peletakan vegetasi dengan fungsi peneduh yang memiliki nilai scor tertinggi ada pada lokasi 1 yaitu tempat yang digunakan sebagai tempat parkir (66,25%) karena didalamnya didominasi pohon tanjung dengan kriteria pola peletakan tanaman yang ditanam berbaris dan bermassa daun padat. Lokasi 3 memiliki scor tertinggi (80%) yang peletakan vegetasinya sebagai fungsi pengarah karena didominasi oleh vegetasi bertajuk kolumnar dan ditanam secara berbaris. Peletakan vegetasi yang sesuai dengan fungsi sebagai penyerap polutan terdapat pada lokasi 4 (67,85%)dimana kriteria vegetasi yang mendominasi yaitu bermassa daun padat dan percabangannya menyebar. Sedangkan untuk peletakan vegetasi dengan fungsi estetika terdapat pada lokasi 3 (88,33%) karena pada lokasi ini didominasi oleh vegetasi dengan kriteria bentuk tajuk serta percabangan menarik dan terdapat variasi warna terhadap (daun, batang,bunga dan buah). Penelitian ini menunjukkan bahwa peletakan vegetasi sangat mempengaruhi kondisi ruang terbuka suatu tapak untuk itu diperlukan kajian mengenai fungsi dan kriteria vegetasi sebelum perencanaan pengembangan suatu kawasan pada tapak.


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 45-53
Author(s):  
Wiranatha Kadek ◽  
I Made Agus Dharmadiatmika ◽  
Anak Agung Keswari Krisnandika

Tanaman Obat Keluarga (Toga) adalah sebidang tanah di halaman rumah yang dimanfaatkan untuk menumbuhkan tumbuhan yang berkhasiat obat untuk memenuhi kebutuhan obat keluarga. Nilai fungsional taman Toga di pekarangan rumah Desa Bukian sudah tercapai namun penataan tamannya belum mempertimbangkan karakter tanaman, estetika serta filosofi Taman Tradisional Bali. Konsep dasar yang diterapkan adalah taman tematik yang menyeimbangkan antara keindahan taman dengan suplay tanaman obat, berdasarkan filosofi taman tradisional bali yang terdiri dari 7 unsur pembentuk taman di Bali. Yang ditonjolkan dari konsep ini adalah tata ruang sebagai alas, atap, dinding dan pola desain di masing-masing mandala yang saling terkait menjadi satu kesatuan sehingga mampu menjadi panduan pemilik rumah dalam menata taman, serta rekomendasi model desain taman Toga hasil dari penempatan tanaman pada konsep ruang yang telah dirancang berdasarkan karakter masing-masing tanaman dan menjadikan filosofi taman tradisional bali sebagai panduan. Dalam setiap perancangan taman di pekarangan diharapkan menggunakan filosofi tamana tradisional bali sebagai dasar sehingga dapat menjaga dan melestarikan kearifan lokal dan menjaga kesehatan keluarga dengan pengobatan herbal.          


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 33-37
Author(s):  
Olivia Dais Agustin ◽  
Nur Intan Simangunsong ◽  
Rustam Hakim

Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang merupakan salah satu gerbang untuk menuju Negara Indonesia yang mempunyai potensi visual yang mampu memberikan multi-image baik secara lokal, nasional maupun internasional. Lanskap koridor Jalan Raya Bandara Internasional Soekarno-Hatta (BISH) mempunyai peran dalam membangun karakter lingkungan dan estetika visual dlam menampilkan citra dan identitas kawasan. Namun, saat ini kondisi koridor jalan tersebut belum optimal dalam menampilkan citra kawasan yang menarik. Tujuan penelitian ini untuk menilai kualitas estetika visual lanskap pada koridor Jalan Raya Bandara Internasional Soekarno-Hatta serta menentukan area-area yang mempunyai potensi estetika visual lanskap. Metode penelitian dalam studi ini adalah metode deskriptif-kualitatif sedangkan pengumpulan data melalui kuisioner, data yang telah terkumpul diukur nilai estetika visual lanskap menggunakan teknik analisis skala likert. Hasil analisis dari penilaian tersebut menghasilkan area-area yang mempunyai potensi estetia visual lanskap pada obyek studi. Dengan demikian, karakter visual lanskap koridor Jalan Raya BISH mampu menampilkan citra kawasan yang menarik baik secara lokal, nasional maupun internasional.


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 61-70
Author(s):  
Rindha Rentina Darah Pertami ◽  
Jumiatun ◽  
Bety Etikasari

Langkah awal untuk meningkatkan kualitas RTH membutuhkan kajian yang matang terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan agar hasil pembangunan diperoleh dari analisis yang mendalam dan utuh. Agar hasil pekerjaan sesuai dengan harapan dan seragam maka diperlukan suatu standar dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi klasifikasi dan kriteria taman kota yang ramah anak dan masyarakat serta menyusun standar prasarana taman dan keindahan kota ideal sesuai kebutuhan, termasuk jenis taman (RTH dan RTNH), standarisasi pekerjaan pemeliharaan taman, dan pekerjaan pemeliharaan kapasitas kerja. Taman-taman yang tersebar ini tidak terklasifikasi dengan baik sehingga seringkali saat menghitung kebutuhan SFM di bidang pemeliharaan taman, Anda tidak dapat menggunakan satu referensi untuk luas taman yang sesuai dengan klasifikasinya. Menyesuaikan area perawatan dengan persyaratan situs atau taman itu sendiri merupakan bagian penting dari seni dan ilmu manajemen taman dan bahkan dapat memberikan formula atau spesifikasi standar yang pasti yang dapat diterapkan pada jenis taman atau lanskap tertentu. Pemeliharaan dan perawatan rutin suatu kawasan lanskap akan sangat mempengaruhi penampilan lanskap itu sendiri, dan juga mempengaruhi nilainya sebagai kenyamanan (fasilitas) bahkan dalam jangka panjang akan sangat mempengaruhi komunitas tumbuhan dan alam secara keseluruhan. Hal ini benar karena pemeliharaan merupakan upaya untuk menjaga keindahan dan fungsi suatu lanskap atau taman.


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 54-60
Author(s):  
Riyad Maulana ◽  
Annisa Safira Riska ◽  
Hanson Endra Kusuma

Intensitas kegiatan di perkotaan yang tinggi, cenderung membuat masyarakat butuh melakukan kegiatan rekreasi. Salah satu fungsi hutan kota merupakan tempat rekreasi untuk melepas kepenatan masyarakat kota dari tingginya intensitas kegiatan sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara motivasi berkunjung dengan kegiatan yang dilakukan di hutan kota berdasarkan preferensi masyarakat. Penelitian dilakukan melalui pendekatan grounded theory dengan metode kualitatif yang bersifat eksploratif. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner daring yang bersifat terbuka (open-ended) dan tertutup (close-ended), serta pemilihan sampel secara bebas (non-random sampling). Data teks yang terkumpul dianalisis dengan analisis isi. Hasil analisis korespondensi motivasi berkunjung dan kegiatan ini mengungkap dua fungsi hutan kota, yaitu wisata interaktif dan wisata edukatif. Wisata interaktif merupakan pengunjung datang dengan motivasi kualitas tempat, kegiatan yang dilakukan bersifat afektif dan psikomotorik. Sedangkan wisata edukatif merupakan pengunjung datang dengan motivasi informasi, kegiatan yang dilakukan bersifat kognitif.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 19-26
Author(s):  
Stanley Don Barroga ◽  
Nappy L. Navarra ◽  
Honorio T. Palarca

The problem of visual pollution in the Philippines has been increasingly evident, and people are becoming aware of it. But to create effective solutions, a deep understanding of the problem should first be established. This paper was aimed to identify, analyze, and measure the visual pollution present in Intramuros, a heritage city in the Philippines that encapsulates the Philippine colonial architecture in the 1890s. The site is known for its preservation of its city image but also modern landscape changes. To achieve the goal, the application of the Indirect and Direct Method of Landscape Evaluation was executed. These methods led to two results: (1) the identification of components— which are landscape attributes and indicators, that make up a visual landscape; and (2) the understanding of how it is perceived by the observer through a survey and interviews, which are quantified by ratings. To further understand the relationship of indicators and ratings with each other, a series of correlational studies was done. This resulted to the establishment of Disturbance, Stewardship, and Image Rating as the primary descriptors of visual pollution. A weighted average formula was then established, which quantified the visual pollution of Intramuros through indicator values and response ratings. It was concluded that visual pollution in Intramuros, through research-based methodology, can be identified, analyzed, and measured. Specific viewpoints in the district were identified as unacceptably visually-polluted. Magallanes St. cor. Victoria St. in Intramuros had the highest VP Score at -4.886. Elements that contributed to visual pollution were also identified.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
Author(s):  
Editor JLI

Pengantar Redaksi Jurnal Lanskap Indonesia Vol 13 Nomor 1 Tahun 2021


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 7-12
Author(s):  
Diah Ayu Kendran ◽  
Hanson Endra Kusuma ◽  
Annisa Safira Riska

Facility planning will be successful if every process always consider the user and activities aspects. This aspects also applies to the agrotourism area, where tourist preference and segmentation can be used to understand visitor desires. This research  aims to identify preferences and characteristics of the tourist segmentation in the visited agrotourism areas. This research used a grounded theory approach with qualitative exploratory methods. Data was collected online in an open–ended and close–ended questionnaire which was analyzed in 3 steps; open coding, axial coding, and selective coding. Based on the analysis results, tourists’ preference for visiting agrotourism area were to enjoy natural environment and do various recreational activities. The study also found the tourist characteristics was dominated by visitors who come in groups with close relationship of family and friends. The characteristics of these tourists can be used as a basis of harmonisation for determining the criteria of facilities in agrotourism where the implemented design can give attention to the sustainability (lifecycle) of tourist attraction from natural and economic aspect.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Naniek Kohdrata ◽  
Cokorda Gede Alit Semarajaya

Kampung Kusamba Village is a relatively small size village in the Bali Island with a majority Muslim population. The village area is surrounded by villages that are predominantly Hindu. The Kampung Kusamba is an example that tolerance in social life is actualized. This research emphasizes on documenting tolerance between Kampung Kusamba dwellers with the Balinese through architectural forms and folklores, myths, or any other oral histories. The research method used is qualitative. Data were collected using a purposive approach, utilizing an in-depth interview technique to resource persons and photographic surveyed for architectural forms. The analysis was carried out descriptively using an ethnographic domain analysis technique approach. Preliminary findings from this study were that physical architectural features that reflect the local culture are the same or almost the same as Balinese architecture. A form of tolerance was also found in the form of artifacts that reflected the diversity of the population of Kampung Kusamba in the past. Oral histories of the past as a manifestation of the intangible landscape also showed the attitude and tolerance of the people of Kampung Kusamba and the people who live in Bali respectively. Moreover, there was also a story that shows the position and special relationship of Kampung Kusamba with Klungkung Royal.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 27-32
Author(s):  
Putu Nala Viswa Dharma ◽  
Hinijati Widjadja ◽  
Qurrotu’Aini Besila

Bali is a tourist destination that is very popular in the country of Indonesia with a wealth of natural and cultural potential that is presented on this island of a thousand temples. One of the tourist objects in Bali, especially in Denpasar City, is the Kertalangu Cultural Village Tourism Object, which is located in the village of Kesiman Kertalangu. This tourism object offers local cultural potential and visual potential in the form of rice fields which can be an alternative tourism in the middle of conventional tourism development in Denpasar. However, the lack of attractiveness in this tourist attraction area has made visitors less enthusiastic about coming on a tour, so research is needed regarding the assessment of visual quality in this area as an effort to increase the attractiveness of traveling by optimizing the visual quality of the site. The purpose of this study was to examine the visual quality that can be an attraction in the Kertalangu Cultural Village. The methods used are VRAP and field surveys. The results provide some recommendations to develop landscape designs for Kertalangu Cultural Village based on the use of visuals and local cultural values.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document