Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

92
(FIVE YEARS 54)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa

2580-2143, 1693-685x

2020 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 59
Author(s):  
Mahsun M.S. ◽  
Yenni Febtaria Wijayatiningsih

Until recently, the results of language grouping in Indonesia conducted by some linguists still show differences one another. Take for example, the study on grouping of Malay and Javanese languages done by Dyen and Blust or that of Indonesian languages conducted by SIL group and by Dempwolff were proved to be dissimilar. This indicates that analysis focusing only on language aspects is not sufficient to provide a more accountable language grouping analysis. Therefore, it is importantto collaborate with other disciplines which are expected to be synergic with language aspect analysis. Plenty of studies which relate ethnic grouping genetically to the grouping of speakers of certain sublanguages have been conducted. Unfortunately, the studies of the two disciplines were not conducted integratedly, so that the results are less satisfying. This is due to the unavailability of established formulation about the concepts and collaborative method of the two disciplines. Therefore, this paperaims at describing in detail about how linguistics and genetics collaborate as a new subinterdisciplines called Genolinguistics to be applied in the study on grouping of related languages.AbstrakSetakat ini, hasil pengelompokan bahasa-bahasa di Indonesia yang dilakukan para linguis masih terdapat perbedaan satu dengan lainnya, misalnya perbedaan pengelompokan bahasa Melayu dengan Jawa yang dilakukan Dyen dan Blust atau pengelompokan bahasa-bahasa di Indonesia yang dilakukan kelompok SIL dengan pengelompokan bahasa yang  dilakukan Dempwolff. Hal ini membuktikan bahwa analisis dari aspek kebahasaan belum cukup untuk menghasilkan analisis pengelompokkan bahasa yang lebih dapat dipertanggungjawabkan. Diperlukan dukungan kajian dari bidang lain yang diharapkan dapat bersinergi dengan analisisdari aspek kebahasaan. Kajian yang menghubungkan pengelompokkan etnis secara genetis dengan pengelompokkan penutur bahasa-bahasa tertentu sudah banyak dilakukan. Namun, sayangnya kajian kedua bidang itu berjalan sendiri-sendiri sehingga hasil yang diperoleh kurang memuaskan. Hal ini disebabkan belum terdapatnya rumusan yang jelas tentang konsep dan metode kolaboratif antarkedua bidang itu. Untuk itu, tulisan ini mencoba memaparkan secara jelas tentang bagaimana linguistik dan genetika dapat berkolaborasi sebagai satu subdisiplin antarbidang baru yang disebut genolinguistik dalam kajian pengelompokkan bahasabahasaberkerabat.


2020 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 131
Author(s):  
Sariah Sariah

The opposition of meaning is part of the semantic relation which shows the existence of a meaningful relation or semantic relation between a word or another language unit in a text. This paper tries to scrutinize what types of the meaning opposition are used and how they create the image of the president and vice president candidates. The purpose of this paper is to reveal the word or phrase that is in opposition of meaning and its type as well as the images of president and vice president candidates being presented on Facebook. This study uses descriptive methods to describe the types and meanings and images of president and vice president candidates. The data were gained in the form of language elements such as opposing words and groups of words. They were collected from the comments on the first presidential and vicepresidential debate on Facebook from 17-31 January 2019. The result shows that the opposition found on the debate consists of absolute opposition, polar opposition, relational opposition, and hierarchical opposition bound by cohesion tools to connectthe semantical relations or coherence. The meanings obtained are those which contain elements of irony, insults, reproach which ultimately denigrates and overthrows the president and vice president candidates.AbstrakOposisi makna adalah bagian dari relasi makna yang menunjukkan adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa yang lain dalam suatu teks. Masalah yang menjadi fokus tulisan ini adalah bagaimana jenis dan makna oposisi yang digunakan dan bagaimana makna oposisi tersebut membangun citraan pasangan calon capres dan cawapres. Tujuan tulisan ini adalah mengungkapkan jenis dan makna oposisi serta citraan capres dan cawapres di media sosial Facebook. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk memaparkan jenis dan makna serta citraan capres dan cawapres. Data penelitian berupa unsur lingual berupa kata dan kelompok kata yang beroposisi. Sumber datanya adalah komentar pada Debat I Capres dan Cawapres di media sosial Facebook dari tanggal 17—31 Januari 2019. Temuannya adalah oposisi Debat I Capres dan Cawapres terdiri atas oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, dan oposisi hierarki yang diikat oleh alat kohesi untuk menghubungkan jaringan makna atau koherensi. Makna yang diperoleh adalah makna-makna yang mengandung unsur ironi, hinaan, dan celaan yang ujungnya adalah merendahkan serta menjatuhkan pasangan calon presiden dan wakil presiden.


2020 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 147
Author(s):  
Tisna Prabasmoro ◽  
Ferry Parsaulian Pakpahan ◽  
Abdul Hamid

Status updates are one of the most popular features of Facebook, but few local studies have explored the traits and motives that influence the topics that people choose to update about. As many Persib supporters, otoriously called bobotoh, socialize and spend a great deal of time in technology-mediated environments such as fan communities and social networking sites, they develop an online identity as bilingual and knowlegeable Facebook admins and readers. The article explores the notion of identity as a fluid construct that shifts over time with these bobotoh’s longterm participation in a Facebook fan page named Bobotoh ID. It demonstrates how Sundanese (local language for the people in West Java), bobotoh-ship (a distinct identity) –as points of affiliation– and technology converge to provide a context in which these bobotoh are able to develop a powerful local culture identity circulated through a technologically mediated milieu.AbstrakMeskipun pemutakhiran pampangan (status) adalah salah satu fitur terpopular facebook, kajian-kajian lokal yang mendalami sifat dan motif yang memengaruhi pilihan topik status masih belum banyak dilakukan. Dengan banyaknya jumlah pendukung Persib yang dikenal dengan nama bobotoh yang bermasyarakat dan menghabiskan banyak waktu mereka dalam jejaring teknologi, seperti komunitaskomunitas pendukung dan situs jejaring sosial, mereka mengembangkan identitas maya mereka sebagai admin atau pembaca yang berpengetahuan luas dan bilingual. Artikel ini mengeksplorasi makna identitas sebagai konstruksi cair yang bergeserbersama waktu seiring dengan partisipasi jangka panjang bobotoh dalam komunitas penggemar Persib di facebook bernama Bobotoh ID. Artikel ini juga menunjukkan bagaimana bahasa Sunda (sebagai bahasa daerah masyarakat Jawa Barat), kebobotohan (sebagai identitas yang berbeda)–yang berfungsi sebagai titik-titik afiliasi–dan teknologi bertemu dan memberikan konteks sehingga bobotoh mampu mengembangkan identitas budaya lokal yang kuat di lingkungan yang dimediasi teknologi.


2020 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 163
Author(s):  
Valentina Lovina Tanate ◽  
Feliks Tans ◽  
Agustinus Semiun

This paper analyzes the texts written on Kupang City public transport Lane 2. The abundant texts in the corners of the city in various forms and messages represent the language dynamics varied from polite to harsh. This paper aims at explaining the form of such texts, analyzing the production, distribution, and consumption of such text and analyzing their socio-cultural practices using critical discourse analysis method of Norman Fairclough’s. The results showed that only 19.15 % of the texts contains positive meanings and 80.85% of them contains negative ones. The textswere made by the drivers, the owners of the transport, and the drivers’ assistants by writing it on the body of the vehicle. The texts are distributed directly through the city transportation media. The texts are about social rules of the community both positive and negative behavior. Texts have power relations and ideology. Ideologies that participate in the practice of such discourse are liberalism, feminism, religion, and capitalism.AbstrakKajian ini menganalisis tulisan di angkutan kota Jalur 2 Kota Kupang. Maraknya tulisan-tulisan di sudut-sudut kota dengan berbagai bentuk dan pesan merupakan contoh nyata dinamika bahasa mulai dari yang santun sampai dengan yang keras. Tujuan kajian adalah untuk menjelaskan bentuk teks pada angkutan kota Jalur 2 di Kota Kupang, menganalisis produksi, penyebaran, dan konsumsi teks, serta menganalisis praktik sosio-budaya dari teks itu menggunakan teori analisis wacana kritis Norman Fairclough. Metode yang digunakan untuk menganalisis teks adalah metode analisis wacana kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 19,15% teks mengandung pesan positif dan 80,85% mengandung pesan negatif. Teks diproduksi oleh sopir, pemilik angkutan, dan kondektur dengan cara menulis di badan angkutan kota. Teks disebarkan secara langsung melalui media angkutan kota. Teks pada angkutan kota di Kota Kupang tersebut merujuk pada perilaku sosial masyarakat, baik perilaku positif maupun negatif. Teks memiliki relasi kekuasaan dan ideologi. Ideologi yang turut serta di dalam praktik wacana ialah liberalisme,feminisme, agama, dan kapitalisme. 


2020 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Faizal Arvianto ◽  
E Kristanti

This paper aims to determine the contribution of diction mastery variables (X1) and achievement motivation variable (X2) simultaneously in the narrative writing skills based on Timor cultural wisdom. The study was conducted in Indonesian Language and Literature Study Program, Timor University from March to August 2019 using a quantitative method with a correlational approach. Based on the Summary Model table derived from the calculation of the SPSS 20 program, the amount of contribution of variable (X1) and variable (X2) simultaneously to variable (Y), the correlation coefficient is 0.746 and is categorized as strong. Based on such table, the R square value is 0.556 and the Sig. F Change value = 0.000 at significance level of α = 0.05 (0.000 <0.05). It means that the contribution(s) of variable (X1) and variable (X2) simultaneously to variable (Y) is 55.6% and significant while the rest of 44.4% is determined by other variable(s).AbstrakKajian ini bertujuan untuk mengetahui sumbangan variabel penguasaan diksi (X1) dan variabel motivasi berprestasi (X2) secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis narasi berbasis kearifan lokal budaya Timor (Y). Kajian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Timor bulan Maret 2019 sampai dengan Agustus 2019. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Berdasarkan tabel Model Summary yang diperoleh dari penghitungan program SPSS 20 diketahui besarnyasumbangan variabel (X1) dan variabel (X2) secara simultan terhadap variabel (Y) yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah sebesar 0,746 dan termasuk kategori kuat. Berdasarkan tabel Model Summary juga diperoleh nilai R Square sebesar 0.556 dan nilai Sig. F Change = 0.000 pada taraf signifikansi α = 0,05 (0.000 < 0.05). Hal ini berarti kontribusi atau sumbangan variabel (X1) dan variabel (X2) secara simultan terhadap variabel (Y) adalah 55,6% dan signifikan, sedangkan 44,4% ditentukanoleh variabel lain.


2020 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 111
Author(s):  
Rahmat Muhidin

This writing discusses the names of islands, straits, capes, rivers, estuaries,maritime, nautical, seas, beaches, and coasts in Natuna Region of Riau Islands Province and aims at describing its names. This maritime toponymic study uses descriptive method, literature study, and maritime toponymic survey data. The results showed that there are 154 islands in Natuna Region which 27 of them are inhabited and the rest (127 islands) are not. Those islands can be classified into two groups, namely (1) Bunguran Islands and Serasan Islands. Based on the local legend the name bunguran referred to the name of a tree called Bungur; (2) Senua Island was formed based on the story of Sarimah who was cursed to be a giant rock that kept getting bigger and formed an island called Senua.AbstrakKajian ini membahas nama-nama pulau, selat, tanjung, sungai, muara, maritim, bahari, laut, pantai, dan pesisir di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau dan bertujuan untuk mendeskripsikan nama-namanya dan merupakan kajian toponimi maritim/letak geografis terkait kelautan di Kabupaten Natuna. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, studi literatur, dan data survei toponimi maritim. Hasil kajian menunjukkan bahwa di Kabupaten Natuna terdapat 154 pulau dengan 27 pulau berpenghuni dan sebagian besar pulau (127 buah) tidak berpenghuni.Pulau-pulau yang ada dapat dikelompokkan ke dalam 2 gugusan, yaitu (1) Pulau Bunguran dan Pulau Serasan. Penamaan Bunguran merujuk pada vegetasi tanaman pohon Bungur; (2) Pulau Senua merupakan pulau yang tercipta berdasar legenda rakyat Sarimah yang berubah menjadi batu yang membesar menjadi Pulau Senua.


2020 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 39
Author(s):  
Hera Meganova Lyra ◽  
Wahya Wahya ◽  
R Yudi Permadi

This writing describes pornographic humour conveyed in tatarucingan ‘Sundanese riddles’. I focuses on pornographic connotation and types of pornographic humour existing in tatarucingan. The method used was descriptive one with theoretical analysis by Sukatman (2009) combined with Danandjaja (1984), Rahmanadji (2007), Yuniawan (2007), and Mulia (2014). The result shows that the pornographic connotation in tatarucingan conveyed in the questions or answers of the tatarucingan ‘riddles’. I means that the pornographic connotation may be conveyed in the questionsand may also be in the answers of the riddles. The types of pornographic connotation include rational-answer humour, logic games humour, pseudo-incoherence humour, sound games humour and metaphorical humour. AbstrakPenelitian ini mendeskripsikan humor pornografi yang terdapat dalam tatarucingan ‘teka-teki Sunda’. Masalah yang dikaji meliputi konotasi pornografi dan jenis humor pornografi yang terdapat dalam tatarucingan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan kajian menggunakan analisis teori Sukatman (2009) yang diekletikkan dengan teori Danandjaja (1984), Rahmanadji (2007), Yuniawan (2007), dan Mulia (2014). Hasil penelitian menunjukkan konotasi pornografi yang terdapat dalam tatarucingan muncul pada pertanyaan atau jawaban tatarucingan. Dalam arti, konotasi pornografi ada yang muncul dalam pertanyaan,ada pula yang muncul dalam jawaban tatarucingan. Humor pornografi jika dilihat dari jenisnya meliputi humor rasionalitas jawaban, humor permainan logika, humor ketidaklogisan semu, humor permainan bunyi, dan humor bermetafora.


2020 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Irwan Syah ◽  
Wagiati Wagiati ◽  
Nani Darmayanti

This paper describes the conceptual metaphor of love in Taylor Swift’s song in her album Red. Along with time, works of art especially music, keeps developing up until now. Many musicians pour their thoughts in their songs about their criticism over the government or simply about their love life.  One of such is Taylor Swift. Swift’s messages are not all explicit but some are implicit with the use of figurative language (metaphor). Descriptive qualitative method and a cognitive semantics approach are used to  describe and analysis the data from Taylor Swift’s song in the album. Theresult shows that the conceptualization metaphor of love manifests in many forms, namely the object of love as things, love as part of the body, love is a game, love is a sign, love is an art, love is an object of sound, love is a colour, love is a trap and love is a problem. AbstrakPenelitian ini mendeskripsikan metafora konseptual cinta dalam lirik lagu Taylor Swift pada album Red. Seiring dengan perkembangan zaman, karya seni, khususnya seni musik berkembang hingga saat ini. Banyak musisi yang menuangkan pemikirannya di dalam lagu yang berisi kritikan terhadap pemerintahan atau seputar kehidupan pribadi, khususnya percintaan. Salah satu penulis lagu tersebut adalah Taylor Swift. Pesan yang dituangkan Swift tidak hanya dinyatakan secara eskplisit, tetapi ada juga yang dinyatakan secara implisit dengan menggunakan bahasa kiasan(metafora). Metode deskriptif kualitatif dan kajian semantik kognitif  digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis data yang bersumber dari lirik lagu Taylor Swift pada album Red. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseptualisasi metafora cinta yang ditemukan antara lain objek cinta sebagai sebuah barang, cinta sebagai bagian tubuh, cinta adalah permainan, cinta adalah tanda, cinta adalah seni, cinta sebagai objek suara, cinta adalah warna, cinta adalah perangkap, dan cintaadalah masalah.


2020 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 87
Author(s):  
Pujiningtyas Pujiningtyas

Joko Widodo as the elected president delivered his political speech following the judgement of The Constitutional Court of Indonesia regarding the lawsuit of the election of the president and vice president of the Republic of Indonesia for the 2019-2024 period. In the judgement, the Constitutional Court of Indonesia affirmed to reject the lawsuit and decided Joko Widodo and Ma’ruf Amin as the elected President and Vice President of the Republic of Indonesia. Thus, such political speech cannot be considered as independent. In his speech, Joko Widodo conveyed statement and ideology through language. Therefore, Joko Widodo’s speech was analyzed using the Huckin model for critical discourse analysis approach which was carried out using qualitative descriptive methods. The data source was Joko Widodo’s speech after the judgement of the Constitutional Court of Indonesia broadcasted nationwide. The analysis was carried out to look for genre, framing, foregrounding or backgrounding, presuppositions, and differences in topics, as well as analysis of sentences and words. The result shows that Joko Widodo used straightforward and explicit language and was presented in an argumentative and persuasive manner. The delivering of the speech used the language relations and power so that the ideology conveyed and was accepted by the people of Indonesia.AbstrakJoko Widodo sebagai presiden terpilih menyampaikan pidato politiknya usaiMahkamah Konstitusi memutuskan gugatan perkara hasil pemilihan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia periode 2019--2024. Dalam putusan itu, Mahkamah Konstitusi menegaskan menolak gugatan yang diajukan oleh Tim Pemenangan Prabowo Subianto dan Sandiaga S. Uno dan memutuskan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih. Berkenaan dengan itu, pidato politik itu tidak dapat dipandang berdiri sendiri. Joko Widodo dalam pidatonya menyampaikan pernyataan dan ideologi melalui bahasa. Oleh karena itu, pidato Joko Widodo dianalisis dengan pendekatan analisiswacana kritis model Huckin. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Sumber data dalam penelitian adalah pidato Joko Widodo usai putusan Mahkamah Konstitusi yang disiarkan secara nasional oleh media massa. Analisis dilakukan untuk melihat genre, framing, foregrounding atau backgrounding, praanggapan, dan perbedaan topik, serta analisis kalimat dan kata. Temuan menunjukkan bahwa Joko Widodo menggunakan bahasa lugas dan eksplisit dan disampaikan secara argumentatif dan persuasif. Penyampaian itu menggunakan relasi bahasa dan kekuasaan sehingga ideologi yang disampaikan dapat diterima secara positif oleh rakyat Indonesia.


2020 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Fatmahwati A

This paper discusses metaphors on Meikarta audio visual advertisement “the girl” version using pragmatic approach. The advertisement promotes a new city offering a quality living, sustainable environment, modern lifestyle, and latest technology. Such image is built by a story of a girl left a disorganized “old town” for a new comfortable city named Meikarta. The advertisement uses metaphors in conveying messages to contrast the “old city” to the new one. This paper aims at describing the sequences of themes, types, and metaphorical meanings found in the advertisement’sunderlying context. The data were collected by a note-taking technique and were analyzed using the analytical descriptive method and interpretative technique referring to an ethnographic research. The findings reveal that the Meikarta audio visual advertisement is full of metaphors. Almost all of the sequences of themes in the schematic composition of the advertisement contain metaphors that convey a certain concept based on similarities or comparisons. The Meikarta advertisement metaphor items can be divided into two categories, namely inanimate and animate.The meaning of each item reflects the situational, social, cultural context and ideology of urban communities in Indonesia.AbstrakKajian ini membahas metafora pada iklan audio visual Meikarta versi “anakperempuan” dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Iklan Meikartamempromosikan kota baru yang menawarkan hidup yang berkualitas, lingkungan yang terjaga, gaya hidup modern, dan teknologi terbaru. Pencitraan kota baru tersebut dibangun dengan sebuah cerita yang mengisahkan “perjalanan” seorang anak perempuan, meninggalkan “kota lama” yang semrawut menuju Kota Meikarta yang nyaman. Iklan ini menggunakan metafora dalam menyampaikan pesan tentang kontras “kota lama” dan kota baru Meikarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sekuen tema, jenis, dan makna metafora yang ditemukan pada iklan Meikarta berdasarkan konteks yang melatarinya. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak catat. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif analitik dan teknik interpretatif dengan mengacu pada penelitian etnografik. Hasil penelitian mempertegas bahwa iklan audio visual Meikarta memang sarat dengan metafora. Hampir setiap sekuen tema dalam komposisi skematik iklan Meikarta  mengandung metafora yang menyampaikan konsep tertentu berdasarkan persamaan atau perbandingan. Jenis metafora iklan Meikarta dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu inanimate (tidak hidup) dan animate (hidup). Makna setiap item mencerminkan konteks situasi, sosial, budaya, dan ideologi masyarakat perkotaan di Indonesia.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document