Wal'afiat Hospital Journal
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

31
(FIVE YEARS 31)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Muslim Indonesia

2722-9017

2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 27-35
Author(s):  
KHartina Burhan ◽  
Dahliah Dahliah ◽  
Nevi Sulvita Karsa

In 2011, there were 32.4 million pregnant women aged 15-49 years in the world experiencing anemia. Data (WHO 2011) shows that around (30%) pregnant women in Indonesia experience anemia. This figure is higher compared to some other countries in Southeast Asia such as Malaysia (27%), Singapore (28%), and Vietnam (23%). This study aims to determine the relationship of anemia in pregnant women with the incidence of low birth weight babies (LBW) in the Mother and Child Hospital Sitti Khadijah 1 Makassar in 2018. Research conducted is descriptive analytic using cross sectional method in which a study, variables including risk factors and variables including effects are observed at once at the same time. Based on data from 70 pregnant women who have anemia, there are 66 pregnant women classified as mild anemia (94.3%) and 4 pregnant women with moderate anemia category (5.7%). Of the 23 pregnant women who gave birth to LBW babies were categorized into mild anemia as many as 22 (31.4%) and moderate anemia as much as 1 (1.42%). Based on the chi-square statistical test results obtained p value> 0.05 (p = 0.601) which means there is no significant relationship between anemia in pregnant women with the incidence of low birth weight in the Mother and Child Hospital Sitti Khadijah 1 Makassar in 2018.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 42-55
Author(s):  
Nurhikmawati Nurhikmawati ◽  
Syatirah Rizky Ananda ◽  
Hasta Handayani Idrus ◽  
Wisudawan Wisudawan ◽  
Nurfachanti Fattah

Menurut American Heart Association (AHA) 2017, Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik faktor risiko hipertensi di Makassar tahun 2017. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif. Sampel adalah semua pasien hipertensi yang masuk di Puskesmas Tabaringan, Jumpandang Baru, Layang, Andalas, Makkasau, Maccini Sawah, Mamajang, Pertiwi, Jongaya, Kassi-kassi, Batua, Tamangapa, Sudiang, Tamalanrea, Makassar mulai tanggal 1 Januari 2017 sampai 31 Desember 2017 sebanyak 1.528 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Dari 1.528 subjek penelitian didapatkan paling banyak usia >50 tahun sebanyak 872 orang (57.05), dengan jenis kelamin paling banyak adalah perempuan sebanyak 956 orang (62.57%). Subjek yang memiliki riwayat keluarga hipertensi sebanyak 756 orang (49.47%). Pekerjaan  paling banyak dengan kategori sangat berat sebanyak 656 orang (42.94%). Selain itu ditemukan sampel dengan jarang konsumsi garam sebanyak 875 orang (57.27%). Pada sampel ini juga ditemukan penderita hipertensi yang terbanyak termasuk kategori perokok pasif sebanyak 1.002 orang (65.58%). Dari gaya hidup yang mengalami hipertensi lebih banyak yang tidak pernah konsumsi alkohol sebanyak 1.478 orang (96.72%). Subjek yang mengalami hipertensi dan mengalami obesitas sebanyak 861 orang (56.35%), dan lebih banyak pada sampel yang jarang olahraga sebanyak 1.104 orang (72.25%). Selain itu, ditemukan juga subjek yang mengalami hipertensi lebih banyak pada sampel yang tidak pernah mengalami mendengkur sebanyak 877 orang (57.4%). Penderita hipertensi di Makassar paling banyak pada usia >50 tahun, perempuan, tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi, pekerjaan tergolong kategori sangat berat, jarang konsumsi garam, sering konsumsi lemak, perokok pasif, tidak pernah konsumsi alkohol, obesitas, jarang olahraga, dan tidak pernah mengalami mendengkur.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 63-74
Author(s):  
Asrini Safitri ◽  
Nesyana Nurmadilla ◽  
Sri Wahyuni Gayatri

Pneumonia dapat menjadi salah satu masalah kesehatan utama pada geriatri. Proses penuaan sistem organ (di antaranya system respirasi, sistem imun, sistem pencernaan) dan faktor komorbid banyak berperan pada peningkatan frekuensi dan keparahan pneumonia pasien geriatri. Karakteristik dominan pneumonia pada pasien geriatric adalah presentasi klinisnya yang khas, yaitu jatuh dan bingung, sedangkan gejala klasik pneumonia sering tidak didapatkan Pneumonia adalah inflamasi jaringan paru yang paling sering disebabkan oleh infeksi dan didefinisikan sebagai adanya infiltrate paru pada foto thoraks. Penyakit pneumonia sering kali diderita sebagian besar kelompok usia lanjut dan kelompok populasi dengan penyakit kronik, sebagai akibat dari kerusakan sistem imunitas tubuh. Bayi dan anak-anak juga rentan terhadap pneumonia karena respon imunitas mereka yang masih belum berkembang dengan baik Gizi merupakan elemen kesehatan penting bagi populasi lanjut usia (lansia) dan mempengaruhi proses menua. Prevalensi malnutrisi meningkat pada populasi ini. Pneumonia merupakan salah satu penyakit kronik pada lansia yang berhubungan dengan malnutrisi. Hubungan antara malnutrisi dan penyakit paru  sudah lama diketahui. Malnutrisi mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur, elastisitas, dan fungsi paru, kekuatan dan ketahanan otot pernafasan, mekanisme pertahanan imunitas paru, dan pengaturan nafas. Sebaliknya, penyakit paru  akan meningkatkan kebutuhan energi dan dapat mempengaruhi asupan diet menjadi menurun. Intervensi gizi pada pasien pneumonia ditujukan untuk mengendalikan anoreksia, memperbaiki fungsi paru, dan mengendalikan penurunan berat badan. Kebutuhan akan zat gizi diperhitungkan sesuai dengan hasil asesmen gizi


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 8-16
Author(s):  
Sri Irmandha Kusumawardhani

Diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik kronik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan sensitivitas insulin dan insufisiensi produksi insulin oleh pankreas. Pada tahun 2015, sekitar 415 juta orang dewasa di dunia atau sekitar 8,5% penduduk dunia menderita diabetes. Diabetes menjadi masalah serius ketika telah terjadi berbagai komplikas. Retinopati diabetik adalah komplikasi mikrovaskular pernderita diabetes yang menyerang pembuluh darah kecil di retina mata, menyebabkan terjadinya penurunan penglihatan permanen hingga kebutaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jenis retinopati diabetik dengan lamanya menderita diabetes melitus dan kadar HbA1C. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif obervasional analitik dengan desain cross sectional. Kuantitatif berarti variabel-variabel penelitian ini menggunakan variabel yang dapat diukur secara objektif. Hasil penelitian ini didominasi oleh pasien berusia 50-54 tahun (26,5%). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kadar HbA1C didominasi > 9,0% (43%) dengan durasi lama <5 tahun (51%). Jenis retinopati yang mendominasi adalah PDR (68%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar HbA1c dengan jenis retinopati diabetik (p=0,007). Hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama menderita diabetes mellitus dengan jenis retinopati diabetik (p=0,016).


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 36-41
Author(s):  
Irmayanti Johar Bima ◽  
Rachmat Faisal Syamsu ◽  
Sigit Dwi Pramono ◽  
Reeny Purnamasari ◽  
Sri Juliani ◽  
...  
Keyword(s):  
P Value ◽  

Apendisitis adalah salah satu kasus kegawatdaruratan. Diagnosis ditegakkan dengan mengenal gejala penyakit ini sejak dini untuk menghindari perburukan dari apendisitis akut menjadi apendisitis perforasi. Mengetahui hubungan jenis kelamin, usia dan jumlah leukosit dengan pasien apendisitis non perforasi dan pasien apendisitis perforasi di RS.Ibnu Sina Makassar tahun 2014 – 2018. Penelitian ini dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu pengambilan sampel total sampling dengan total 125 sampel. Analisis data menggunakan uji chi square dengan p value hubungan jenis kelamin dengan apendisitis : 0.01, hubungan usia dengan apendisitis : 0.02 dan hubungan jumlah leukosit dengan apendisitis : 0.00  menggunakan program SPSS. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar pada bulan September-November 2019. Hasil penelitian menunjukkan sampel apendistis perforasi pada laki-laki 39 orang (65%) sedangkan pada perempuan 21 orang (35%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square nilai signifikan 0.01 (p<0.05) yang secara statistik menunjukkan terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis Sampel apendisitis perforasi usia 0-11 8 orang (13.3%), pada usia 12-25 18 orang (30%), pada usia 26-45 13 (21.7%) dan pada usia ≥46 21 (35%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square nilai signifikan 0.02 (p<0.05) yang secara statistik menunjukkan terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis. Sampel apendisitis perforasi dan leukosit <11.000 1 orang (1.3%) dan pada ≥11.000 59 orang (98.7%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square nilai signifikan 0.00 (p<0.05) yang secara statistik menunjukkan terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian apendistis perforasi, terdapat hubungan antara usia dengan kejadian apendistis perforasi dan terdapat hubungan antara jumlah leukosit dengan kejadian apendistis perforasi.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 56-62
Author(s):  
Nur Akhsan Diana ◽  
Nurelly Nurelly ◽  
Yani Sodiqah ◽  
Nesyana Nurmadilla ◽  
Zulfiyah Surdam
Keyword(s):  

Alopesia androgenik adalah penipisan rambut akibat adanya rangsangan hormon androgen terhadap folikel rambut yang memiliki predisposisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis Indeks Masa Tubuh (IMT) terhadap penderita alopesia androgenetik, mengetahui prevalensi alopesia androgenik dengan rerata Indeks Massa Tubuh di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia,RS Ibnu Sina dan Menara Universitas Muslim Indonesia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, RSIbnu Sina dan Menara Universitas Muslim Indonesia. Hasil penelitian ditemukan adanya hubungan antara Indeks Massa Tubuh terhadap penderita alopesia androgenik. Prevalensi alopesia androgenik terbanyak yaitu dengan Indeks Massa Tubuh normal 34,8%.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 75-82
Author(s):  
Arni Isnaini Arfah ◽  
Moch Erwin Rachman ◽  
Ekarisma Faradita Wardihan
Keyword(s):  

Sampai saat ini demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara tropis termaksud Indonesia. Demam Tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii. Bakteri ini, merupakan patogen yang spesifik menyerang saluran pencernaan manusia yang masuk kedalam tubuh melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Penyakit ini merupakan penyakit yang menular yang dapat menyerang banyak orang mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Pengobatan penderita demam tifoid dengan terapi supportif yakni tirah baring dan pemberian gizi yang cukup serta pemberian antibiotik. Menurut Depkes RI 2009 pemberian antibiotik berupa kloramfenikol. Akan tetapi Sejak zaman Nabi Muhammad SAW madu telah di pergunakan untuk pengobatan sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surah An-Nahl ayat 69 yang artinya “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan” Maka dari ayat ini, penulis ingin mengetahui efektisitas madu sebagai antibakteri terhadap bakteri Salmonella thypii. Penelitian ini menggunakan true experimental post test dengan menggunakan Madu yang diencerkan ke dalam konsentrasi 35%, 50%, 75% dan 100% menggunakan dua replikasi, yang mana masing-masing replikasi yang kemudian di rendam didalam paper disk, kemudian ditanam kedalam biakan bakteri Salmonella thypii. Dan dibandingkan dengan kelompok kontrol positif Kloramfenikol 500 mg. Hasil penelitian menunjukkan Zona hambat minimal (ZHM) bersifat sensitif terhadap bakteri Salmonella thypii dengan masing-masing pada replikasi I konsetrasi 50% (36,05mm), konsentrasi 75% (27,30mm) dan konsentrasi 100% (36, 05mm). Sedangkan replikasi II, pada konsentrasi 50% (26,53mm), pada konsentrasi 75% (26,56mm) dan konsentrasi 100% (32,64mm).


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 17-26
Author(s):  
Dahliah Dahliah ◽  
Nevi Sulvita Karsa ◽  
Faisal Sommeng ◽  
Imran Safei ◽  
Ema Magfirah

Background: Patient satisfaction is the first indicator of a hospital standard and a measure of servicequality. Understanding the needs and desires of the patient is important that affects patient satisfaction, tohelp improve the quality of health services, requiring the establishment of Social Security administeringAgency (BPJS) which is required to provide Satisfaction in patients. The services provided by the hospitalmust be qualified and meet the five dimensions of the main quality: tangibles, reliability, responsiveness,assurance, and Emphaty.Research aims: To determine the level of satisfaction of BPJS patients on the service of chemotherapy inIbn Sina Makassar Hospital in June year 2019.Research methods: This research is a descriptive draft study using a cross sectional approach. The samplesin this study were 54 people who meet the criteria for inclusion and exclusion. The data collectiontechniques used are questionnaire.Results of the study: according to the research results of BPJS patient satisfaction level of chemotherapy inthe hospital Ibn Sina Makassar, using the dimensions obtained in the dimension tangible 50% satisfied and50% very satisfied, on the reliability dimension 37 % were satisfied and 63% were very satisfied, on thedimension responsiveness 51.9% satisfied and 48.1% very satisfied, on the dimension of assurance 29.6%feel satisfied and 70.4% very satisfied, and on the dimension of Emphaty 38.9% feel satisfied and 61.1%feel very satisfied.Conclusion: The quality of service quality of tangible, reliability, responsiveness, assurance, and emphatyaffects the level of patient satisfaction of the participants of the Social security health provider to theMinistry of Action chemotherapy at the hospital Ibn Sina Makassar.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Zulfitriani Murfat ◽  
Prema Hapsari ◽  
Reeny Purnamasari ◽  
Santriani Hadi ◽  
Michaella Almirah

Kanker payudara adalah salah satu penyakit tidak menular yang cenderung meningkat setiap tahun.  Beberapa faktor risiko menyebabkan kanker payudara, salah satunya adalah konsumsi lemak berlebihan yang mengakibatkan hiperlipidemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kadar LDL dan insiden tumor payudara yang diduga berisiko terkena penyakit ganas. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan penampang. Sampel dalam penelitian tersebut adalah pasien yang dirawat di Bedah Poliklinik Onkologi RSUD Ibnu Sina Makassar dengan tumor payudara sebanyak 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan pengucilan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Hasil analisis univariat menunjukkan sebanyak 30 responden dengan tumor payudara dengan rentang usia terbanyak 31-40 tahun (37%), diikuti oleh usia 20-30 dan 41-50 tahun (20%), dan usia > 50 tahun ( 17%) , jenis tumor payudara terbanyak adalah jenis jinak dan kadar LDL tinggi pada jenis tumor payudara benigna dan maligna. Analisis bivariasi menggunakan Uji Chi-Square menunjukkan bahwa niai p 0,025, yang lebih kecil dari nilai p<0,05,  hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kadar LDL dan insiden tumor payudara yang diduga berisiko ganas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hubungan antara tingkat LDL dan insiden tumor payudara yang diduga berisiko ganas.  


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 38-48
Author(s):  
Dian Amelia Abdi
Keyword(s):  

Dermatitis atopik (DA) atau atopik eczema adalah peradangan kulit berupa dermatitis yang kronis residif, disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu terutama di wajah pada bayi (fase infantil) dan bagian fleksural ekstremitas (pada fase anak). Dermatitis atopik kerap terjadi pada bayi dan anak, sekitar 50% menghilang pada saat remaja, kadang dapat menetap, atau bahkan baru mulai muncul saat dewasa. Peningkatan insidensi DA kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor misalnya urbanisasi, polusi, dan hygiene hypothesis. Dermatitis atopic merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia, dengan prevalensi pada anak sebesar 10-20% dan pada dewasa sekitar 1-3%. Manifestasi dermatitis atopik dan tempat predileksi berbeda pada fase bayi, anak dan dewasa. Rasa gatal yang hebat dan perjalanan penyakit yang kronis-residif menyebabkan gangguan psikologis pada pasien, keluarga, serta dokter yang merawat, juga dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Masalah pada DA sangat kompleks sehingga penatalaksanaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi di antaranya faktor genetik, sawar kulit, faktor predisposisi, faktor pencetus, serta faktor lingkungan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document