scholarly journals Crop water relationships and thermal adaptation of kathika beans (Phaseolus vulgaris L.) and green grams (Vigna radiata L. Wilczek) with special reference to temporal patterns of potential growth in the drylands of SE-Kenya

2001 ◽  
Vol 48 (4) ◽  
pp. 591-601 ◽  
Author(s):  
Berthold Hornetz ◽  
Chris A. Shisanya ◽  
Nkanata M. Gitonga
2020 ◽  
Vol 5 (01) ◽  
pp. 9-14
Author(s):  
Syprianus Ceunfin ◽  
Eduardus Yosef Neonbeni ◽  
Jefrianus Nino ◽  
Yakobus P. E. S. Agu ◽  
Magdalena Sunarty Pareira ◽  
...  

Masyarakat petani di wilayah Timor Barat kerap menggunakan pengetahuan lokal sebagai bagian dari warisan leluhur dalam sistem pertanian tradisional untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga keluarga, menggunakan sistem pengelolaan tanah dan tanaman, yang mana beberapa jenis tanaman pangan ditanam secara bersamaan waktu dalam satu lubang tanam yang sama (Salome). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya efek biochar dan residunya serta umur defoliasi terhadap hasil Jagung dalam tumpangsari salome dengan beberapa jenis kacang di lahan kering dan untuk memperoleh jenis tanaman kacang yang cocok ditumpangsarikan secara salome dengan Jagung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2018 sampai Juli 2019 di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Timor, Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap penanaman yaitu tahap I: penanaman pada bulan Juli sampai November 2018. Tahap II: penanaman pada bulan November 2018 sampai Maret 2019. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial 2 x 3 x 3 dengan 3 kali ulangan + monokultur jagung dan monokultur kacang. Faktor pertama: penggunaan biochar yang terdiri dari 2 aras yaitu tanpa biochar dan penggunaan biochar. Faktor kedua: umur defoliasi daun Jagung yang terdiri dari 3 aras yaitu tanpa defoliasi , Umur defoliasi 35 Hari Setelah Tanam, Umur defoliasi 75 HST. Faktor ketiga: jenis Kacang lokal tipe tegak yang terdiri dari 3 aras yaitu: Vigna radiata L., Vigna umbellata L., Phaseolus vulgaris L., sehingga terdapat 18 kombinasi. Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa Berat biji tanaman jagung tertinggi dihasilkan kombinasi perlakuan tanpa biochar dengan umur defoliasi daun Jagung 35 hst pada sistem monokultur sedangkan pada sistem tumpang sari dihasilkan oleh kombinasi perlakuan biochar, umur defoliasi daun Jagung 35 hst pada jenis kacang Vigna radiata L., Hasil penelitian tahap II menunjukkan bahwa bahwa kombinasi perlakuan penggunaan residu biochar, umur defoliasi daun jagung 75 hst menghasilkan berat biji Jagung tertinggi yang ditanam dengan sistem tumpangsari dengan jenis kacang hijau. Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa Berat biji tanaman kacang tertinggi dihasilkan oleh kombinasi perlakuan tanpa biochar dengan jenis kacang Phaseolus vulgaris L. pada sistem monokultur, sedangkan pada sistem tumpangsari dihasilkan oleh kombinasi perlakuan penggunaan biochar tanpa defoliasi daun Jagung dengan jenis kacang Phaseolus vulgaris L. Hasil penelitian tahap II menunjukkan bahwa bahwa kombinasi perlakuan penggunaan tanpa residu biochar, umur defoliasi daun Jagung 35 hst dengan jenis kacang hijau paling tinggi pada sistem tanam tumpangsari. Hasil Jagung pada sistem tumpangsari salome diawal penggunaan biochar mengalami penurunan dibandingkan kontrol tetapi meningkat kembali pada saat penggunaan residu biochar, umur defoliasi daun Jagung 35 hst lebih baik dibandingkan tanpa defoliasi, semua jenis kacang cocok untuk ditaman dengan sistem tumpangsari salome. Jenis kacang Vigna radiata L. dan Vigna umbellata L. lebih cocok ditanam dengan sistem tumpangsari salome dengan Jagung pada awal penggunaan biochar maupun pasa saat penggunaan residu biochar.


2010 ◽  
Vol 61 (11) ◽  
pp. 918 ◽  
Author(s):  
M. Bourgault ◽  
D. L. Smith

Legume crops are often grown in drought-prone areas, and subjected to water stress. Greater understanding of drought tolerance in legumes and the use of physiological traits in breeding programs would likely provide high returns. An experiment was conducted comparing the response of two legume crops, common bean (Phaseolus vulgaris L.) and mungbean (Vigna radiata (L.) Wilczek), to seven watering regimes, in order to identify traits and timing of observations that are inexpensive and relatively easy to phenotype. Gas exchange measurements were conducted before and after selected waterings, and plants were harvested at flowering for the determination of leaf area, biomass, relative water content, and water potential. Results demonstrated that mungbean exhibited a conservative use of water through lower leaf area and a limit to maximum transpiration under non-limiting soil moisture conditions, as well as a greater partitioning of biomass into stems rather than leaves. Mungbean also maintained higher photosynthesis than common bean in low soil moisture conditions, and maintained higher relative water content than common bean. We suggest investigations into stem water-soluble carbohydrates would be worthwhile.


Author(s):  
Cao Đăng Nguyên ◽  
Nguyễn Thị Cẩm Hạnh

Đã điều tra lectin của 6 giống đậu cô ve thấy rằng cả 6 giống đều có hoạt tính lectin trong đó giống đậu cove hạt trắng dạng bụi (white bean core bush type white seeds) có hoạt tính lectin mạnh nhất, đặc biệt đối với hồng cầu trâu, bò, lợn. Lectin của 6 giống này đều không có biểu hiện đặc hiệu nhóm máu. Lectin đậu cove hạt trắng dạng bụi hoạt động tốt nhất ở nhiệt độ 300C – 400C, pH 6,8 – 7,6. Các đường α-D-glucose, α-D-galactose, D-mannose, D-fructose, D-saccharide,  D-lactose, D-arabinose và D-manitose ở nồng độ 0,05 – 0,1 M có tác dụng kìm hãm hoạt tính của lectin đậu cove hạt trắng dạng bụi. Lectin này cũng bị kìm hãm bởi protein của một số huyết thanh người và động vật (trâu, bò, lợn). Đã tinh sạch lectin đậu cove hạt trắng dạng bụi có độ tinh sạch gấp khoảng 52 lần so với dịch thô ban đầu. Trên gel polyacrylamide thấy xuất hiện 5 band có khối lượng phân tử trong khoảng 30 – 97 kDa.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document