Demineralization of coal by stepwise bioleaching: a comparative study of three Indian coals by fourier transform infra red and X-ray diffraction techniques

1997 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 29-36 ◽  
Author(s):  
D. K. Sharma ◽  
G. Wadhwa
Arena Tekstil ◽  
2013 ◽  
Vol 28 (1) ◽  
Author(s):  
Maya Komalasari ◽  
Bambang Sunendar

Partikel nano TiO2 berbasis air dengan pH basa telah berhasil disintesis dengan menggunakan metode sol-gel dan diimobilisasi pada kain kapas dengan menggunakan kitosan sebagai zat pengikat silang. Sintesis dilakukan  dengan prekursor TiCl4 pada konsentrasi 0,3 M, 0,5 M dan 1 M, dan menggunakan templat kanji dengan proses kalsinasi pada suhu 500˚C selama 2 jam. Partikel nano TiO2 diaplikasikan ke kain kapas dengan metoda pad-dry-cure dan menggunakan kitosan sebagai crosslinking agent. Berdasarkan hasil Scanning Electron Microscope (SEM),diketahui bahwa morfologi partikel TiO2 berbentuk spherical dengan ukuran nano (kurang dari 100 nm). Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan adanya tiga tipe struktur kristal utama, yaitu (100), (101) dan (102) dengan fasa kristal yang terbentuk adalah anatase dan rutile. Pada karakterisasi menggunakan SEM terhadap serbuk dari TiO2 yang telah diaplikasikan ke permukaan kain kapas, terlihat adanya imobilisasi partikel nano TiO2 melalui ikatan hidrogen silang dengan kitosan pada kain kapas. Hasil analisa tersebut kemudian dikonfirmasi dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red) yang hasilnya memperlihatkan puncak serapan pada bilangan gelombang 3495 cm-1, 2546 cm-1, dan 511 cm-1,  yang masing-masing diasumsikan sebagai adanya vibrasi gugus fungsi O-H, N-H dan Ti-O-Ti. Hasil SEM menunjukkan pula bahwa kristal nano yang terbentuk diantaranya adalah fasa rutile , yang berdasarkan literatur terbukti dapatberfungsi sebagai anti UV.


Author(s):  
Fitrianti Darusman ◽  
Sundani N Soewandhi ◽  
Rachmat Mauludin

Telah dilakukan kokristalisasi glimepirid (GMP) dengan asam oksalat (AO) menggunakan metode penggilingan dan pelarutan (menggunakan pelarut aseton). Diagram fase sistem biner GMP-AO digunakan untuk identifikasi awal pembentukan interaksi antar kedua komponen serta ditegaskan kembali dengan analisis mikroskopik menggunakan alat pemanas (hot stage) yang dihubungkan dengan mikroskop polarisasi. Padatan hasil kokristalisasi dikarakterisasi dengan metode analisis termal (Differential Scanning Calorymetry), difraktometri sinar-X serbuk (Powder X-Ray Diffraction), spektrofotometri inframerah (Fourier Transform-Infra Red) dan mikroskopi (Scanning Electron Microscope). Hasil identifikasi dan karakterisasi menunjukkan interaksi eutektik antara kedua fase kristalin GMP-AO dalam keadaan padat pada perbandingan molar 3:7, dengan titik eutektik pada temperatur 128,7°C. Selanjutnya, uji kelarutan dan laju disolusinya menggunakan media dapar fosfat pH 7,4. Kelarutan dan laju disolusi GMP hasil kokristalisasi meningkat dibandingkan dengan campuran fisika dan senyawa tunggalnya.Kata kunci : glimepirid, kokristalisasi, eutektik, kelarutan dan laju disolusi.


2021 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 27-32
Author(s):  
Ida Nur Apriani Apriani ◽  
Jarnuzi Gunlazuardi

Telah dilakukan sintesis fotokatalis N/TiO2 bermofologi nanotube dengan metode anodisasi  menggunakan ammonium nitrat (NH4NO3) sebagai sumber dopan pada berbagai variasi konsentrasi (0,5M , 1M, 2M), dilanjutkan dengan kalisinasi pada suhu 4500C selama 2 jam untuk mendapatkan fasa kristal anatase. Karakterisasi dilakukan menggunakan Scanning Electron Miscroscopy (SEM), Fourier Transform Infra Red (FT-IR), X-ray Diffraction (XRD), dan DRS (Diffused Reflectant Spectrometry) UV-Vis. Pengujian Linear Sweep Voltametri dan Multi Pulse Anperiometri pada fotokatalis­ N/TiO2 telah berhasil diterapkan untuk degradasi senyawa Rhodamin B menggunakan sinar UV maupun sinar tampak. Aplikasi dari uji fotoelektrokatalisis menggunakan sinar tampak untuk N/TiO2-NT memberikan hasil eliminasi sebesar 47,86%, sedangkan bila menggunakan TiO2 nanotube tanpa dopan eleminasi hanya sebesar 25,49%. Hal ini menunjukkan bahwa proses doping yang dilakukan telah berhasil menyisipkan nitrogen kedalam matrik TiO2 nanotube dan memperbaiki kinerja fotokatalisis nya di daerah sinar tampak.


2011 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 32-36
Author(s):  
Alfi Nurlaela ◽  
Sriatun Sriatun ◽  
Pardoyo Pardoyo

Zeolit alam mempunyai ukuran pori yang beragam antara 3 Å hingga 8 Å, sehingga tidak efektif untuk mengadsorpsi senyawa yang berukuran besar. Zeolit sintetik (zeolit Y) dikembangkan untuk mengatasi kelemahan dari zeolit alam. Zeolit Y dapat disintesis dengan Tetraethyl orthosilicate (TEOS) sebagai sumber silika dan surfaktan sebagai pencetak pori. Surfaktan dapat mengarahkan struktur zeolit menjadi pori yang lebih besar. Penelitian ini bertujuan memperoleh zeolit Y sintetik dan mengkaji pengaruh surfaktan Cetyltrimethylammonium Bromide (CTAB) dan Trimethylammonium Chloride (TMACl) terhadap kristanilitas dan ukuran pori zeolit Y. Sintesis zeolit Y dilakukan dengan mencampurkan natrium aluminat, surfaktan dan TEOS. Perbandingan mol natrium aluminat:TEOS adalah 1:1 sedangkan konsentrasi surfaktan 1 M. Struktur dan kristalinitas zeolit Y dianalisis menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra Red) dan XRD (X-Ray Diffraction). Sedangkan morfologi pori zeolit Y dianalisis menggunakan adsorpsi gas N2 dengan persamaan BET. Hasil karakterisasi XRD dan FTIR menunjukkan sampel MC (tanpa penambahan surfaktan) merupakan zeolit Y, sedangkan sampel MA (penambahan surfaktan CTAB) dan MB (penambahan surfaktan TMACl) merupakan campuran zeolit HS dan NAS. Sampel MC memiliki kristalinitas tertinggi sedangkan sampel MB paling rendah. Radius pori rata-rata sampel MA, MB dan MC berturut-turut adalah 13,770 Å; 14,029 Å dan 12,962 Å. Sehingga disimpulkan bawah penambahan surfaktan tidak berpengaruh signifikan terhadap ukuran pori.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 84
Author(s):  
Ganjar Fadillah ◽  
Elsa Ninda Karlinda Putri ◽  
Syahna Febrianastutib

Butil hidroksi anisol (BHA) merupakan senyawa aditif yang banyak ditemukan dalam sediaan bahan pangan dan memberikan efek karsinogenik pada jumlah yang besar. Mengingat pentingnya analisis senyawa tersebut dan regulasi yang cukup ketat maka pada penelitian ini telah dikembangkan metode analisis berbasis elektrometri yaitu modifikasi elektroda pasta karbon (EPK) dengan grafena oksida (GO) untuk meningkatkan sensitivitas pengukuran. GO dipreparasi menggunakan metode Hammer yang dimodifikasi dan dikarakterisasi menggunakan x-ray diffraction (XRD) dan fourier transform infra red (FTIR). Hasil pengukuran analit menggunakan differential pulse voltammetry (DPV) menunjukan bahwa adanya modifikasi tersebut dapat meningkatkan respon arus pengukuran yang dihasilkan dari 11,70 μA menjadi 31,21 μA dalam larutan BHA 0,5 mM dengan elektrolit pendukung PBS 0,1 M pH 7. Hasil uji hipotesis  menunjukkan bahwa adanya nilai beda yang signifikan antara EPK/GO dengan EPK tanpa modifikasi terhadap respon arus pengukuran analit BHA.


Molekul ◽  
2015 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Dina Kartika Maharani ◽  
Rusly Hidayah

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menghasilkan material komposit baru  berbasis bio polimer dan material anorganik non toksik yang dapat diaplikasikan pada berbagai bidang salah satunya pada industri tekstil sebagai agen antibakteri melalui proses pelapisan atau coating pada kain. Komposit kitosan-ZnO/Al2O3 dipreparasi melalui pencampuran larutan kitosan dengan partikel ZnO dan sol Al2O3 (alumina) yang dibuat dengan metode sol-gel. Karakterisasi komposit dilakukan menggunakan metode spektrofotometri FTIR (Fourier Transform Infra Red) dan XRD (X-Ray Diffraction). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposit kitosan-ZnO/Al2O3 yang dihasilkan berupa larutan yang jernih dan transparan sehingga sangat sesuai untuk proses pelapisan tekstil sebagai agen fungsional antibakteri  pada tekstil. Karakterisasi FTIR komposit menunjukkan telah terjadi interaksi antara gugus fungsi pada kitosan dengan ZnO dan Al2O3 pada daerah bilangan gelombang 3500-3400 cm-1, 1600-1500 cm-1 serta 600-450 cm-1. Hal ini menandakan bahwa kitosan telah berinteraksi  dengan partikel ZnO dan alumina. Hasil karakterisasi kristalinitas komposit menggunakan XRD juga menunjukkan adanya pergeseran sudut 2θ pada kitosan di 2θ 10° dan 19° yang mengindikasikan bahwa terjadi interaksi antara kitosan dengan partikel ZnO dan Al2O3.


2016 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Veni Dayu Putri

<p><strong>ABSTRAK</strong></p><p><strong> </strong></p><p>Pembuatan lapisan tipis kalsium fosfat dari kalsium nitrat tetrahidrad (Ca(NO<sub>3</sub>)<sub>2</sub>.4H<sub>2</sub>O) sebagai prekursor kalsium dan asam fosfat (H<sub>3</sub>PO<sub>4</sub>) sebagai <em>prekursor</em> fosfat dengan variasi perbandingan mol Ca/P 1.50 , 1.60 , 1.67 , 1.70 dan 1.80 melalui metode sol-gel telah dilakukan. Sol yang didapat dibakar pada suhu 1000<sup>o</sup>C sehingga terbentuk powder kalsium fosfat berwarna putih. Powder yang didapat dianalisis menggunakan Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FTIR), X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscopy (SEM). Analisis FTIR menunjukkan adanya serapan gugus PO<sub>4</sub><sup>3-</sup>, O-H, H<sub>2</sub>O, CO<sub>2</sub>, dan P<sub>2</sub>O<sub>7</sub><sup>4-</sup>. Difraksi sinar-X dari powder yang terbentuk memberikan puncak pada sudut 2θ yang berbeda yaitu <em>Calsium Pyrophospate</em> (Ca<sub>2</sub>P<sub>2</sub>O<sub>7</sub>) dan <em>Hydroxyapatite</em> HAP (Ca<sub>10</sub>(PO<sub>4</sub>)<sub>6</sub>(OH)<sub>2 </sub>pada perbandingan molar Ca/P 1.80 . Analisis SEM menghasilkan <em>Hydroxyapatite </em>dan <em>Calsium Pyrophospate </em>dengan distribusi partikel yang tidak merata dan berbentuk <em>spheric</em>. Proses pelapisan dilakukan pada plat kaca yaitu pada perbandingan mol Ca/P 1.80 menggunakan metode dip-coating dan kemudian dipanaskan pada suhu 400<sup>o</sup>C. Hasil analisa XRD pada lapisan kalsium fosfat memperlihatkan bahwa senyawa yang terbentuk berbentuk amorf. Sedangkan analisis menggunakan SEM memperlihatkan bahwa lapisan tipis kalsium fosfat memiliki morfologi permukaan yang halus, rapat, homogen dan berbentuk <em>speric</em>.</p><p> </p><p>         <strong><em>Kata kunci</em></strong> : kalsium fosfat, <em>hydroxyapatite</em>, <em>dip-coating</em>, metode sol-gel</p><p> </p><p><strong>ABSTRACT</strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p><em>Preparation a thin layer of calcium phosphate using tetrahidrad calcium nitrate (Ca(NO<sub>3</sub>)<sub>2</sub>.4H<sub>2</sub>O) as a precursor of calcium and phosphoric acid (H<sub>3</sub>PO<sub>4</sub>) as a precursor of phosphate with a variation of the mole ratio Ca/P 1.50; 1.60, 1.67, 1.70 and 1.80 through the sol-gel method have been done. Sol obtained burned at a temperature of 1000<sup>o</sup>C to form white powder of calcium phosphate. Powder obtained were analyzed using Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FTIR), X-Ray Diffraction (XRD) and Scanning Electron Microscopy (SEM). FTIR analysis showed absorption PO<sub>4</sub><sup>3-</sup> group,  O-H, H<sub>2</sub>O, CO<sub>2</sub>, and P<sub>2</sub>O<sub>7</sub><sup>4-</sup>. X-ray diffraction from powder formed providing a peak at an angle 2θ different namely Calcium Pyrophospate (Ca<sub>2</sub>P<sub>2</sub>O<sub>7</sub>) and Hydroxyapatite HAP (Ca<sub>10</sub>(PO<sub>4</sub>)<sub>6</sub>(OH)<sub>2</sub>) at a molar ratio of Ca/P 1.80. Analysis of SEM produces Hydroxyapatite and Calcium Pyrophospate with particle distribution is uneven and shaped spheric. The coating process performed on glass plates with mole ratio of Ca/P 1.80 using a dip-coating and then heated at a temperature of 400<sup>o</sup>C. XRD analysis on a layer of calcium phosphate showed that the compound formed shaped amorphous. While using SEM analysis showed the morphology of thin layer of calcium phosphate are smooth, dense, homogeneous and shaped speric.</em></p><p><em> </em></p><p><em>         <strong>Keywords :</strong> calcium phosphate, hydroxyapatite, dip-coating, sol-gel method</em></p>


2016 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 63-67
Author(s):  
Slamet Karim ◽  
Pardoyo Pardoyo ◽  
Agus Subagio

Energi celah pita yang lebar dari semikonduktor TiO2 yang setara dengan cahaya ultraviolet (l<380 nm) membatasi aplikasi fotokatalitik hanya terbatas pada daerah ultraviolet dan tidak pada daerah cahaya tampak (l = 400 nm–700 nm). Pada penelitian ini dilakukan sintesis TiO2 teremban nitrogen yang dipreparasi melalui metode sol-gel. Prekursor TiCl4 digunakan sebagai sumber titanium dioksida dan CO(NH2)2 sebagai sumber nitrogen dan divariasi pada jumlah konsentrasi N dengan variasi 20 g, 30 g, 40 g dan 50 g. Refluks dilakukan pada suhu 100oC selama 7 jam dilanjutkan dengan pengeringan selama 3 jam pada suhu 100oC, dan kalsinasi pada suhu 500oC selama 7 jam . Karakterisasi N-doped TiO2 dilakukan menggunakan X-ray Diffraction (XRD), Fourier Transform–Infra Red spectroscopy (FTIR), dan UV- Visible diffuse reflectance spectra (UV-Vis DRS). Berdasarkan data XRD diketahui bahwa kristal N- doped TiO2 berstruktur anatase dengan indeks Miller 101. Spektra FTIR menunjukkan pergeseran serapan vibrasi O-Ti-O pada bilangan gelombang 400-1050 cm-1, diperkirakan sebagai akibat terbentuknya ikatan N-Ti-O. Spektrum DRS-UV–tampak menunjukkan penurunan energi celah pita dari TiO2 yakni 3,2 eV. Dapat disimpulkan bahwa penambahan konsentrasi nitrogen mengakibatkan penurunan energi celah pita, pada variasi 20g sebesar 3,12 eV, 30 g sebesar 3,09 eV, 40 g sebesar 3,082 eV, dan 50 g sebesar 3,08 eV.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document