Absolute Fracture-Risk Prediction by a Combination of Calcaneal Quantitative Ultrasound and Bone Mineral Density

2011 ◽  
Vol 90 (2) ◽  
pp. 128-136 ◽  
Author(s):  
Mei Y. Chan ◽  
Nguyen D. Nguyen ◽  
Jacqueline R. Center ◽  
John A. Eisman ◽  
Tuan V. Nguyen
2015 ◽  
Vol 137 (11) ◽  
Author(s):  
Hugo Giambini ◽  
Dan Dragomir-Daescu ◽  
Paul M. Huddleston ◽  
Jon J. Camp ◽  
Kai-Nan An ◽  
...  

Osteoporosis is characterized by bony material loss and decreased bone strength leading to a significant increase in fracture risk. Patient-specific quantitative computed tomography (QCT) finite element (FE) models may be used to predict fracture under physiological loading. Material properties for the FE models used to predict fracture are obtained by converting grayscale values from the CT into volumetric bone mineral density (vBMD) using calibration phantoms. If there are any variations arising from the CT acquisition protocol, vBMD estimation and material property assignment could be affected, thus, affecting fracture risk prediction. We hypothesized that material property assignments may be dependent on scanning and postprocessing settings including voltage, current, and reconstruction kernel, thus potentially having an effect in fracture risk prediction. A rabbit femur and a standard calibration phantom were imaged by QCT using different protocols. Cortical and cancellous regions were segmented, their average Hounsfield unit (HU) values obtained and converted to vBMD. Estimated vBMD for the cortical and cancellous regions were affected by voltage and kernel but not by current. Our study demonstrated that there exists a significant variation in the estimated vBMD values obtained with different scanning acquisitions. In addition, the large noise differences observed utilizing different scanning parameters could have an important negative effect on small subregions containing fewer voxels.


2014 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 7-15 ◽  
Author(s):  
Teresa Friis-Holmberg ◽  
Katrine Hass Rubin ◽  
Kim Brixen ◽  
Janne Schurmann Tolstrup ◽  
Mickael Bech

2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 70-76
Author(s):  
Stella Verinda ◽  
Elly Herwana

LATAR BELAKANGOsteoporosis merupakan kondisi patologis tulang dengan karakteristik bone mineral density (BMD) yang rendah disertai perubahan mikro-arsitektur jaringan tulang, sehingga meningkatkan risiko fraktur. Faktor risiko osteoporosis yaitu perempuan pascamenopause, genetik, indeks massa tubuh, aktivitas fisik, asupan gizi dan mineral, merokok, serta asupan alkohol, dan kafein. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek kafein dari kopi dan teh terhadap kepadatan tulang pada perempuan pascamenoapuse. METODEPenelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional. Subjek penelitian adalah perempuan pascamenopause yang berusia >40 tahun berjumlah 92 orang. Asupan kafein dinilai dari total asupan yang berasal dari kopi dan teh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Perhitungan asupan total kafein diperhitungkan dengan penyetaraan asupan kopi dan teh per minggu. Kepadatan tulang dinilai menggunakan alat calcaneal quantitative ultrasound untuk menetukan nilai-T sebagai parameter osteoporosis. Subjek dikelompokkan sebagai kepadatan tulang normal (nilai-T≥-1), osteopenia (nilai-T antara -1 sampai -2.5) dan osteoporosis (nilai-T<-2.5) Analisis statistik dilakukan untuk menilai hubungan kedua variabel dilakukan dengan uji Chi-square. HASILRerata (simpang baku) usia subjek adalah 57.84 ± 7.57. Sebanyak 26 (28.3%) subjek dengan kategori osteoporosis, 50 (54.3%) osteopenia, dan 16 (17.4%) normal. Asupan kafein didapatkan 69 subjek (75%) dengan kategori rendah dan 23 (25%) tinggi. Hasil analisis didapatkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan kafein dan kepadatan tulang (p=0.419; p>0.05). KESIMPULANTidak terdapat hubungan antara asupan kafein dari kopi dan teh dengan kepadatan tulang pada perempuan pascamenopause.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document