There's new hope for women with postpartum blues

1997 ◽  
Author(s):  
Tori DeAngelis
Keyword(s):  
Author(s):  
Adriani

Abstrak Perubahan peran seorang wanita menjadi seorang ibu tidaklah selalu berupa hal yang menyenangkan saja bagi pasangan suami istri, kadang kala terjadi terjadi konflik baik didalam diri wanita tersebut maupun konflik dengan suami. Jika perhatian terhadap keadaan psikologis ibu post partum kurang maka dapat menyebabkan ibu akan cenderung untuk mencoba mengatasi permasalahannya atau ketidaknyamanannya tersebut sendiri, keadaan ini jika dibiarkan saja dapat menyebabkan ibu post partum mengalami postpartum blues. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 50-70% ibu pasca melahirkan mengalami postpartum blues pada hari 4-10. Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 160 orang. Data diambil menggunakan kuesioner yang ditampilkan dalam analisa univariat dan bivariat menggunakan sistem komputerisasi SPSS. Hasil penelitian yaitu ada hubungan antara pendidikan ibu (p 0,013), pekerjaan ibu (p 0,013), dukungan suami (p 0,021), pendapatan keluarga dengan kejadian post partum blues (p 0,000) dan tidak ada hubungan antara paritas ibu (p 0,199), umur ibu (p 0,391), dan riwayat PMS (p 0,087) dengan kejadian post partum blues. Diharapkan bagi peneliti untuk dapat melanjutkan penelitian dengan variabel yang lebih bergam dan diharapkan bagi para tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam pemberian dukungan pada ibu masa post partum, sehingga mengurangi resiko ibu mengalami postpartum blues. Kata kunci : Postpartum blues, pendidikan, pekerjaan, dukungan suami, riwayat PMS


2014 ◽  
Vol 3 (6) ◽  
Author(s):  
Desi Ari Madiyanti

Status sosial ekonomi adalah salah satu variabel yang mempunyai pengaruh terhadap kejadian postpartum blues karena status sosial ekonomi tidak hanya pada penghasilan tetapi pada pendidikan, pekerjaan dan gaya hidup seseorang (WHO, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Patel (2002) dalam WHO (2008) menyatakan bahwa pengangguran dan sosial ekonomi yang rendah secara signifikan terkait dengan depresi postpartum. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan status ekonomi dengan kejadian post partum blues. Desain penelitian ini menggunakan desain kuatitatif dengan pendekatan crosssetional Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas sebanyak 70 orang. Alat ukur menggunakan kuesioner wawancara. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan status ekonomi dengan kejadian post partum blues (ρ=0.012). Secara statistik diperoleh nilai OR= 4,76 yang berarti bahwa responden yang penghasilannya kurang baik mempunyai risiko 4.76 kali untuk terjadinya Post Partum blues dibandingkan pada responden yang Status Ekonomi Keluarganya baik (>Rp.1.165.000,-/ bulan).


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 61-70
Author(s):  
Agnes Mahayanti ◽  
Intansari Nurjannah ◽  
Widyawati

Background: The postpartum period was a physical and psychological adaptation process. Psychological disturbances could present in form of postpartum blues, postpartum depression, and postpartum psychosis. Objective: The objective of this research was to determine the incidence of postpartum depression, identify predictors of postpartum depression and identify the dominant predictors of postpartum depression. Methods: this research used a cross sectional design. Sample were pregnant women which were chosen by random sampling technique. Data was collected with questionnaire to measure the predictors of postpartum depression was carried out with the Revision Postpartum Depression Predictors Inventory (PDPI) questionnaire and to measure depression scores used with the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Data analysis was done by univariate and bivariate analysis with with chi-square statistical tests and multivariate with logistic regression tests. Results: The results showed that the significant predictors were economic status, self-esteem, marital satisfaction, postpartum blues, and prenatal depression. The dominant predictor factor is satisfaction in marriage with a t value of 2.778 times. Conclusion: The results of the study show that marital satisfaction is a dominant predictor of postpartum depression, indicating that marital satisfaction or relationship quality is one of the important support systems because of the need for partner involvement in care actions during the pregnancy period until with the puerperium as efforts to prevent postpartum depression.     Keywords: postpartum depression, postpartum period, postpartum bues


2015 ◽  
Vol 20 (5) ◽  
pp. 570 ◽  
Author(s):  
Marzieh Akbarzadeh ◽  
Tahereh mokhtaryan ◽  
Sedigheh Amooee ◽  
Zeinab Moshfeghy ◽  
Najaf Zare

2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 116-123
Author(s):  
Sri Yunita Suraida Salat ◽  
Arisda Candra Satriaawati ◽  
Dian Permatasari

Memiliki seorang bayi merupakan momen yang selalu dinanti dan diharapkan oleh setiap pasangan yang sudah menikah. Namun adakalanya momen kebahagiaan ini justru berubah menjadi kondisi stress tersendiri bagi ibu, yang dikenal dengan postpartum blues atau baby blues syndrome. Tujuan penelitian ini untuk mengatahui apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian postpartum blues di Desa Marengan Laok kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Penelitian ini merupakan jenis survey analitik  dengan desain cross sectional. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah responden sebanyak 13 ibu postpartum. Analisa data yang digunakan adalah uji statistik  sperman rank dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 77% ibu postpartum mengalami postpartum blues, dan 38% diantaranya mengalami postpartum blues ringan. Dari 13 Ibu postpartum hampir separuhnya yaitu 46% mendapatkan dukungan keluarga yang kurang. Hasil analisis data dengan uji spearman rank menunjukkan ? value= 0,000 yang bermakna bahwa ada hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kejaidan Postpartum blues di Desa Marengan Laok Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Correlation coefficient menunjukkan angka -0,875 yang berarti bahwa hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian postpartum blues adalah sangat kuat. Oleh sebab itu, dibutuhkan adanya dukungan keluarga yang sangat baik untuk ibu postpartum, karena dukungan yang baik dari keluarga akan memberikan kekuatan emosi tersendiri bagi ibu postpartum.


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 123-133
Author(s):  
Kristina Maharani ◽  
Choirul Anwar ◽  
Agus Suwandono

The purpose of this study was to analyze the effectiveness of a combination of herbal steam bath and massage therapy as a way to prevent post partum blues of postpartum mothers. This type of quasi experiment research design with pre-test and post-test control group. The results of the study, herbal steam bath and massage therapy are more effective than conventional puerperal care in the prevention of post partum blues with a p-value <0.05. Conclusion, Herbal steam bath and massage therapy can be used as an alternative therapy in the prevention of post partum blues.   Keywords: Herbal Steam Bath, Massage therapy, Postpartum Blues, Postpartum Blues


2015 ◽  
Vol 25 ◽  
pp. S455
Author(s):  
Y. Dowlati ◽  
Z.V. Segal ◽  
A.V. Ravindran ◽  
M. Steiner ◽  
D.E. Stewart ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document