postpartum blues
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

149
(FIVE YEARS 64)

H-INDEX

14
(FIVE YEARS 1)

2021 ◽  
Vol 9 (G) ◽  
pp. 288-292
Author(s):  
Tinuk Esti Handayani ◽  
Budi Joko Santosa ◽  
Suparji Suparji ◽  
Patrisia Anastasia Setyasih

BACKGROUND: Postpartum blues in mothers fail in adapting to changes in life patterns due to pregnancy and the process of pregnancy, childbirth, and postpartum. Many factors influence the incidence of postpartum blues. AIM: The purpose of this study was to determine the determinants that affect the symptoms of postpartum blues in patients treated at the Madiun City General Hospital. METHODS: A cross-sectional study design, the population is all postpartum mothers at the Madiun City Hospital in March–April 2020, the population is 52 respondents. The sample size is 47 people, sampling using simple random sampling technique. The independent variables were age, type of delivery, parity, education, and family support. The dependent variable is postpartum blues symptoms. The research instrument used a questionnaire and a checklist. Data analysis used Chi-square and Fisher’s exact test with significance level = 0.05. RESULTS: The results showed that age for postpartum blues symptoms had p = 0.006, and the type of delivery had p = 0.032. Meanwhile, data analysis using Chi-square test of childbirth experience (parity) on postpartum blues symptoms showed p = 0.033, education showed p = 0.006, and family support showed p = 0.000. CONCLUSION: The conclusion of the research is the determinants of age at risk, type of delivery, parity, education, and family support which have a significant impact on the occurrence of postpartum blues symptoms. This research recommends the need for early detection efforts and increased counseling for postpartum mothers to prevent postpartum blues symptoms.


2021 ◽  
Vol 5 (4) ◽  
pp. 333
Author(s):  
Alfya Lailatul Istiqomah ◽  
Nurya Viandika ◽  
Shofia Maharani Khoirun Nisa

Background: The puerperium begins when the baby and placenta are born until the uterus returns to its pre-pregnancy state, and generally lasts for 6 weeks. There are several adaptations that must be passed by postpartum  period including physiological, psychological and social. Anxiety is part of the psychological disorders of postpartum mothers, if anxiety is not handled it can cause postpartum blues and its impact causes a decrease in children's cognitive abilities compared to their peers. The purpose of this study was to describe the level of anxiety in post partum mothers at HJ Faridatul Ampera S.Tr. Keb Independece Midwifery Practice Malang Regency. Methods: The method used in this research is descriptive quantitative with a sample of 38 postpartum mothers with purposive sampling method. The instrument used was a questionnaire, with postpartum mother's anxiety variable. Results: All post partum  (100%) experienced anxiety with a mild level of anxiety of 50.00%, experiencing moderate anxiety of 36.84% and experiencing severe anxiety of 13.16%. Conclusion: Post partum maternal anxiety can occur due to various factors, therefore comprehensive support and care are needed in dealing with the post partum mother adaptation period.


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 116-123
Author(s):  
Sri Yunita Suraida Salat ◽  
Arisda Candra Satriaawati ◽  
Dian Permatasari

Memiliki seorang bayi merupakan momen yang selalu dinanti dan diharapkan oleh setiap pasangan yang sudah menikah. Namun adakalanya momen kebahagiaan ini justru berubah menjadi kondisi stress tersendiri bagi ibu, yang dikenal dengan postpartum blues atau baby blues syndrome. Tujuan penelitian ini untuk mengatahui apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian postpartum blues di Desa Marengan Laok kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Penelitian ini merupakan jenis survey analitik  dengan desain cross sectional. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah responden sebanyak 13 ibu postpartum. Analisa data yang digunakan adalah uji statistik  sperman rank dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 77% ibu postpartum mengalami postpartum blues, dan 38% diantaranya mengalami postpartum blues ringan. Dari 13 Ibu postpartum hampir separuhnya yaitu 46% mendapatkan dukungan keluarga yang kurang. Hasil analisis data dengan uji spearman rank menunjukkan ? value= 0,000 yang bermakna bahwa ada hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kejaidan Postpartum blues di Desa Marengan Laok Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Correlation coefficient menunjukkan angka -0,875 yang berarti bahwa hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian postpartum blues adalah sangat kuat. Oleh sebab itu, dibutuhkan adanya dukungan keluarga yang sangat baik untuk ibu postpartum, karena dukungan yang baik dari keluarga akan memberikan kekuatan emosi tersendiri bagi ibu postpartum.


2021 ◽  
Vol 12 ◽  
Author(s):  
Amber N. Edinoff ◽  
Amira S. Odisho ◽  
Kendall Lewis ◽  
Amir Kaskas ◽  
Grace Hunt ◽  
...  

Postpartum depression (PPD) is one of the three major categories on the spectrum of postpartum psychiatric syndromes. Postpartum psychiatric syndromes are classified as either postpartum blues, postpartum depression, or postpartum psychosis. Postpartum depression is important to recognize clinically because of the effect it can have on the mother-child bond. The neurosteroid allopregnanolone, a progesterone derivative, is important for its role in positively modulating GABAA receptors. GABA-mediated signaling has been previously implicated in major depressive disorder. Allopregnanolone-mediated signaling has been identified as an important therapeutic target. Treatment with an allopregnanolone-analog, brexanolone, has been shown to improve depression scores in trials for the treatment of PPD. Brexanolone is a positive allosteric modulator of GABAA and is the first drug approved by the FDA to treat postpartum depression. Brexanolone enhances the inhibitory effects of GABAA, restores dysfunctional GABAA transmembrane channels, and mimics a naturally produced progesterone metabolite that fluctuates during pregnancy and postpartum. One open-label study and two phase two studies have some significant reduction in HAM-D scores after treatment and that the effect was still there 30 days post-treatment. Per the data reported, intravenous infusion of brexanolone could be efficacious and safe for the treatment of women suffering from postpartum depression.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 149
Author(s):  
Greiny Arisani ◽  
Noordiati Noordiati

Masa Nifas rentan terhadap masalah kesehatan mental. Salah satu gangguan kesehatan mental yang terjadi pada masa nifas adalah postpartum blues. Postpartum blues merupakan manifestasi pasikopatologis paling ringan dan paling umum terjadi segera setelah melahirkan pada minggu pertama sampai 10 hari setelah melahirkan puncaknya antara 3 sampai 5 hari postpartum dan menurun pada 10 sampai 12 hari sesudahnya. Postpartum blues berpotensi menjadi prediktor depresi postpartum dan jika kondisi ini berlanjut dapat menyebabkan gangguan mental yang lebih parah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kecemasan, cara persalinan dan onset laktasi dengan kejadian postpartum blues. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional dengan alat pengumpul data berupa kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi square terhadap 122 responden ibu nifas yang mendapatkan perawatan di BLUD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 37,7% responden mengalami postpartum blues dengan skor EPDS≥10.  Terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan (OR=6,28 CI 95% 2,31-16,72; p=0,000), cara persalinan (OR=8,78 CI 95% 3,20-24,09; p=0,000) dan onset laktasi (OR=6,42 CI 95% 2,09-19,74; p=0,001 dengan kejadian postpartum blues. Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan kecemasan, cara persalinan dan onset laktasi dengan postpartum Blues di BLUD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya


Author(s):  
Brigita Renata ◽  
Dharmady Agus

Objective: To determine the association of husband support and postpartum blues in postpartum women. Methods: This was a cross-sectional study. Respondents are collected from postnatal women at the Pontianak St. Antonius Hospital, with random sampling. Retrieval of data use a research questionnaire. Data were analysed univariately and bivariate using the Chi-Square test method. Result: Of the 96 respondents, 5.2% were <20 years old, 49% were in the 20-30 years age group, and 45.8% were> 30 years old . For parity data, 38.5% were primiparous women and 61.5% were multiparous women. As for employment status, 68.8% are in the unemployed group, and 31.2% are in the working group. 47.9% of respondents received inadequate husband support, and 52.1% respondents received adequate husband support. While 44.8% of respondents experienced postpartum blues, 55.2% did not. The results of the bivariate analysis showed a significant relationship between husband support and postpartum blues  with p=0.042 and OR=2.331. Conclusion: We found a significant relationship between husband support and postpartum blues disorder. Keyword: family, husband support, postpartum blues.   Abstrak Tujuan : Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan gangguan postpartum blues pada perempuan pascamelahirkan. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan studi potong lintang, yang dilakukan di Rumah Sakit Santo Antonius Pontianak pada perempuan pascamelahirkan dengan metode pengambilan sampel acak sederhana. Dukungan suami diukur dengan menggunakan kuesioner Dukungan Suami dan PPB diukur dengan menggunakan kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Data dianalisis dengan menggunakan uji kai kuadrat. Hasil: Dari 96 responden, sebanyak 5,2 % berada pada usia <20 tahun, 49% berada pada kelompok usia 20-30 tahun, dan 45.8% berada pada usia >30 tahun. Untuk data paritas, 38,5% adalah perempuan primipara dan 61,5% adalah perempuan multipara. Sementara untuk status pekerjaan, 68.8% adalah kelompok tidak bekerja dan 31,2% adalah kelompok bekerja. Responden yang mendapat tingkat dukungan suami yang kurang ada sebanyak 47,9% dan dukungan suami yang baik ada 52.1%. Responden yang mengalami PPB ada sebanyak 44,8% dan yang tidak mengalami PPB ada sebanyak 55,2%. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami PPB dengan nilai p=0,042 dan OR sebesar 2,331. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dan PPB. Kata kunci: dukungan suami, gangguan postpartum blues, keluarga.


Author(s):  
Puspita Palupi

Melahirkan umumnya merupakan suatu peristiwa yang menyenangkan, di sisi lain kehadiran anggota baru dalam kehidupan perempuan tidak selamanya merupakan kebahagiaan  tersendiri, perempuan  yang mengalami kehamilan dan melahirkan memerlukan penyesuaian. Gangguan emosional dapat dialami oleh perempuan pasca persalinan seperti postpartum blues, depresi postpartum maupun psikosis postpartum. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman depresi postpartum pada ibu primipara. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif melalui wawancara mendalam. Partisipan sejumlah enam orang meliputi ibu primipara baik yang melahirkan secara spontan maupun dengan tindakan yang diperoleh melalui purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan yang akan dianalisis dengan metode Collaizi. Hasil penelitian didapatkan empat tema yaitu: (1) Makna melahirkan bagi ibu primipara; (2) Perubahan psikologis postpartum ibu primipara; (3) Hambatan dalam perawatan anak pada ibu primipara; (4) Kesiapan menjadi ibu pada primipara. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran pada petugas kesehatan khususnya perawat maternitas bahwa pentingnya memahami masalah gangguan adaptasi postpartum khususnya depresi postpartum pada ibu primipara.Kata kunci: depresi postpartum, ibu primipara, periode postpartum


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 83-96
Author(s):  
Nurul Hikmah ◽  
Anggit Kartikasari ◽  
Russiska Russiska ◽  
Noviyani Noviyani

Postpartum blues merupakan suatu gangguan psikologi sementara yang ditandai dengan memuncaknya emosi yang terjadi pada minggu pertama setelah melahirkan, dimana suasana hati yang paling utama adalah kebahagiaan namun emosi ibu menjadi labil. Tingkat pendidikan, jenis persalinan serta dukungan suami merupakan faktor yang mempengaruhi postpartum blues. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan postpartum blues pada ibu nifas di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kadugede. Jenis penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Teknik sampel menggunakan total sampling berjumlah 42 ibu nifas. Instrument berupa kuesioner. Analisis data univariat dan bivariate dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis univariat sebagian besar ibu nifas di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kadugede berpendidikan tingkat menengah 54,8%, jenis persalinan spontan 81%, mendapat dukungan suami 52,4%. Hasil analisis bivariate didapatkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan postpartum blues nilai ρ=0,034, tidak ada hubungan antara jenis persalinan dengan postpartum blues nilai ρ=0,060, ada hubungan antara dukungan suami dengan postpartum blues nilai ρ=0,002. Ibu nifas di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kadugede diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya dukungan suami dalam memenuhi kebutuhan psikologis ibu untuk mencegah terjadinya postpartum blues.


2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 330-339
Author(s):  
Dainty Maternity ◽  
Rilyani Rilyani ◽  
Maissy Hardianti

Introduction: According to the World Health Organization (WHO, 2017), in terms of gender, the female group recorded the highest incidence of mood disorders which was 5.1%; compared to males 3.6% (WHO, 2017). in terms of age, the incidence of mood disorders is high in the environment of late adulthood between 55 years to 74 years (7.5% women: 5.5% men) (WHO, 2017). Mental mood disorders occur in Southeast Asian countries 27% compared to other overseas like Africa (9%), Eastern Mediterranean (16%), Europe (12%), America (15%), and the West Pacific (21%) (WHO, 2017)Objective: To find out the benefits of applying supportive therapy in postpartum with the occurrence of baby blues in Banjar Negoro Village, Kec. Wonosobo Kab. Lampung Province Tanggamus in 2019.Method: This type of research is quantitative. The research design of the Quasi-Experimental method is one group pretest-posttest one group pretest-posttest approach. The population and sample were 20 people. Data analysis uses univariate and bivariate using t-tests.Results: Postpartum blues in postpartum mothers before the application of supportive therapy in postpartum mothers obtained an average EPDS score of 25.47 with the lowest EPD score of 18 and the highest EPD value of 30, and after the application of supportive therapy in postpartum mothers obtained an average EPDS score of 14.29 with the lowest EPD score of 9, and the highest EPD score of 20, with a mean difference test of 12.100. The results of statistical tests using dependent tests obtained p-values of 0,000 (α <0.05).Conclusion: This means that there is an influence of the application of supportive therapy to the incidence of postpartum blues in the village of Banjar Negoro Kec. Wonosobo Tanggamus Lampung Province in 2019. The results of this study can be used as an alternative treatment for clinics or places of care if you find patients with postpartum blues can use effective supportive therapy given to reduce the anxiety suffered.Keywords: Supportive Therapy, Post Partum, Genesis Baby Blues Pendahuluan: Menurut World Health Organization (WHO, 2017)[U2] , dari segi gender golongan wanita mencatatkan kadar kejadian gangguan mental kemurungan paling tinggi yaitu 5.1%; berbanding lelaki 3.6% (WHO, 2017).  dilihat segi umur, kejadian gangguan mental kemurungan adalah tinggi dalam lingkungan umur dewasa akhir di antara 55 tahun hingga 74 tahun (7.5 % wanita : 5.5% lelaki) (WHO, 2017). Kejadian gangguan mental kemurungan terjadi di negara Asia Tenggara 27% berbanding lain-lain rantau seperti Afrika (9%), Timur Mediterranean (16%), Eropa (12%), Amerika (15%) dan Barat Pasifik (21%) (WHO, 2017)[U3] . Tujuan: Diketahui manfaat penerapan terapi suportif pada post partum dengan kejadian baby blues di Desa Banjar Negoro Kec. Wonosobo Kab. Tanggamus Provinsi Lampung Tahun 2019.Metode: Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif. Desain penelitian metode Quasi Eksperimental pendekatan one group pretes-postes one group pretes-postes. Populasi dan sampel sebanyak 20 orang. Analisa data mengguanakan univariat dan bivariate dengan t-tes.Hasil : Post partum blues pada ibu post partum sebelum penerapan terapi suportif pada ibu post partum didapat nilai rata-rata skor EPDS sebesar 25,47 dengan skor nilai EPD terendah 18  dan nilai nilai EPD tertinggi 30, dan sesudah penerapan terapi suportif pada ibu post partum didapat nilai rata-rata skor EPDS sebesar 14,29 dengan skor nilai EPD terendah 9, dan skor nilai EPD tertinggi 20, dengan nilai uji beda mean 12,100. Hasil uji statistik menggunakan tes-dependen didapat nilai p-value 0.000 (α<0.05).Kesimpulan : Artinya terdapat pengaruh penerapan terapi suportif  terhadap kejadian post partum blues di Desa Banjar Negoro Kec. Wonosobo Tanggamus Provinsi Lampung Tahun 2019. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan bagi klinik atau tempat perawatan, jika menemukan pasien dengan post partum blues dapat menggunakan terapi suportif yang efektif diberikan untuk mengurangi cemas yang diderita.


Author(s):  
Brain Gantoro ◽  
Haivan Kusuma Aji

Background : The causes of the postpartum blues include predisposing factors which include hormonal factors, physical fatigue, age, parity, pregnancy status, education level and marital status, enabling factors which include socio-economic as well as driving factors which include social support (Mansur in Hasanah, 2014). This study aims to determine the relationship between husband's support and the incidence of postpartum blues. Method : This study used an analytical survey research method with a cross sectional approach. The population in this study were all postpartum mothers who gave birth at the Tanjung Balai Health Center, totaling 113 people. Samples were taken using purposive sampling technique. Data analysis using computer aids through the SPSS program. Result : The results of the chi square statistical test showed that the p value = 0.01, which means that the p value is less than 0.05 (0.01 <0.05). Congclusions : The conclusion is that Ho is rejected and Ha is accepted, this shows that there is a relationship between husband's support for the incidence of postpartum blues.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document