scholarly journals HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN POST PARTUM BLUES

2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 116-123
Author(s):  
Sri Yunita Suraida Salat ◽  
Arisda Candra Satriaawati ◽  
Dian Permatasari

Memiliki seorang bayi merupakan momen yang selalu dinanti dan diharapkan oleh setiap pasangan yang sudah menikah. Namun adakalanya momen kebahagiaan ini justru berubah menjadi kondisi stress tersendiri bagi ibu, yang dikenal dengan postpartum blues atau baby blues syndrome. Tujuan penelitian ini untuk mengatahui apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian postpartum blues di Desa Marengan Laok kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Penelitian ini merupakan jenis survey analitik  dengan desain cross sectional. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah responden sebanyak 13 ibu postpartum. Analisa data yang digunakan adalah uji statistik  sperman rank dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 77% ibu postpartum mengalami postpartum blues, dan 38% diantaranya mengalami postpartum blues ringan. Dari 13 Ibu postpartum hampir separuhnya yaitu 46% mendapatkan dukungan keluarga yang kurang. Hasil analisis data dengan uji spearman rank menunjukkan ? value= 0,000 yang bermakna bahwa ada hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kejaidan Postpartum blues di Desa Marengan Laok Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Correlation coefficient menunjukkan angka -0,875 yang berarti bahwa hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian postpartum blues adalah sangat kuat. Oleh sebab itu, dibutuhkan adanya dukungan keluarga yang sangat baik untuk ibu postpartum, karena dukungan yang baik dari keluarga akan memberikan kekuatan emosi tersendiri bagi ibu postpartum.

2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Ariani Fatmawati ◽  
Aam Aminah ◽  
Nina Gartika

Postpartum blues merupakan gangguan psikologis yang dialami ibu pasca melahirkan. Rumah sakit di Indonesia belum banyak melaporkan tentang kejadiannya. Rendahnya ketertarikan ibu terhadap bayinya merupakan dampak dari postpartum blues. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kejadian postpartum blues dengan motivasi ibu untuk menyusui di RS Al-Islam Bandung. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 122 ibu postpartum hari ke-3 sampai hari ke-14. Instrumen untuk postpartum blues menggunakan Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) dan motivasi menyusui dengan instrumen Breastfeeding motivation instrucsional measurement scale (BMIMS). Data dianalisis dengan korelasi Spearman rank. Hasil penelitian menunjukan bahwa 53,3% dari 122 responden mengalami postpartum blues, dan dari 65 responden yang mengalami postpartum blues 36 orang (55,4%) memiliki motivasi menyusui yang rendah. Hasil uji korelasi menunjukan terdapat hubungan negatif antara kejadian postpartum blues dengan motivasi ibu untuk menyusui, dengan p value 0,02 (r = -0,288). Dengan tingkat kekeliruan 5%. Simpulan dari penelitian ini yaitu semakin tinggi kejadian postpartum blues pada ibu postpartum maka semakin rendah motivasi ibu untuk menyusui. Diharapkan perawat dapat mendeteksi lebih awal kejadian postpartum blues dan dapat memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang gangguan psikologis ibu post partum.


Author(s):  
Adriani

Abstrak Perubahan peran seorang wanita menjadi seorang ibu tidaklah selalu berupa hal yang menyenangkan saja bagi pasangan suami istri, kadang kala terjadi terjadi konflik baik didalam diri wanita tersebut maupun konflik dengan suami. Jika perhatian terhadap keadaan psikologis ibu post partum kurang maka dapat menyebabkan ibu akan cenderung untuk mencoba mengatasi permasalahannya atau ketidaknyamanannya tersebut sendiri, keadaan ini jika dibiarkan saja dapat menyebabkan ibu post partum mengalami postpartum blues. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 50-70% ibu pasca melahirkan mengalami postpartum blues pada hari 4-10. Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 160 orang. Data diambil menggunakan kuesioner yang ditampilkan dalam analisa univariat dan bivariat menggunakan sistem komputerisasi SPSS. Hasil penelitian yaitu ada hubungan antara pendidikan ibu (p 0,013), pekerjaan ibu (p 0,013), dukungan suami (p 0,021), pendapatan keluarga dengan kejadian post partum blues (p 0,000) dan tidak ada hubungan antara paritas ibu (p 0,199), umur ibu (p 0,391), dan riwayat PMS (p 0,087) dengan kejadian post partum blues. Diharapkan bagi peneliti untuk dapat melanjutkan penelitian dengan variabel yang lebih bergam dan diharapkan bagi para tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam pemberian dukungan pada ibu masa post partum, sehingga mengurangi resiko ibu mengalami postpartum blues. Kata kunci : Postpartum blues, pendidikan, pekerjaan, dukungan suami, riwayat PMS


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Idha Suparwati ◽  
Murwati Murwati ◽  
Endang Suwanti

Abstract: The smoothness of Breastfeeding, Post Partum Blues Occurrence. The incompleteness of breast milk (ASI) is one of the problems when the mother begins to breastfeed her baby. If not addressed immediately will result in anxiety and anxiety about the mother's ability to breastfeed. If this condition is left it will continue to be post partum blues and even postpartum depression. The purpose of this study was to determine the relationship between the smoothness of breastfeeding expenditure and postpartum blues incidence in the Trucuk II Klaten district. This research design is analytical descriptive research with cross sectional approach. The sample is normal postpartum day 3-10 at Trucuk II Klaten Health Center in May 2017 as many as 48 people, by purposive sampling. Analysis of univariate and bivariate data with chi square test correlation. Maternal breastfeeding expenditure was 93.8% in the current category. Post partum blues events were 44.2%. Statistic test results obtained p value = 0.001. There is a relationship between the smooth expenditure of breast milk with Postpartum Blues Occurrence in Trucuk II Klaten District Health Center.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 69-75
Author(s):  
Siska Nawang Ayunda Maqfiro ◽  
Irmasanti Fajrin ◽  
Nurkila Suaib

Background: The growth and development of children are two events that are different in nature but are related to one another. It is possible for people in downtown areas to experience easy internet access, so that everything cannot be separated from digital media. Especially during the COVID-19 pandemic like today, where children have to stay at home more, besides that learning is also done from home, so the screen time has increased. The goals of the research is to analyze the relationship between screen time among children with nutritional status and their development.Methods: The research design used cross sectional analysis. The population is all children aged 3-5 years in Kalumpang Village in November 2020 as many as 497 children, the number of samples is 84 children using purposive sampling technique.Results: Based on the spearman-rank statistical test, it is known that p-value = 0.002 (p-value α), which with the correlation coefficient (r) = 0.330 that the relationship between Screen time with nutritional status is in the low category and has a positive relationship direction, namely the higher the screen time, the higher the nutritional status. Meanwhile, based on the spearman-rank statistical test, it is known that p-value = 0.001 (p-value α), with the correlation coefficient (r) = 0.371 that the relationship between Screen time with development is in the low category and has a positive relationship direction, namely the higher the screen time, the development will deviate from age.Conclusion: There is a relationship between screen time and nutritional status and  there is a relationship between screen time and children development. So it is very important to improve parental control behavior towards the use of electronic devices in children aged 3-5 years old.


2018 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 67-72
Author(s):  
Faizah Betty Rahayuningtyas ◽  
Retwin Rahwanti Megasari

The family is the smallest unit in society consisting of father, mother and child. In a family, there are five functions to be performed, such as affective function and coping, socialization function, reproductive function, the function of the economy, and health care function. There are several factors that can affect the function of the family, including employment, education, and economics. An agitated state of the mother and occurs after delivery characterized by feelings of sadness, crying, fear of taking care of the baby is called postpartum blues. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between family function with postpartum blues in the sub-district Puskesmas Tladan Kawedanan Magetan. The study design used is cross sectional analytic study, which means that the data collection is done in the period. The population in this study are pregnant women primigravida birth day forecast in April. These samples included 30 maternal postpartum with simple random sampling technique. The research instrument used to measure the Family APGAR questionnaire family function and EPDS questionnaire to measure postpartum blues. The measurement results were tested using the chi-square and p values obtained 0,024. P value less than 0.05 so it can be concluded that there is a correlation between family function with postpartum blues in the sub-district Puskesmas Tladan Kawedanan Magetan.


2017 ◽  
Vol 53 (1) ◽  
pp. 7
Author(s):  
Soetrisno Soetrisno ◽  
Supriyadi Hari Respati ◽  
Sri Sulistyowati ◽  
Hendro Kurniawan

Delivery, induction, stimulation, cesarean section with the aid of a vacuum extraction, for example, can reduce maternal confidence on the smooth delivery process, as well as improve postpartum stress. These stressors stimulate the HPA axis (hypothalamus-pituitary-adrenal), so that the adrenal cortex produces more cortisol hormone, it can increase postpartum blues. The objective of this study was to analyze the effect of delivery stimulation on protracted labor on cortisol levels and the occurrence of postpartum baby blues. This was an experimental study of non-randomized post-test control group. The subject of the study 30 patients in labor taken consecutive sampling, divided into 2 groups (normal delivery and stimulation) each group consist of 15 patients. In stimulation delivery group, it is examined of cortisol serum levels after five days and then continued for postpartum blues occurrence measurement. Statistical analysis using t-test for differences in levels of cortisol and chi square for analyzing the effect on the occurrence of post-partum blues (a=0.05). Mean  level of cortisol in delivery stimulation group is 40.29 ± 5.58, in normal delivery is 33.59 ± 11.17, with p=0.047, meaning there are significant differences both study groups. Stimulation delivery increases the occurrence of post-partum blues 5.50 times compared to normal delivery (OR=5.50 and p=0.028). Mean cortisol levels on post-partum blues higher at 42.90 ± 6.97 compared to no post-partum blues 30.14 ± 6.66, p=0:00, which means there are significant differences both groups. In conclusion, there was significant relationship between stimulation in protrated labor that increases cortisol serum level and post partum blues incidence.


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 67-75
Author(s):  
Septi Machelia Champaca Nursery ◽  
Lucia Andi Chrismilasari ◽  
Mariani Mariani

Latar Belakang : Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan usaha yang dilakukan untuk menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan. Rumah Sakit harus membangun sistem yang menjamin bahwa pelayanan yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat.  Keamanan Pasien di rumah sakit dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan benar. Kesalahan dalam identifikasi pasien diawal pelayanan akan berdampak pada kesalahan pelayanan pada tahap selanjutnya, salah satunya adalah kesalahan dalam pemberian obat. Pelaksanaan identifikasi pasien dengan benar dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya pengetahuan, sikap dan budaya keselamatan. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi pelaksanaan identifikasi pasien oleh perawat sebelum pemberian obat. Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel 43 orang perawat pelaksana, teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dan cluster sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan 17 item kuesioner pengetahuan, 12 item kuesioner sikap, 39 item kuesioner budaya keselamatan dan lembar observasi 8 item pernyataan, analisis data menggunakan analisa bivariat dengan uji Spearman Rank. Hasil : Hasil analisis bivariat faktor yang mempengaruhi pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat didapatka hasil, Correlation Coefficient (r) dan signifikansi (p)  =  (r) = 0,211 (p) = 0,174 (pengetahuan dan identifikasi pasien), (r) = 0,139 (p) = 0,372 (sikap dan identifikasi pasien), (r) = 0,483 (p) = 0,001 (budaya keselamatan dan identifikasi pasien). Kesimpulan : Faktor budaya keselamatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Tamiang Layang, sedangkan faktor pengetahuan dan sikap tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.  Kata Kunci : Identifikasi pasien, kesalahan pemberian obat, pengetahuan, sikap, budaya keselamatan.


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 122
Author(s):  
Doni Galih Bagaswara ◽  
Ni Komang Ayu Juni Antari ◽  
M. Widnyana ◽  
Ari Wibawa

Durasi kerja dapat mempengaruhi kejadian nyeri leher karena durasi kerja akan mempengaruhi lama pekerja terkena paparan beban pekerjaan baik secara fisik maupun psikis. Durasi kerja yang diperpanjang melebihi kemampuan seseorang cenderung menyebabkan penurunan dari efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang maksimal. Rutinitas dalam bekerja cenderung dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan. Salah satu dampak tersebut adalah munculnya keluhan atau gangguan muskuloskeletal. Gangguan pada sistem muskuloskeletal khususnya pada bagian leher paling banyak diderita oleh para pekerja khususnya sopir. Nyeri leher jika tidak diobati akan menyebabkan timbulnya disabilitas leher. Tujuan Penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh antara durasi kerja terhadap disabilitas leher pada sopir taksi online di Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian analytic dengan metode pendekatan studi cross sectional dengan teknik pengambilan sampel yaitu kuota sampling dengan jumlah sampel 70 orang. Data dikumpulkan dengan melakukan pengukuran disabilitas leher menggunakan kuersioner Neck Disability Index dan wawancara mengenai durasi kerja per hari kepada sopir. Uji hipotesis yang digunakan adalah Spearman Rank untuk mencari pengaruh durasi kerja terhadap disabilitas leher. Pada perhitungan analisis data, diperoleh nilai signifikansi atau nilai p sebesar 0,036, nilai Correlation Coefficient  atau nilai r sebesar 0,252 dan dengan arah hubungan yang positif atau searah. Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik tersebut maka kesimpulannya adalah bahwa terdapat hubungan signifikan dengan korelasi positif dan kuat hubungan yang sangat lemah antara durasi kerja dengan disabilitas leher pada sopir taksi online di Denpasar. Kata kunci : Sopir, Taksi Online, Durasi Kerja, Disabilitas Leher


2017 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 44
Author(s):  
Noor Hidayah ◽  
Junita Era Dwi Rahmawanti ◽  
Noor Azizah

Latar belakang : Postpartum blues suatu sindroma gangguan ringan yang sering pada ibu postpartum  minggu pertama setelah persalinan, seringkali pada hari ketiga atau keempat postpartum dan memuncak antara hari kelima dan hari keempat belas. Faktor yang mempengaruhi terjadinya postpartum blues antara lain support sistem (dukungan keluarga ataupun dukungan suami), riwayat persalinan (pengalaman selama persalinan), keadaan dan kualitas bayi, karakteristik umur, pendidikan dan pekerjaan, harapan tentang persalinan, mitos, kelelahan setelah masa kehamilan dan melahirkan. Penelitian Afiyanti di Grobongan tahun 2007 pada 30 responden tentang dukungan suami dengan kejadian postpartum blues didapatkan hasil yang mengalami stress postpartum rendah sebanyak 16 orang dan yang mengalami postpartum stress tinggi sebanyak 6 orang. Dan penelitian Dewi di Boyolali pada tahun 2008 dengan responden sebanyak 30 orang tentang dukungan sosial dengan kejadian depresi postpartum didapatkan hasil bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diterima ibu maka semakin menurun tingkat Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara support sistem dan pengalaman selama persalinan dengan resiko post partum blues di BPM Yayuk Kalbariyanto di Desa Mlati Lor tahun 2015.Metode : Jenis penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi 30 ibu postpartum di BPM Yayuk Kalbariyanto di Desa Mlati Lor, sampel penelitian sebanyak 30 responden.Uji statistik dengan uji chi Square.Hasil penelitian : Support Sistem (p value 0,028 < 0,05). Pengalaman Seama persalinan (p value 0,266 > 0,05).Kesimpulan : Ada hubungan antara support sistem dan pengalaman selama persalinan dengan resiko post partum blues di BPM Yayuk Kalbariyanto di Desa Mlati Lor tahun 2015.


2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Niken Ayu Merna Eka Sari ◽  
Ni Made Widiawati ◽  
A. A. Ngr. Taruma Wijaya

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpapar pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Tanpa imunisasi anak-anak mudah terserang penyakit, kecacatan dan kematian. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi kepada bayi atau anak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil menggunakan total sampling yang terdiri dari 34 orang ibu dengan anak balita usia 12-23 bulan. Data dukungan keluarga dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dukungan keluarga, data kepatuhan identifikasi dilakukan dengan kuesioner kepatuhan pemberian imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan uji statistik menggunakan spearman rank didapatkan p-value 0,001 dengan correlation coefficient 0,530, artinya terdapat hubungan yang sedang antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan hasil ini diharapkan agar keluarga memberi dukungan kepada ibu dan anak untuk melaksanakan imunisasi sesuai jadwal karena imunisasi sangat penting untuk mencegah terjadinya penyakit serta menurunkan komorbiditas pada anak-anak   Immunization is a way to boost a person's immune actively to an antigen, when exposed again to a similar antigen, no disease occurs. Without immunization the children are susceptible to disease, disability and death. Family support is one of the factors associated with maternal obedience in immunization to infants or children. The purpose of this study was to determine the relationship of family support to maternal obedience in the provision of complete basic immunization. The type of this research was observational analytic with cross sectional approach. Samples were taken using a total sampling consisting of 34 mothers with children aged 12-23 months. Family support data were collected using a family support questionnaire, identification compliance data were performed with a complete basic immunization compliance questionnaire. Based on statistical test using spearman rank got p-value 0,001 with correlation coefficient 0,530, meaning there was relation between family support with maternal obedience in giving complete basic immunization. Based on these results it is expected that families provide support to mothers and children to carry out immunization on schedule because immunization is very important to prevent the occurrence of disease and reduce comorbidity in children


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document