1035325 Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Post Partum Blues dengan Skrining Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)

Author(s):  
Adriani

Abstrak Perubahan peran seorang wanita menjadi seorang ibu tidaklah selalu berupa hal yang menyenangkan saja bagi pasangan suami istri, kadang kala terjadi terjadi konflik baik didalam diri wanita tersebut maupun konflik dengan suami. Jika perhatian terhadap keadaan psikologis ibu post partum kurang maka dapat menyebabkan ibu akan cenderung untuk mencoba mengatasi permasalahannya atau ketidaknyamanannya tersebut sendiri, keadaan ini jika dibiarkan saja dapat menyebabkan ibu post partum mengalami postpartum blues. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 50-70% ibu pasca melahirkan mengalami postpartum blues pada hari 4-10. Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 160 orang. Data diambil menggunakan kuesioner yang ditampilkan dalam analisa univariat dan bivariat menggunakan sistem komputerisasi SPSS. Hasil penelitian yaitu ada hubungan antara pendidikan ibu (p 0,013), pekerjaan ibu (p 0,013), dukungan suami (p 0,021), pendapatan keluarga dengan kejadian post partum blues (p 0,000) dan tidak ada hubungan antara paritas ibu (p 0,199), umur ibu (p 0,391), dan riwayat PMS (p 0,087) dengan kejadian post partum blues. Diharapkan bagi peneliti untuk dapat melanjutkan penelitian dengan variabel yang lebih bergam dan diharapkan bagi para tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam pemberian dukungan pada ibu masa post partum, sehingga mengurangi resiko ibu mengalami postpartum blues. Kata kunci : Postpartum blues, pendidikan, pekerjaan, dukungan suami, riwayat PMS

2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Ariani Fatmawati ◽  
Aam Aminah ◽  
Nina Gartika

Postpartum blues merupakan gangguan psikologis yang dialami ibu pasca melahirkan. Rumah sakit di Indonesia belum banyak melaporkan tentang kejadiannya. Rendahnya ketertarikan ibu terhadap bayinya merupakan dampak dari postpartum blues. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kejadian postpartum blues dengan motivasi ibu untuk menyusui di RS Al-Islam Bandung. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 122 ibu postpartum hari ke-3 sampai hari ke-14. Instrumen untuk postpartum blues menggunakan Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) dan motivasi menyusui dengan instrumen Breastfeeding motivation instrucsional measurement scale (BMIMS). Data dianalisis dengan korelasi Spearman rank. Hasil penelitian menunjukan bahwa 53,3% dari 122 responden mengalami postpartum blues, dan dari 65 responden yang mengalami postpartum blues 36 orang (55,4%) memiliki motivasi menyusui yang rendah. Hasil uji korelasi menunjukan terdapat hubungan negatif antara kejadian postpartum blues dengan motivasi ibu untuk menyusui, dengan p value 0,02 (r = -0,288). Dengan tingkat kekeliruan 5%. Simpulan dari penelitian ini yaitu semakin tinggi kejadian postpartum blues pada ibu postpartum maka semakin rendah motivasi ibu untuk menyusui. Diharapkan perawat dapat mendeteksi lebih awal kejadian postpartum blues dan dapat memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang gangguan psikologis ibu post partum.


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
Author(s):  
Samria Samria

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kejadian post partum blues pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Allu dan ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Pekkabata. Metode penelitian  menggunakan desain penelitian deskriptif komparatif dan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel menggunakan kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang telah baku. Hasil analisa hubungan kedua variabel dengan menggunakan uji statistik chi-square didapat signifikansi dari hubungan kedua variabel tersebut adalah p=0,000 α (0,05). Kata kunci: post partum blues; pedesaan; perkotaan


2020 ◽  
Author(s):  
Maria Carmina Lorenzana Santiago ◽  
Maria Antonia Esteban Habana

Abstract Background Postpartum depression (PPD) occurs in 10-15% of deliveries worldwide. Unfortunately there is a dearth of local studies on its exact prevalence. Method This cross-sectional study aimed to determine the prevalence of and risk factors for PPD among postpartum patients at a tertiary government hospital using the Edinburgh Postnatal Depression Scale-Filipino Translation (EPDS-F), a 10-point questionnaire translated into Filipino and previously validated. Four hundred patients within 8 weeks postpartum were recruited and their EPDS-F scores and sociodemographic, medical and personal history, and delivery and perinatal outcome data were obtained. Results The overall prevalence of PPD was 14.5%, which is within the known worldwide prevalence. Among those that had family incomes below PhP10,000, the proportion that had high EPDS-F scores was 68.8%, while those that had low EPDS-F scores was 48.8% (significant at p=0.001). Among those that finished below tertiary education, the proportion that had high EPDS-F scores was 81%, while those that had low EPDS-F scores was 59.9% (significant at p=0.002). Among those who delivered vaginally, 62.1% had high EPDS-F scores vs 44.2% low EPDS-F (p=0.03). Of those that had epidural anesthesia (106 or 26.5%), 44.8% had high EPDS scores and 26.0% had low EPDS-F scores (p=0.04). Regression analysis showed that having an abdominal delivery is correlated with a lower EPDS-F score by 0.87% by logistic regression and 0.46 % by probit regression. Having a higher educational attainment and monthly income are associated with a lower EPDS-F score by regression analysis. Conclusions The prevalence may be skewed because a tertiary government institution caters to delicate pregnancies and those in low socioeconomic brackets. It may be worthwhile to compare responses from a public versus a private institution, also urban versus rural areas. It would be interesting also to evaluate the mode of delivery variable and how exactly it correlates with the development of postpartum depression.


2021 ◽  
pp. 000486742110256
Author(s):  
Rebecca Blackmore ◽  
Melanie Gibson-Helm ◽  
Glenn Melvin ◽  
Jacqueline A Boyle ◽  
Mina Fazel ◽  
...  

Objective: Identifying women at risk of depression and anxiety during pregnancy provides an opportunity to improve health outcomes for women and their children. One barrier to screening is the availability of validated measures in the woman’s language. Afghanistan is one of the largest source countries for refugees yet there is no validated measure in Dari to screen for symptoms of perinatal depression and anxiety. The aim of this study was to assess the screening properties of a Dari translation of the Edinburgh Postnatal Depression Scale. Methods: This cross-sectional study administered the Edinburgh Postnatal Depression Scale Dari version to 52 Dari-speaking women at a public pregnancy clinic in Melbourne, Australia. A clinical interview using the depressive and anxiety disorders modules from the Structured Clinical Interview for the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.) was also conducted. Interview material was presented to an expert panel to achieve consensus diagnoses. The interview and diagnostic process was undertaken blind to Edinburgh Postnatal Depression Scale screening results. Results: Cronbach’s alpha coefficient for the Edinburgh Postnatal Depression Scale Dari version was good (α = 0.79). Criterion validity was assessed using the receiver operating characteristics curve and generated excellent classification accuracy for depression diagnosis (0.90; 95% confidence interval [0.82, 0.99]) and for anxiety diagnosis (0.94; 95% confidence interval [0.88, 1.00]). For depression, a cut-off score of 9, as recommended for culturally and linguistically diverse groups, demonstrated high sensitivity (1.00; 95% confidence interval [0.79, 1.00]) and specificity (0.88; 95% confidence interval [0.73, 0.97]). For anxiety, a cut-off score of ⩾5 provided the best balance of sensitivity (1.00; 95% confidence interval [0.72, 1.00]) and specificity (0.80; 95% confidence interval [0.65, 0.91]). Conclusion: These results support the use of this Edinburgh Postnatal Depression Scale Dari version to screen for symptoms of depression and anxiety during pregnancy as well as the use of a lowered cut-off score.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 29-36
Author(s):  
RATI PURNAMA SARI ◽  
AZMIZA DENSY ◽  
BUYUNG KERAMAN

Postpartum blues merupakan salah satu masalah yang mugkin muncul setelah masa persalinan. Postpartumblues yang tidak tuntas dapat berlanjut menjadi depresi postpartum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues di Puskesmas Perumnas Kabupaten Rejang Lebong. Jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. sampel dalam penelitian ini sebanyak 43 orang dengan menggunakan alat skrining Edinnburg Postnatal Depression Scale (EPDS). Penelitian dilakukan di Kabupaten Rejang Lebong pada bulan juli 2018. Data diambil dengan instrument test dan lembar observasi. Uji statistik dilakukan dengan Chi Square dan uji satistik Contigency Coefficient. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa hampir sebagian responden tidak mengalami kejadian postpartum blues (normal), Hampir seluruh responden memiliki rentang usia 20-35 tahun, paritas sebagian besar responden adalah primipara, sebagian besar responden memiliki pendidikan Sekolah Dasar (SD sederajat) dan sebagian besar responden tidak mendapatkan dukungan suami dalam perawatan dan pertolongan bayi pasca melahirkan. Ada hubungan antara faktor paritas, dukungan suami, pendidikan dan usia dengan postpartum blues di puskesmas Perumnas Kabupaten Rejang Lebong.


2019 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 91-95
Author(s):  
Intan Kumalasari ◽  
Hendawati Hendawati

Latar Belakang: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko dan angka kejadian postpartum blues di Kota Palembang. Metode: Penelitian ini merupakan survei analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah ibu postpartum yang diambil dari RSI Muhammadiyah, RS Bhayangkara dan RSI St. Khodijah tahun 2017dengan jumlah 90 orang, menggunakan teknik Proporsional cluster random sampling. Analisis statistik menggunakan uji chi square dan regresi binary logistik.. Intrumen penelitian menggunakan instrument baku yaitu instrument EPDS (Edinburg Postnatal Depression Scale) dengan jumlah soal 10 pertanyaan. Hasil : Angka kejadian Postpartum blues sebesar 46,7%. Terdapat hubungan yang signifikan antara paritas (pv=0,0005; OR=15,117), dukungan keluarga (pv=0,009;OR=10,996), perencenaan kehamilan (pv=0,006;OR=9,863), pendidikan (pv=0,023;OR=3,656) dan kelelahan fisik (pv=0,029 ; R=3,341),dengan kejadian Postpartum Blues. Kesimpulan Terjadinya postpartum blues melibatkan faktor-faktor biopsikososial sebelum dan setelah bersalin. Adanya kerentanan biologis, kerentanan psikologis, situasi stresfull, dukungan sosial kurang, dan strategi yang maladaptif, bersama-sama memberi kontribusi bagi berkembangnya postpartum blues. Dibutuhkan dukungan social, emosional, informasi dan bantuan tenaga bagi ibu postpartum dan mengenali penyebab postpartum blues sejak awal.


1993 ◽  
Vol 27 (3) ◽  
pp. 472-476 ◽  
Author(s):  
Philip Boyce ◽  
Joanne Stubbs ◽  
Angela Todd

One hundred and three post-partum women completed the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) and were interviewed using the Diagnostic Interview Schedule. A cut-off score of 12.5 on the Edinburgh Postnatal Depression Scale identified all nine women who reached criteria for major depression. At this threshold the sensitivity (the percentage of true “cases’ identified) of the EPDS was 100%, its specificity (the percentage of true “non-cases’ identified as such) 95.7% and its positive predictive value (the percentage of all those tested as positive who were correctly identified as such) 69.2%. Although this study supported the validity of the EPDS, a replication of this study on a larger sample is suggested.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document