Method verification of chemical oxygen demand (COD) and total suspended solid (TSS) analysis from Mentaya River

2020 ◽  
Author(s):  
Bayu Wiyantoko ◽  
Noor Rahmadani ◽  
Puji Kurniawati ◽  
Tri Esti Purbaningtias
Jurnal Ecolab ◽  
2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 101-109
Author(s):  
Dewi Ratnaningsih ◽  
◽  
Retno Puji Lestari ◽  
Ernawita Nazir

Kualitas air di suatu wilayah yang merupakan salah satu indikator lingkungan dapat dievaluasi menggunakan parameter fisika, kimia, dan biologi. Indeks Kualitas Air Indonesia (IKA-INA) dapat digunakan untuk menilai kondisi kualitas air secara menyeluruh pada lokasi dan waktu tertentu. IKA-INA dihitung dengan menggunakan sepuluh (10) parameter yaitu pH, Total Dissolved Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS), Dissolved Oxygen (DO), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), NO3, NH3, Total Phosphate (TP) dan fecal coliform. IKA-INA tersebut merupakan indeks kualitas air yang dapat memberikan informasi secara sederhana. Dalam pemanfaatannya, tidak semua data parameter dalam IKA-INA tersebut dapat terpenuhi karena adanya data tidak valid atau data yang hilang. Kajian ini bertujuan untuk memberi alternatif rumusan IKA-INA dengan parameter yang tidak lengkap atau jika tidak semua data dalam parameters tersebut tersedia. Metode yang digunakan dalam menyusun rumusan adalah dengan melakukan koreksi faktor bobot parameter IKA-INA terhadap parameter yang hilang dan nilai Q (nilai sub-indeks). Setelah itu dilakukan uji coba pada nilai baku mutu air dalam Peraturan Pemerintah No. 22/2021 Lampiran VI serta pada data kualitas air sungai yang mewakili kualitas baik dan buruk. Hasil uji coba menunjukkan bahwa bobot parameter terkoreksi dapat digunakan untuk penanganan parameter yang hilang dalam penilaian kualitas air dengan metode IKA-INA. Hasil IKA-INA dengan parameter hilang yang menggunakan bobot terkoreksi dan hasil IKA-INA dengan parameter lengkap mayoritas memberikan status IKA yang tidak berbeda, kecuali untuk parameter fecal coli dan parameter yang mempunyai kadar jauh berbeda terhadap kondisi air secara keseluruhan.


2014 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 62 ◽  
Author(s):  
M Wawan Kurniawan ◽  
P Purwanto ◽  
S Sudarno

ABSTRAKIndustri batik menimbulkan dampak air limbah organik dalam jumlah yang besar, warnayang pekat, berbau menyengat dan memiliki suhu, keasaman (pH), Biochemical OxygenDemand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) serta Total Suspended Solid (TSS) yangtinggi. Desa Banaran Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo merupakan sentra industriusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) batik yang potensial dalam mendukungperekonomian lokal namun belum memiliki sistem pengelolaan air limbah. Penelitian inibertujuan untuk menyusun strategi pengelolaan air limbah UMKM Batik di Desa Banarandalam perspektif good governance berdasarkan kajian aspek teknis, aspek ekonomi, aspekmanajemen dan aspek sosial dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness,Opportunity and Threats) dilanjutkan penentuan prioritas strategi dengan metode AHP(Analytical Hierarchy Process). Untuk mengkaji keempat aspek tersebut maka dilakukanobservasi, dokumentasi, pengukuran, uji laboratorium di lokasi penelitian dan wawancaraterhadap stakeholders dalam pengelolaan air limbah UMKM Batik di Desa Banaran yaitupemerintah daerah, UMKM Batik, tokoh masyarakat dan sektor swasta pelaku CorporateSocial Responsibility (CSR) di Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan hasil analisis SWOT danmetode AHP menghasilkan prioritas strategi untuk mewujudkan pengelolaan air limbahUMKM Batik yaitu : (1) Aspek Manajemen : penyusunan kebijakan dan programpengelolaan air limbah UMKM Batik, (2) Aspek Teknis : penentuan lahan untuk InstalasiPengolahan Air Limbah (IPAL) yang representatif, (3) Aspek Ekonomi : swadana UMKMBatik dalam operasional dan perawatan IPAL dan (4) Aspek Sosial : pembinaan tekniskepada UMKM Batik dalam pengelolaan air limbah. Untuk mewujudkan pengelolaan airlimbah UMKM Batik secara optimal dan berkelanjutan diperlukan kerjasama dankemitraan yang baik di antara stakeholders sebagai perwujudan dari paradigma goodgovernance didalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan.Kata kunci : pengelolaan air limbah UMKM batik, good governance, prioritas strategi


REAKTOR ◽  
2014 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 73 ◽  
Author(s):  
Lieke Riadi ◽  
Whenny Ferydhiwati ◽  
Liok Dimas Sanjaya Loeman

Limbah industri tekstil di area pinggir kota Surabaya mempunyai karakteristik perbandingan COD dan BOD = 5.57. Limbah jenis ini sulit untuk dibiodegradasi. Studi ini mempelajari tekonologi elektrokoagulasi untuk mengolah limbah tekstil dengan menurunkan intensitas warna, Total Suspended Solid (TSS) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Percobaan batch pada suhu kamar dilakukan untuk mempelajari pengaruh pH, jarak elektroda terhadap penurunan warna,TSS dan COD dan membandingkan biaya operasinya jika menggunakan pengolahan kimia.Effisiensi penurunan tertinggi untuk warna (91.96%),  TSS (49.17%), dan COD (29.67%) terjadi pada pH awal 4.0 dan jarak elektroda 2 cm dengan  elektroda Al/Al. Waktu optimum penurunan intensitas warna dalah 10 menit. Laju penurunan COD adalah : -dC/dt = 0.0053 C +0.056 , dengan C adalah konsentrasi COD. Jumlah sludge yang dihasilkan daripengolahan elektrokoagulasi  3.4 % lebih kecil dibandingkan menggunakan bahan kimia. Biaya yang digunakan untuk pengolahan dengan elektrokoagulasi 52.35 % lebih murah dibandingkan jika menggunakan koagulasi dengan bahan kimia ( tawas). Kata kunci : elektrokoagulasi, penurunan warna, penurunan TSS, laju degradasi COD, imbah tekstil Abstract Waste water from textile industry which is located in one suburb of Surabaya city as characteristic which the ratio of COD to BOD was 5.57. This type of waste water is difficult to be biodegraded. This study investigated elektrokoagulasi technology to treat textile waste water by removing color, total suspended solid, and Chemical Oxygen Demand. Batch experiment at room temperature was carried out to study the effect of pH, electrode distance for color, TSS and COD removal. This study also tried to compare the operation cost between elektrokoagulasi and chemical processes. The best removal efficiencies by Al electrodes was 91.96 % for color, 49.17 % for TSS and 29.67 % for COD which were under initial pH 4.0 and electrodes distance 2 cm. The optimum operation time for color removal was  found 10 minutes.The COD degradation rate was - dC/dt = 0.0053 C +0.056, with C= COD concentration. Sludge result from elektrokoagulasi was 3.4 % less than that by chemical treatment.The operation cost for elektrokoagulasi is 52.35 % less than that for chemical coagulation. 


2017 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 61-69
Author(s):  
Uswatun Hasanah ◽  
Sugito Sugito

Tingginya kandungan zat organik pada limbah cair industri rumah potong ayam (RPA) menyebabkan limbah cair tersebut tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan akuatik. Peningkatan kebutuhan protein dari sumber konsumsi daging ayam, menyebabkan peningkatan limbah cair industri RPA. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif penyelesaian untuk menurunkan kandungan beban pencemar pada limbah cair industri RPA agar kualitas effluent yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan serta memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini pengolahan limbah cair RPA dilakukan dengan menggunakan sistem biofilter anaerob media bioball, dengan variasi waktu tinggal dan konsentrasi influnt. Sampel  pengukuran konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) influent berturut turut sebesar 734 mg/L, 388 mg/L, dan 248 mg/L. Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) dalam air baku limbah RPA sebesar 88 mg/L, 70 mg/L, dan 54 mg/L. Setelah dilakukan pengolahan mengalami penurunan konsentrasi COD dan TSS terhadap semua variasi konsentrasi. Waktu tinggal yang paling efektif dalam menurunkan kadar COD dan TSS pada limbah cair RPA adalah 7 jam.


2018 ◽  
Author(s):  
Indra Agus Riyanto ◽  
M Widyastuti ◽  
Heru Hendrayana

Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Serayu terletak di Kabupaten Wonosobo JawaTengah dengan luasan 13682.19 ha. Sub DAS Serayu merupakan salah satu Sub DAS yangmemiliki peranan penting terhadap kondisi DAS Serayu, yaitu sebagai daerah imbuhan air.Pada saat ini, di bagian hulu Sub DAS Serayu telah dimanfaatkan secara intensif untukpertanian dan Wisata Kawasan Dieng sehingga memberikan pengaruh terhadap kuantitasdan kualitas air sungai, serta kondisi DAS. Tujuan penelitian ini adalah menganalisisbesarnya debit aliran Sub DAS Serayu, menganalisis kualitas air sungai Sub Das Serayu,dan menganalisis tingkat kekritisan Sub DAS Serayu. Besarnya debit aliran dihitungmenggunakan pendekatan neraca air metode Thornthwaite Mather dan divalidasi denganpengukuran lapangan. Kualitas air diukur langsung di lapangan dan di laboratorium.Pengukuran langsung meliputi suhu, daya hantar listrik (DHL) dan pH; sedangkanpengukuran di laboratorium meliputi Dissolved Oxygen (DO), Biochemical OxygenDemand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), TotalDissolved Solid (TDS), nitrat, fosfat, sulfat, amonia, H2S, Fe, Mn, detergen, coli tinja, danminyak lemak. Kekritisan Sub DAS didekati dengan perbandingan besarnya debit alirandan kebutuhan air dalam Sub DAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa neraca air SubDAS Serayu probabilitas 60 % diperoleh Direct runoff (DRO) sebesar 274.659.736m3/tahun, sedangkan probabilitas 80 % diperoleh DRO sebesar 182.487.225 m3/tahun.Validasi hasil perhitungan debit neraca air diperoleh 15% lebih tinggi dari debitpengukuran. Parameter kualitas air yang melebihi ambang batas baku mutu kelas IImenurut Peraturan Pemerintah 82/2001 adalah coli tinja pada seluruh sampel; dan padabeberapa sampel untuk kadar Fe, detergen, minyak lemak, sulfida dan pospat hal tersebutdisebabkan oleh keterdapatan penggunaan lahan berupa pertanian intesif di wilayah huludiikuti kegiatan wisata, dominasi sawah di bagian tengah Sub DAS, serta dominanpermukiman di hilir Sub DAS. Hasil analisis kekritisan Sub DAS Serayu menunjukkanbahwa kondisi Sub DAS termasuk klasifikasi tidak kritis.


2012 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 62-69
Author(s):  
Galih Widayanti ◽  
Didik Setiyo Widodo ◽  
Abdul Haris

Telah dilakukan elektrodekolorisasi air yang tercemar limbah industri Batik dan Tekstil di daerah Batang dan Pekalongan. Penelitian ini bertujuan untuk mendekolorisasi zat warna dalam air limbah industri batik dan tekstil dengan pendekatan elektrolisis menggunakan elektroda PbO2/Pb dan mengukur parameter pH, COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), TDS (Total Disolved Solid). Penelitian dilakukan melalui elektrolisis 100 mL limbah air sungai Pekalongan dan Batang pada potensial 6,5 volt dan 8,0 volt untuk limbah sebelum di buang ke sungai. Waktu elektrolisis selama 200 menit. Hasil akhir elektrolisis dianalisis dengan Spektrometer UV-Vis dan analisis parameter pH, COD, TDS dan TSS sebelum dan sesudah proses elektrolisis. Hasil yang di dapatkan sebagai berikut: sebelum elektrolisis limbah air sungai di Pekalongan pH 6,90; COD 54,20 mg/L; TSS 20,30 mg/L; TDS 1,893 mg/L. Limbah air sungai di Batang pH 6,71; COD 56,18 mg/L; TSS 25,55 mg/L; TDS 7,393 mg/L. Limbah sebelum di buang ke sungai pH 7,32; COD 678,32 mg/L; TSS 219,15 mg/L; TDS 1,983 mg/L. Sesudah elektrolisis limbah air sungai di Pekalongan pH 6,99; COD 52,10 mg/L; TSS 2,03 mg/L; TDS 1,925 mg/L. Limbah air sungai di Batang pH 7,99; COD 69,903 mg/L; TSS10,70 mg/L; TDS 6,785 mg/ L. Limbah sebelum di buang ke sungai pH 7,56; COD 366,830 mg/L; TSS 46,50 mg/L; TDS2,235 mg/L. Hasil yang diperoleh menunjukkan dekolorisasi menggunakan elektroda PbO2/Pb berlangsung hingga 94,03% untuk limbah air sungai di Pekalongan, 96,74 % untuk limbah air sungai di Batang, 97,13 % untuk limbah sebelum dibuang ke sungai.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Kholis Normania Laily ◽  
Muhammad Amin ◽  
Dwi Sat Agus Yuwana

<p>Kawasan pesisir erat kaitannya dengan perubahan sifat perairan yang terjadi akibat kegiatan manusia, salah satunya yaitu berasal dari air limbah domestik. Berdasarkan hasil pengamatan pada pemukiman pesisir Pantai Blebak Kabupaten Jepara, menunjukkan bahwa masyarakat masih membuang air limbah langsung ke badan tanah tanpa melakukan pengolahan, sehingga mencemari kualitas air tanah. Oleh karena itu diperlukan metode dalam pengolahan air limbah.</p><p> </p><p>Penelitian ini menggunakan metode <em>Constructed Wetland Subsurface Flow Horizontal</em> dengan tanaman <em>Typha angustifolia,</em> <em>Cladium</em>, dan<em> Dracaena sanderiana</em>. Parameter senyawa yang ditinjau adalah BOD (<em>Biochemical Oxygen Demand</em>), COD (<em>Chemical Oxygen Demand</em>), dan TSS (<em>Total Suspended Solid</em>). Pengolahan dilakukan dengan waktu detensi 3,6, dan 9 hari. Sedangkan analisis<em> </em>data yang digunakan yaitu analisis uji Anova.</p><p> </p><p>Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai penyisihan tertinggi kadar BOD, COD, dan TSS terjadi pada waktu detensi ke -9 hari. Penyisihan kadar BOD tertinggi yaitu sebesar 90,24%, untuk parameter COD yaitu sebesar 90,46%, sedangkan penyisihan TSS tertinggi yaitu sebebesar 90,61%.</p>


2017 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 322-337
Author(s):  
Sarkar Imran Wahid ◽  
Ohidul Alam ◽  
Mohammed Kamal Hossain ◽  
Milan Kumar Chakraborty ◽  
Mohammad Mohinuzzaman

The study was executed at Kalurghat industrial area to determine the efficiency of effluent treatment plants by testing different physicochemical parameters. Results revealed that only 3 out of 9 industries treated their effluents efficiently and discharged following the standards of Department of Environment. The remaining industries viz. Alfa Textile treated their effluent but the values of pH (10.2), dissolve oxygen (DO) (3.6 mg/L), biochemical oxygen demand (BOD) (89 mg/L), chemical oxygen demand (COD) (282 mg/L), total suspended solid (TSS) (221 mg/L), and electric conductivity (EC) (4,003 μS/cm) exceeded the standards, and released untreated effluents directly into the environment. Smart Jeans didn't maintain the standard of EC (1,927 μS/cm), DO (3.2 mg/L), BOD (96 mg/L) and COD (216 mg/L). Asian Apparels EC (1,973 μS/cm), DO (4 mg/L), BOD (79 mg/L), and COD (221 mg/L) weren't up to the standards. Similarly, Mans Fashion EC (1,243 μS/cm), DO (3.7 mg/L), TSS (180 mg/L), BOD (78 mg/L), and COD (255 mg/L) also exceeded the standards. In addition, Well Group TSS (160 mg/L), EC (3,201 μS/cm), DO (4.2 mg/L), and COD (235 mg/L) while Golden Height only EC (1,762 μS/cm) crossed the prescribed limits. Inversely, all the sampled industries volleyed effluents containing metals within the standards level except Alfa Textile (Cu, Zn, & Cr), Well Group (Cr) and Asian Apparels (Ni).


Author(s):  
Mochtar Hadiwidodo ◽  
Mohammad Naffah Ainurrofiq ◽  
Purwono Purwono ◽  
Wiharyanto Oktiawan

Salah satu industry farmasi di Semarang, Jawa Tengah menggunakan koagulan Poly Alumunium Chloride (PAC) untuk mengolah limbah cair. Penggunaan PAC atas dasar kelayakan biaya dan efektivitas pengolahan. Apabila ditinjau dari aspek lingkungan, penggunaan koagulan sintetik dalam jumlah besar akan menimbulkan limbah lumpur yang sulit didegradasi, dan mampu mengubah tingkat keasaman air dan tanah disekitarnya, sehingga berdampak buruk bagi lingkungan. Pada penelitian ini kitosan digunakan sebagai nano bio koagulan untuk mengolah limbah cair industri farmasi. Variasi dosis nano bio koagulan dan kecepatan pengadukan dilakukan untuk mengevaluasi efisiensi penyisihan parameter Chemical Oxygen Demand (COD), kekeruhan, dan Total Suspended Solid (TSS), limbah. Nani bio koagulan dibuat dari Cangkang keong Sawah (Pila Ampullacea) dan ukuran biokoagulan dibuat skala  nano partikel dengan harapan mampu meningkatkan efektifitas penyisihan. Metode persiapan berupa deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi. Proses nano partikel menggunakan alat HEM, ukuran partikel diuji menggunakan SEM dan uji gugus fungsi menggunakan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan memiliki warna coklat abu-abu, ukuran partikel serbuk nano, kadar air 5,34 %, kadar abu 1,14 % dan derajat deasetil 25,27 %. Efisiensi penyisihan TSS yang tinggi sebesar 55,19 %, kekeruhan 64,73 % dan COD 55,63 %. Dosis yang optimum sebesar 200 mg/L dengan kecepatan pengadukan cepat 150 rpm. Nano biokoagulan kitosan paling efektif untuk menyisihkan kekeruhan dibandingkan dengan COD dan TSS limbah cair indutri farmasi.


2016 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1 ◽  
Author(s):  
Ruka Yulia ◽  
Hesti Meilina ◽  
Adisalamun Adisalamun ◽  
Darmadi Darmadi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan proses Fenton dalam menurunkan kadar chemical oxygen demand (COD) dan kadar total suspended solid (TSS) dari limbah cair pabrik kelapa sawit (PKS) dan menentukan kondisi optimum dari parameter yang digunakan dengan Response Surface Methodology menurut Box- Behnken design. Sampel diambil pada keluaran pertama kolam anaerobik ketiga dari instalasi pengolahan limbah cair kelapa sawit yang mengandung nilai COD berkisar antara 8.000 hingga 12.000 ppm. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian pada berbagai pH, konsentrasi FeSO4.7H2O dan konsentrasi hidrogen peroksida. Hasil  penelitian menunjukkan bahwa kemampuan proses AOP dengan metode Fenton dapat menurunkan konsentrasi COD dan TSS masing-masing adalah 70,7704% dan 88,3897% pada konsentrasi FeSO4.7H2O 3703,52 ppm, konsentrasi H2O2 5586,43 ppm, dan pH 3.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document