scholarly journals Aplikasi Metode Advance Oxidation Process (AOP) Fenton pada Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

2016 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1 ◽  
Author(s):  
Ruka Yulia ◽  
Hesti Meilina ◽  
Adisalamun Adisalamun ◽  
Darmadi Darmadi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan proses Fenton dalam menurunkan kadar chemical oxygen demand (COD) dan kadar total suspended solid (TSS) dari limbah cair pabrik kelapa sawit (PKS) dan menentukan kondisi optimum dari parameter yang digunakan dengan Response Surface Methodology menurut Box- Behnken design. Sampel diambil pada keluaran pertama kolam anaerobik ketiga dari instalasi pengolahan limbah cair kelapa sawit yang mengandung nilai COD berkisar antara 8.000 hingga 12.000 ppm. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian pada berbagai pH, konsentrasi FeSO4.7H2O dan konsentrasi hidrogen peroksida. Hasil  penelitian menunjukkan bahwa kemampuan proses AOP dengan metode Fenton dapat menurunkan konsentrasi COD dan TSS masing-masing adalah 70,7704% dan 88,3897% pada konsentrasi FeSO4.7H2O 3703,52 ppm, konsentrasi H2O2 5586,43 ppm, dan pH 3.

2020 ◽  
Vol 82 (4) ◽  
Author(s):  
Priyatharishini Mardarveran ◽  
Nadzirah Mohd Mokhtar

The chemical coagulants used in the process of wastewater treatment causes negative implications on environment and human health. Exploration on natural coagulants as environmental friendly solution has been widely carried out. In present research, Artocarpus heterophyllus (jackfruit) peel is used as coagulant in treating domestic wastewater. This study aimed to assess optimum pH of wastewater and coagulant dosage by varying them to achieve the maximum removal rate of total suspended solid (TSS), biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD) and turbidity. The studied range for pH of wastewater was pH 1-3 and dosage of coagulant within 50–70 mg/L. Response surface methodology (RSM) based on central composite design (CCD) implied in optimization of this coagulation process. Treatment using this natural coagulant enabled maximum reduction of turbidity, TSS, BOD and COD up to 80.7 %, 77.5 %, 34.3 % and 34.6 % respectively under optimum condition of pH 2.1 and dosage of 58 mg/L. These findings revealed higher reduction in turbidity and TSS. Thus, this study indicates the promising potential of the Artocarpus heterophyllus peel extract as an alternative bio-based coagulating agent for effective pre-treatment of wastewater. 


2016 ◽  
Vol 2016 ◽  
pp. 1-13 ◽  
Author(s):  
Praveen Kumar Siddalingappa Virupakshappa ◽  
Manjunatha Bukkambudhi Krishnaswamy ◽  
Gaurav Mishra ◽  
Mohammed Ameenuddin Mehkri

The present paper describes the process optimization study for crude oil degradation which is a continuation of our earlier work on hydrocarbon degradation study of the isolate Stenotrophomonas rhizophila (PM-1) with GenBank accession number KX082814. Response Surface Methodology with Box-Behnken Design was used to optimize the process wherein temperature, pH, salinity, and inoculum size (at three levels) were used as independent variables and Total Petroleum Hydrocarbon, Biological Oxygen Demand, and Chemical Oxygen Demand of crude oil and PAHs as dependent variables (response). The statistical analysis, via ANOVA, showed coefficient of determination R2 as 0.7678 with statistically significant P value 0.0163 fitting in second-order quadratic regression model for crude oil removal. The predicted optimum parameters, namely, temperature, pH, salinity, and inoculum size, were found to be 32.5°C, 9, 12.5, and 12.5 mL, respectively. At this optimum condition, the observed and predicted PAHs and crude oil removal were found to be 71.82% and 79.53% in validation experiments, respectively. The % TPH results correlate with GC/MS studies, BOD, COD, and TPC. The validation of numerical optimization was done through GC/MS studies and   % removal of crude oil.


Jurnal Ecolab ◽  
2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 101-109
Author(s):  
Dewi Ratnaningsih ◽  
◽  
Retno Puji Lestari ◽  
Ernawita Nazir

Kualitas air di suatu wilayah yang merupakan salah satu indikator lingkungan dapat dievaluasi menggunakan parameter fisika, kimia, dan biologi. Indeks Kualitas Air Indonesia (IKA-INA) dapat digunakan untuk menilai kondisi kualitas air secara menyeluruh pada lokasi dan waktu tertentu. IKA-INA dihitung dengan menggunakan sepuluh (10) parameter yaitu pH, Total Dissolved Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS), Dissolved Oxygen (DO), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), NO3, NH3, Total Phosphate (TP) dan fecal coliform. IKA-INA tersebut merupakan indeks kualitas air yang dapat memberikan informasi secara sederhana. Dalam pemanfaatannya, tidak semua data parameter dalam IKA-INA tersebut dapat terpenuhi karena adanya data tidak valid atau data yang hilang. Kajian ini bertujuan untuk memberi alternatif rumusan IKA-INA dengan parameter yang tidak lengkap atau jika tidak semua data dalam parameters tersebut tersedia. Metode yang digunakan dalam menyusun rumusan adalah dengan melakukan koreksi faktor bobot parameter IKA-INA terhadap parameter yang hilang dan nilai Q (nilai sub-indeks). Setelah itu dilakukan uji coba pada nilai baku mutu air dalam Peraturan Pemerintah No. 22/2021 Lampiran VI serta pada data kualitas air sungai yang mewakili kualitas baik dan buruk. Hasil uji coba menunjukkan bahwa bobot parameter terkoreksi dapat digunakan untuk penanganan parameter yang hilang dalam penilaian kualitas air dengan metode IKA-INA. Hasil IKA-INA dengan parameter hilang yang menggunakan bobot terkoreksi dan hasil IKA-INA dengan parameter lengkap mayoritas memberikan status IKA yang tidak berbeda, kecuali untuk parameter fecal coli dan parameter yang mempunyai kadar jauh berbeda terhadap kondisi air secara keseluruhan.


Materials ◽  
2019 ◽  
Vol 12 (22) ◽  
pp. 3784 ◽  
Author(s):  
Violetta Kozik ◽  
Krzysztof Barbusinski ◽  
Maciej Thomas ◽  
Agnieszka Sroda ◽  
Josef Jampilek ◽  
...  

The potential implementation of Envifer®, a commercial product containing potassium ferrate (40.1% K2FeO4), for the purification of highly contaminated tannery wastewater from leather dyeing processes was proposed. The employment of the Taguchi method for optimization of experiments allowed the discoloration (98.4%), chemical oxygen demand (77.2%), total organic carbon (75.7%), and suspended solids (96.9%) values to be lowered using 1.200 g/L K2FeO4 at pH 3 within 9 min. The application of the central composite design (CCD) and the response surface methodology (RSM) with the use of 1.400 g/L K2FeO4 at pH 4.5 diminished the discoloration, the chemical oxygen demand, the total organic carbon, and suspended solids within 9 min. The Taguchi method is suitable for the initial implementation, while the RSM is superior for the extended optimization of wastewater treatment processes.


2017 ◽  
Vol 35 (6) ◽  
pp. 636-646 ◽  
Author(s):  
Paria Amirian ◽  
Edris Bazrafshan ◽  
Abolfazl Payandeh

Leachate is the liquid formed when waste breaks down in the landfill and water filters through that waste. This liquid is very toxic and can pollute the land, ground water, and water resources. In most countries, it is mandatory for landfills to be protected against leachate. In addition to all other harms to the environment, disposal of raw landfill leachate can be a major source of hazard to closed water bodies. Hence, treatment of landfill leachate is considered an essential step prior to its discharge from source. This article describes the sonocatalytic degradation of chemical oxygen demand in landfill leachate using cupric oxide nanoparticles as sonocatalyst (cupric oxide/ultrasonic) and aims to establish this method as an effective alternative to currently used approaches. An ideal experimental design was carried out based on a central composite design with response surface methodology. The response surface methodology was used to evaluate the effect of process variables including pH values (3, 7, 11), cupric oxide nanoparticles dose (0.02, 0.035, 0.05 g), reaction time (10, 35, 60 minutes), ultrasonic frequency (35, 37, 130 KHz), and their interaction towards the attainment of their optimum conditions. The derived second-order model, including both significant linear and quadratic terms, seemed to be adequate in predicting responses (R2 = 0.9684 and prediction R2 = 0.9581). The optimum conditions for the maximum chemical oxygen demand sonocatalytic degradation of 85.82% were found to be pH 6.9, cupric oxide nanoparticles dosage of 0.05 gr L−1, and the ultrasonic frequency of 130 kHz at a contact time of 10 min.


2014 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 62 ◽  
Author(s):  
M Wawan Kurniawan ◽  
P Purwanto ◽  
S Sudarno

ABSTRAKIndustri batik menimbulkan dampak air limbah organik dalam jumlah yang besar, warnayang pekat, berbau menyengat dan memiliki suhu, keasaman (pH), Biochemical OxygenDemand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) serta Total Suspended Solid (TSS) yangtinggi. Desa Banaran Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo merupakan sentra industriusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) batik yang potensial dalam mendukungperekonomian lokal namun belum memiliki sistem pengelolaan air limbah. Penelitian inibertujuan untuk menyusun strategi pengelolaan air limbah UMKM Batik di Desa Banarandalam perspektif good governance berdasarkan kajian aspek teknis, aspek ekonomi, aspekmanajemen dan aspek sosial dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness,Opportunity and Threats) dilanjutkan penentuan prioritas strategi dengan metode AHP(Analytical Hierarchy Process). Untuk mengkaji keempat aspek tersebut maka dilakukanobservasi, dokumentasi, pengukuran, uji laboratorium di lokasi penelitian dan wawancaraterhadap stakeholders dalam pengelolaan air limbah UMKM Batik di Desa Banaran yaitupemerintah daerah, UMKM Batik, tokoh masyarakat dan sektor swasta pelaku CorporateSocial Responsibility (CSR) di Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan hasil analisis SWOT danmetode AHP menghasilkan prioritas strategi untuk mewujudkan pengelolaan air limbahUMKM Batik yaitu : (1) Aspek Manajemen : penyusunan kebijakan dan programpengelolaan air limbah UMKM Batik, (2) Aspek Teknis : penentuan lahan untuk InstalasiPengolahan Air Limbah (IPAL) yang representatif, (3) Aspek Ekonomi : swadana UMKMBatik dalam operasional dan perawatan IPAL dan (4) Aspek Sosial : pembinaan tekniskepada UMKM Batik dalam pengelolaan air limbah. Untuk mewujudkan pengelolaan airlimbah UMKM Batik secara optimal dan berkelanjutan diperlukan kerjasama dankemitraan yang baik di antara stakeholders sebagai perwujudan dari paradigma goodgovernance didalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan.Kata kunci : pengelolaan air limbah UMKM batik, good governance, prioritas strategi


REAKTOR ◽  
2014 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 73 ◽  
Author(s):  
Lieke Riadi ◽  
Whenny Ferydhiwati ◽  
Liok Dimas Sanjaya Loeman

Limbah industri tekstil di area pinggir kota Surabaya mempunyai karakteristik perbandingan COD dan BOD = 5.57. Limbah jenis ini sulit untuk dibiodegradasi. Studi ini mempelajari tekonologi elektrokoagulasi untuk mengolah limbah tekstil dengan menurunkan intensitas warna, Total Suspended Solid (TSS) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Percobaan batch pada suhu kamar dilakukan untuk mempelajari pengaruh pH, jarak elektroda terhadap penurunan warna,TSS dan COD dan membandingkan biaya operasinya jika menggunakan pengolahan kimia.Effisiensi penurunan tertinggi untuk warna (91.96%),  TSS (49.17%), dan COD (29.67%) terjadi pada pH awal 4.0 dan jarak elektroda 2 cm dengan  elektroda Al/Al. Waktu optimum penurunan intensitas warna dalah 10 menit. Laju penurunan COD adalah : -dC/dt = 0.0053 C +0.056 , dengan C adalah konsentrasi COD. Jumlah sludge yang dihasilkan daripengolahan elektrokoagulasi  3.4 % lebih kecil dibandingkan menggunakan bahan kimia. Biaya yang digunakan untuk pengolahan dengan elektrokoagulasi 52.35 % lebih murah dibandingkan jika menggunakan koagulasi dengan bahan kimia ( tawas). Kata kunci : elektrokoagulasi, penurunan warna, penurunan TSS, laju degradasi COD, imbah tekstil Abstract Waste water from textile industry which is located in one suburb of Surabaya city as characteristic which the ratio of COD to BOD was 5.57. This type of waste water is difficult to be biodegraded. This study investigated elektrokoagulasi technology to treat textile waste water by removing color, total suspended solid, and Chemical Oxygen Demand. Batch experiment at room temperature was carried out to study the effect of pH, electrode distance for color, TSS and COD removal. This study also tried to compare the operation cost between elektrokoagulasi and chemical processes. The best removal efficiencies by Al electrodes was 91.96 % for color, 49.17 % for TSS and 29.67 % for COD which were under initial pH 4.0 and electrodes distance 2 cm. The optimum operation time for color removal was  found 10 minutes.The COD degradation rate was - dC/dt = 0.0053 C +0.056, with C= COD concentration. Sludge result from elektrokoagulasi was 3.4 % less than that by chemical treatment.The operation cost for elektrokoagulasi is 52.35 % less than that for chemical coagulation. 


2017 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 61-69
Author(s):  
Uswatun Hasanah ◽  
Sugito Sugito

Tingginya kandungan zat organik pada limbah cair industri rumah potong ayam (RPA) menyebabkan limbah cair tersebut tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan akuatik. Peningkatan kebutuhan protein dari sumber konsumsi daging ayam, menyebabkan peningkatan limbah cair industri RPA. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif penyelesaian untuk menurunkan kandungan beban pencemar pada limbah cair industri RPA agar kualitas effluent yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan serta memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini pengolahan limbah cair RPA dilakukan dengan menggunakan sistem biofilter anaerob media bioball, dengan variasi waktu tinggal dan konsentrasi influnt. Sampel  pengukuran konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) influent berturut turut sebesar 734 mg/L, 388 mg/L, dan 248 mg/L. Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) dalam air baku limbah RPA sebesar 88 mg/L, 70 mg/L, dan 54 mg/L. Setelah dilakukan pengolahan mengalami penurunan konsentrasi COD dan TSS terhadap semua variasi konsentrasi. Waktu tinggal yang paling efektif dalam menurunkan kadar COD dan TSS pada limbah cair RPA adalah 7 jam.


2018 ◽  
Author(s):  
Indra Agus Riyanto ◽  
M Widyastuti ◽  
Heru Hendrayana

Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Serayu terletak di Kabupaten Wonosobo JawaTengah dengan luasan 13682.19 ha. Sub DAS Serayu merupakan salah satu Sub DAS yangmemiliki peranan penting terhadap kondisi DAS Serayu, yaitu sebagai daerah imbuhan air.Pada saat ini, di bagian hulu Sub DAS Serayu telah dimanfaatkan secara intensif untukpertanian dan Wisata Kawasan Dieng sehingga memberikan pengaruh terhadap kuantitasdan kualitas air sungai, serta kondisi DAS. Tujuan penelitian ini adalah menganalisisbesarnya debit aliran Sub DAS Serayu, menganalisis kualitas air sungai Sub Das Serayu,dan menganalisis tingkat kekritisan Sub DAS Serayu. Besarnya debit aliran dihitungmenggunakan pendekatan neraca air metode Thornthwaite Mather dan divalidasi denganpengukuran lapangan. Kualitas air diukur langsung di lapangan dan di laboratorium.Pengukuran langsung meliputi suhu, daya hantar listrik (DHL) dan pH; sedangkanpengukuran di laboratorium meliputi Dissolved Oxygen (DO), Biochemical OxygenDemand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), TotalDissolved Solid (TDS), nitrat, fosfat, sulfat, amonia, H2S, Fe, Mn, detergen, coli tinja, danminyak lemak. Kekritisan Sub DAS didekati dengan perbandingan besarnya debit alirandan kebutuhan air dalam Sub DAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa neraca air SubDAS Serayu probabilitas 60 % diperoleh Direct runoff (DRO) sebesar 274.659.736m3/tahun, sedangkan probabilitas 80 % diperoleh DRO sebesar 182.487.225 m3/tahun.Validasi hasil perhitungan debit neraca air diperoleh 15% lebih tinggi dari debitpengukuran. Parameter kualitas air yang melebihi ambang batas baku mutu kelas IImenurut Peraturan Pemerintah 82/2001 adalah coli tinja pada seluruh sampel; dan padabeberapa sampel untuk kadar Fe, detergen, minyak lemak, sulfida dan pospat hal tersebutdisebabkan oleh keterdapatan penggunaan lahan berupa pertanian intesif di wilayah huludiikuti kegiatan wisata, dominasi sawah di bagian tengah Sub DAS, serta dominanpermukiman di hilir Sub DAS. Hasil analisis kekritisan Sub DAS Serayu menunjukkanbahwa kondisi Sub DAS termasuk klasifikasi tidak kritis.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document