scholarly journals Asupan Protein dan Asam Lemak Omega 6 Berlebih Sebagai Faktor Risiko Kejadian Obesitas pada Anak Sekolah Dasar di Semarang

2018 ◽  
Vol 7 (4) ◽  
pp. 162
Author(s):  
Rizki Khoirur Rachmawati ◽  
Martha Ardiaria ◽  
Deny Yudi Fitranti

Latar Belakang: Obesitas adalah kondisi multifaktoral yang ditandai dengan akumulasi lemak berlebih dalam tubuh. Obesitas pada usia sekolah merupakan masalah serius yang berlanjut hingga usia dewasa dan dapat menimbulkan risiko penyakit degeneratif. Tingginya asupan protein pada anak usia 10-12 tahun di Jawa Tengah (113,1%) dan terjadi perubahan pola konsumsi dari pola konsumsi dunia barat yaitu tingginya asam lemak omega 6 menyebabkan terjadinya obesitas pada anak sekoah dasar.Metode: Desain penelitian case control dengan 66 anak usia 10-12 tahun yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu obesitas dan normal. Penelitian ini dilakukan di SDN Pekunden. Data yang diteliti meliputi asupan protein, serat, asam lemak omega 3 dan asam lemak omega 6 sebagai variabel bebas, serta asupan energi, karbohidrat, lemak dan aktivitas fisik sebagai variabel perancu. Data asupan makan diperoleh melalui kuesioner Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire dan data aktivitas fisik diperoleh dari The Physical Activity Questionnaire for Older Children. Analisis data menggunakan uji Chi Square.Hasil: Rerata asupan protein dan asam lemak omega 6 pada kelompok obesitas lebih tinggi (100,7±23,48; 159,6±43,49) daripada kelompok normal (81,4±26,13; 141,5±68,09). Terdapat hubungan antara asupan protein dan asam lemak omega 6 berlebih dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar, dimana subjek dengan asupan protein berlebih memiliki 4,81 kali lebih besar berisiko obesitas (p=0,003) dan subjek dengan asupan asam lemak omega 6 berlebih memiliki 5,81 kali lebih besar berisiko obesitas pada anak sekolah dasar (p=0,02).Simpulan: Asupan protein dan asam lemak omega 6 berlebih merupakan faktor risiko terhadap kejadian obesitas pada anak sekolah dasar.

2014 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 903-910
Author(s):  
Ari Yulistianingsih ◽  
Apoina Kartini

Latar belakang: Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik dari faktor risiko penyakit jantung, dan menopause dihubungkan dengan peningkatan kejadian sindroma metabolik. Asupan isoflavon merupakan suatu fitoestrogen yang bersifat kardioprotektif. Penurunan konsentrasi indikator stres metabolik oleh isoflavon dapat menjadi salah satu mekanisme dalam mencegah penyakit jantung pada wanita menopause. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan isoflavon dengan kejadian sindroma metabolik pada wanita menopause.  Metode: Rancangan penelitian adalah case control yang dilakukan pada 90 wanita menopause usia 45 – 65 tahun di kelurahan Saripan, kabupaten Jepara. Subyek dipilih berdasarkan kriteria inklusi dengan jumlah sampel minimal masing-masing untuk kelompok sebesar 45 subyek. Penentuan sindroma metabolik apabila memiliki ≥ 3 kriteria sindroma metabolik, yaitu lingkar pinggang ≥ 80 cm; tekanan darah ≥ 135/85 mmHg; kadar glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL; kadar trigliserida ≥ 150 mg/dL. Data asupan isoflavon dan makronutrien diperoleh melalui Food Frequency Questionnaire (FFQ), sedangkan data aktivitas fisik diperoleh melalui International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square.Hasil: Rata-rata asupan isoflavon pada kelompok sindroma metabolik dan pra sindroma metabolik adalah 17,8 mg/hari dan 44 mg/hari. Terdapat hubungan terbalik antara asupan isoflavon dengan sindroma metabolik pada wanita menopause (p=0,000; OR=6,8).Kesimpulan: Asupan isoflavon yang kurang merupakan faktor risiko terhadap peningkatan sindroma metabolik pada wanita menopause dengan besar risiko 6,8 kali.


2015 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 443-449
Author(s):  
Linda Apriaty ◽  
Nuryanto Nuryanto

Latar Belakang: Obesitas merupakan sebuah keadaan dimana terjadi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh, ditunjukan dengan IMT ≥25 kg/m2. Prevalensi obesitas di Indonesia meningkat tiap tahunnya terutama pada wanita. Faktor risiko obesitas antara lain aktivitas fisik, asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan protein, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, dan status ekonomi keluarga. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko obesitas ibu rumah tangga.Metode: Penelitian observational dengan desain case-control pada ibu rumah tangga di RW 02 Kelurahan Bendungan Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling, 30 subjek pada tiap kelompok. Obesitas dikategorikan berdasarkan nilai IMT. Data identitas subjek, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, dan status ekonomi keluargadiperoleh melalui kuesioner. Data asupan energi, karbohidrat, lemak, dan protein diperoleh melalui Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan data aktivitas fisik diperoleh melalui International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Analisis menggunakan metode Chi Square dengan melihat Odds Ratio (OR).Hasil: Faktor risiko obesitas ibu rumah tangga adalah aktivitas fisik rendah (OR = 5.500; Cl 1.813-16.681; p = 0.002), asupan karbohidrat lebih (OR = 8.636; CI 2.566-29.073; p = 0.000), asupan karbohidrat lebih (OR = 4.030; CI 1.372-11.839; p = 0.010. Asupan lemak, asupan protein, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, dan status ekonomi keluarga bukan merupakan faktor risiko kejadian obesitas.Kesimpulan: Aktivitas fisik rendah, asupan energi lebih, dan asupan karbohidrat lebih merupakan faktor risiko yang bermakna pada kejadian obesitas ibu rumah tangga.


2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 32
Author(s):  
Susmiati Susmiati ◽  
Nur Indrawaty Liepoto ◽  
Zifriyanthi Minanda Putri

AbstrakPenyebab obesitas sampai sekarang masih belum jelas dan masih diperdebatkan. Pengobatan dan pencegahan obesitas yang efektif dapat dicapai jika diketahui patogenesis secara komprehensif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji perbandingan asupan makan dan  aktifitas fisik  pada remaja dengan obesitas dan normal. Penelitian dilakukan secara case control dengan sampel sebanyak 311 remaja putri. Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling. Kriteria obesitas berdasarkan IMT > 2 SD dan Normal -2 SD <IMT> 1 SD. Pola makan ditentukan dengan  semi-kuantitatif Food Frequency Quessioner (FFQ)  dan aktifitas fisik dengan Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQC). Rata- rata asupan energi total kelompok obes 2344,92± 606,31 kcal/hari lebih tinggi dari kelompok normal  2285,41± 602,86 kcal/hari,  tapi tidak ada perbedaan yang bermakna antar kedua kelompok p=0,435. Subyek dengan tingkat aktifitas fisik ringan 62,9% mengalami obesitas sementara  58,9% termasuk kelompok normal. Tidak ada hubungan  yang bermakna tingkat aktifitas fisik dengan obesitas  p=0,27. Rata-rata asupan karbohidrat, protein, lemak, serat dan asam lemak lebih tinggi pada aktifitas tinggi dibandingkan tingkat aktifitas sedang dan rendah. Ada perbedaan yang bermakna antara asupan  makanan dengan tingkat aktifitas fisik p < 0,05. Kesimpulan tidak ada perbedaan antara asuan makan dan aktifitas fisik berdasarkan status gizi pada remaja Kata Kunci    : pola makan, aktifitas fisik , remaja dan obesitas


2017 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 204
Author(s):  
Annisa Eka Amelia ◽  
Martha Ardiaria ◽  
Hartanti Sandi Wijayanti

Latar Belakang : Angka kejadian menarche dini makin meningkat beberapa tahun terakhir. Menarche yang terlalu dini meningkatkan risiko penyakit degeneratif. Asupan sugar-sweetened beverage berlebih menyebabkan tingginya kadar hormon seks dan IGF-1 di sirkulasi dan mempercepat menarche. Massa lemak tubuh yang besar berhubungan dengan kadar leptin yang tinggi serta kejadian menarche yang lebih awal. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan asupan sugar-sweetened beverage dan massa lemak tubuh dengan kejadian menarche dini.Metode : Desain penelitian case control dengan jumlah sampel 20 anak perempuan pada setiap kelompok yang berusia 10,1-11,9 tahun dipilih secara consecutive sampling. Data asupan sugar-sweetened beverage dan asupan zat gizi diperoleh menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionaire (SQFFQ), massa lemak tubuh dengan persamaan regresi berdasarkan indeks massa tubuh, usia, dan jenis kelamin, dan aktivitas fisik dengan Physical Activity Questionnaire for Children (PAQ-C). Data dianalisis dengan uji Chi-Square dan uji regresi logistik ganda.Hasil : Terdapat hubungan asupan sugar-sweetened beverage (p <0,001), massa lemak tubuh (p 0,003), asupan kalsium (p 0,020), dan aktivitas fisik (p 0,016) dengan kejadian menarche dini. Uji multivariat menunjukkan bahwa hanya asupan sugar-sweetened beverage yang berpengaruh terhadap kejadian menarche dini (p 0,007).Simpulan : Asupan sugar-sweetened beverage dan massa lemak tubuh berhubungan dengan kejadian menarche dini. Asupan sugar-sweetened beverage merupakan faktor risiko kejadian menarche dini.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Rosiana Eva Rayanti ◽  
R.L.N.K. Retno Triandhini ◽  
Lydia Limin

Latar Belakang: Hipertensi adalah peningkatan tekanan dalam darah melebih batas normal yaitu 120/80 mmHg. Faktor risiko hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat diubah seperti keturunan, usia, dan jenis kelamin, sedangkan faktor yang dapat diubah adalah pola makan dan aktivitas fisik. Tujuan: Mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT), aktivitas fisik, pola makan, Lingkar Pinggang Panggul (PiPa) terhadap tekanan darah (TD) di Puskesmas Sidorejo Lor, Kelurahan Salatiga. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross‐sectional pada 103 responden yaitu 32 orang laki-laki dan 71 orang perempuan. Kriteria responden usia >40 tahun, terdaftar pasien rawat jalan di Puskesmas Sidorejo Lor dengan diagnosis hipertensi. Instrumen penelitian berupa form data profil responden, alat ukur antropometri, pengukur tekanan darah, Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) dan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ). Analisis data menggunakan uji Pearson Correlation. Hasil: Terdapat hubungan antara TD sistolik dengan IMT (p=0,002; r=0,346) dan TD diastolik dengan IMT (p=0,004; r=0,313) pada wanita. Namun, tidak ada hubungan antara TD sistolik dengan aktivitas fisik (p=0,065) dan TD diastolik dengan aktivitas fisik (p=0,089). Hasil uji korelasi pada laki-laki menunjukkan terdapat hubungan antara TD diastolik dengan IMT (p=0,047; r=-0,302). Namun, tidak ada hubungan antara TD sistolik dengan IMT (p=0,082), TD sistolik dengan aktivitas fisik (p=0,430), dan TD diastolik dengan aktivitas fisik (p=0,328). Kesimpulan: Ada hubungan antara tekanan darah diastolik dengan IMT, dan tidak terdapat hubungan tekanan darah dan aktivitas fisik.


2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 123-130
Author(s):  
Annisa Dinah Nurbaity ◽  
Aryu Candra ◽  
Deny Yudi Fitranti

Latar belakang: Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada ibu hamil dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam satu hari dan terjadi terus menerus. Hiperemesis terjadi pada 0,5 hingga 2% kehamilan. Hiperemesis terjadi sebagai interaksi antara faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural. Hiperemesis paling banyak terjadi pada trimester 1, namun dapat berlanjut pada trimester 2. Hiperemesis jika tidak ditangani dapat menyebabkan gangguan pada ibu hamil dan janin.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan case control dengan subjek 44 ibu hamil yang diambil dengan cara purposive sampling. Data indeks massa tubuh (IMT) didapatkan melalui pengukuran antropometri, data asupan diperoleh melalui wawancara semi-quantitative food frequency questionnaire. Analisis bivariat menggunakan uji chi square dan fisher exact.Hasil: Persentase asupan karbohidrat dan lemak jenuh lebih tinggi pada kelompok hiperemesis (4,5% ; 18,18%) daripada kelompok tanpa hiperemesis (0%; 4,5%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi sebelum kehamilan, asupan karbohidrat, protein, lemak jenuh, asam lemak omega 3, asam lemak omega 6, dan vitamin B6 dengan hiperemesis gravidarum (p> 0,05) Simpulan: Status gizi sebelum hamil, asupan karbohidrat, protein, lemak jenuh, asam lemak omega 3, asam lemak omega 6, dan vitamin B6 bukan merupakan faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Semarang.


1995 ◽  
Vol 27 (Supplement) ◽  
pp. S114
Author(s):  
P. R.E. Crocker ◽  
D. A. Bailey ◽  
R. A. Faulkner ◽  
D. T. Drinkwater

2018 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
Author(s):  
María Morera-Castro ◽  
Judith Jiménez-Díaz ◽  
Gerardo Araya-Vargas ◽  
Emmanuel Herrera-González

La Organización Mundial de la Salud (OMS) indica, en el informe del año 2016, que el 81% de los niños y adolescentes no alcanzan los niveles de actividad física recomendados y que los niveles de sedentarismo han aumentado. El propósito de este artículo fue diseñar el Cuestionario Pictórico de Actividad Física Infantil (C-PAFI) y obtener sus propiedades psicométricas. Las propiedades psicométricas se obtuvieron aplicando el C-PAFI a un total de 742 estudiantes con edades entre los 9 y 13 años. Se obtuvo una confiabilidad moderada, por medio del alfa de Cronbach (α = .637). La validez de contenido se obtuvo por medio de la validez lógica, utilizando el juicio de expertos (CVR = 0.99). La validez de constructo se obtuvo por medio del análisis de factores, los resultados indican que el cuestionario presenta un factor que explica un 70% de la varianza total. La validez de criterio se obtuvo al comparar el C-PAFI con valores obtenidos de la aplicación del “Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-C)”. Se encontró una validez moderada por medio del coeficiente correlación intraclase entre los valores del PAQ-C y el C-PAFI (CCI = .741). El C-PAFI es un cuestionario confiable y válido para establecer el nivel de actividad física en la población infantil de 9 a 13 años de edad, que se encuentra en el sistema educativo y cuenta con recreos y clases de educación física.


2016 ◽  
Author(s):  
Jyh Eiin Wong ◽  
◽  
Panam Parikh ◽  
Bee Koon Poh ◽  
Paul Deurenberg

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document