scholarly journals Open Symposium ``Toward the sustainable fishery: stop jellyfish bloom and boost fish resources''

2010 ◽  
Vol 76 (2) ◽  
pp. 286
Author(s):  
Tatiana A. Sribnaya ◽  
◽  
Natalya А. Bodneva ◽  

Fishing tourism is one of the modern types of tourism that is aimed at meeting the needs of a certain segment of tourists in fishing. This type of tourism is organized by special enterprises to favorable places for fishing. Fishing tours in most cases include specialized services such as: fishing license, tackle rental, boat rental, instruction and joint fishing with a qualified fishing guide, as well as services aimed at preserving and preparing the fish caught. Such countries as Finland, Norway, Egypt, Namibia, South Africa, Iceland, Sweden, Slovakia, Thailand and Israel occupy high positions in the international market of fishing tourism and are famous for their fish resources. As for fishing tourism in Russia, the demand for fishing tourism is currently increasing. Tourist companies are engaged in expanding the geography of fishing tours and improving the quality of service, which affects the increase in demand for this type of tour. The analysis of the potential of the Astrakhan region, carried out in the article, allowed us to identify opportunities for the development of organizational fishing tourism.


2013 ◽  
Vol 18 (6) ◽  
pp. 1335-1342
Author(s):  
Zhenbo LU ◽  
Bingqing XU ◽  
Fan LI ◽  
Mingyi SONG ◽  
Huanjun ZHANG ◽  
...  

2012 ◽  
Vol 36 (4) ◽  
pp. 601
Author(s):  
Hong-liang ZHANG ◽  
Kai-da XU ◽  
Zeng-jun ZHU ◽  
Wei-ding WANG ◽  
Yong-dong ZHOU

Marine Policy ◽  
2021 ◽  
Vol 131 ◽  
pp. 104619
Author(s):  
Changping Zhao ◽  
Xiya Xie ◽  
Yu Gong ◽  
Beili Liu

2020 ◽  
Author(s):  
Md. Fazlul Awal Mollah

Abstract Bangladesh is rich in freshwater fish resources, with 260 indigenous and 13 exotic species. However, fish production from natural resources has declined due to overexploitation and lack of proper management over the last few decades. As a result, many species, including catfish that were once abundantly available, are facing the threat of extinction. Catfish in Bangladesh have potential for aquaculture. There are some 46 species of catfish in Bangladesh but non-availability of stockable-size fry has been identified as a major constraint towards their farming. However, seven species of catfish have been successfully induced to breed to propagate their seed under artificial conditions.


2017 ◽  
Vol 23 (2) ◽  
pp. 111
Author(s):  
Aroef Hukmanan Rais ◽  
Rupawan Rupawan ◽  
Herlan Herlan

Estuari di wilayah Kabupaten Banyuasin dengan potensi biodiversitas sumber daya ikan yang tinggi, merupakan wilayah penangkapan yang potensial dan berkontribusi besar terhadap poduksi perikanan Provinsi Sumatera Selatan. Distribusi biomassa sumber daya ikan di wilayah estuari sangat dinamis dan dipengaruhi oleh parameter salinitas dan suhu perairan pada suatu lingkungan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kepadatan biomassa ikan dalam hubungannya dengan kondisi lingkungan perairan di wilayah perairan estuari Kabupaten Banyuasin.Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan percobaan penangkapan menggunakan alat tangkap trawl mini yang diopeasikan di tiga wilayah estuari yaitu Sungai Banyuasin, Sungai Musi dan Sungai Upang. Pada masing-masing wilayah estuari ditentukan sebanyak empat lokasi sampling. Frekuensi pengambilan sampel dilakukan sebanyak empat kali yaitu pada Maret, Juni, Agustus dan Oktober agar mewakili kondisi musiman.Parameter lingkungan yang dianalisa adalah salinitas, suhu perairan, kecerahan, nitrat, amoniak, total fosfat dan kelimpahan fitoplankton. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 87 spesies ikan telah teridentifikasi. Diperoleh nilai kepadatan biomassa 332,13 – 861,49 kg/km2 di estuari Upang, 590,51 – 2.235,04 kg/km2 di estuari Musi dan 1.296,4 - 33.714,88 kg/km2 di estuari Banyuasin. Spesies ubur-ubur (Aurelia aurita) mendominasi tangkapan pada Agustus hingga Oktober yang mencapai 77,22% dari biomassa total ikan dikarenakan lingkungan yang sesuai untuk keperluan pertumbuhannya. Kepadatan biomassa ikan berkorelasi positif dengan parameter salinitas dan kelimpahan fitoplankton, dan berkorelasi negatif terhadap parameter amoniak. Estuaries of Banyuasin district has a high biodiversity of fish resources and significant contribution to the fisheries production in the South Sumatera Province. The biomass distribution of fish in the estuary fluctuated and probably affected by by salinity and water temperature. This research aims to investigate the correlation between biomass density and environment condition in the estuary of Banyuasin Regency. Sampling was conducted through experimental fishing used a mini trawl that operated in three estuary areas, such as: Banyuasin Rivers, Musi Rivers, and Upang Rivers. Every estuary area was replicated for four sampling sites. Samples were collected during March, June, August and October. The waters parameters analyzed were salinity, water temperature, transparency, nitrate, ammonia, phosphate total, and phytoplankton. The results showed that about 87 species of fish have been identified. The biomass density was 332,13 – 861,49 kg/km2 in estuary Upang, 590,51 – 2.235,04 kg/km2 in estuary Musi and 1.296,4 - 33.714,88 kg/km2 in estuari Banyuasin. A jelly fish (Aurelia aurita) is dominated in August to October, up to 77.22% of total biomass. The biomass density of fish was positively correlated with salinity and phytoplankton abundance, whereas negatively correlated to ammoniac condition.


2016 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Selvi Oktaviyani ◽  
Mennofatria Boer ◽  
Yonvitner Yonvitner

<p>Ikan kurisi (<em>Nemipterus japonicus</em>) merupakan salah satu sumber daya ikan ekonomis penting di Perairan Teluk Banten dan banyak didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Banten. Intensitas penangkapan yang tinggi akan menyebabkan tangkap lebih (<em>overfishing</em>), sehingga mengancam kelestarian ikan kurisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi ikan kurisi di Perairan Teluk Banten, seperti struktur ukuran panjang, rasio kelamin, hubungan panjang berat, tingkat kematangan gonad, ukuran panjang rata-rata tertangkap (Lc) dan ukuran pertama kali matang gonad (Lm). Informasi yang diperoleh dapat menjadi bahan pertimbangan dalam kegiatan pengelolaan perikanan. Lokasi pengambilan contoh dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Banten dari bulan Mei hingga Agustus 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran panjang total ikan kurisi<em> </em>berkisar antara 98 dan 211 mm. Perbandingan kelamin jantan dan betina dalam keadaan seimbang dan memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif yang menunjukkan pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan beratnya. Lebih dari 50% ikan-ikan yang diamati baik jantan maupun betina selama bulan pengamatan belum matang gonad (<em>immature</em>).  Ukuran pertama kali matang gonad adalah 196 mm sedangkan ukuran panjang rata-rata tertangkap adalah 146 mm. Banyaknya ikan yang tertangkap dalam ukuran kecil (kurang dari panjang pertama kali matang gonad) akan mengganggu kelestarian ikan kurisi.</p><p><em><br /></em></p><p><em>Japanese threadfin bream </em>(Nemipterus japonicus<span style="text-decoration: underline;">)</span><em> is one of the most important economical fish resources in the Gulf of Banten and many landed at Archipelago Fishing Port (PPN) of Karangantu. High intensity of fishing activity can cause an overfihing, and threat sustainability of japanese threadfin bream. The research was aimed to determine some biological aspects of japanese threadfin bream in the Gulf of Banten, such as structure of the length, sex ratio, length-weight relationship, gonad maturity stage, the average length of captured (Lc) and the length of first maturity (Lm). It is believed that the collected information can be taken into consideration in the fisheries management activities. The sample was collected at PPN Karangantu, Banten from May to August 2012. The result showed that the length of </em><em>this fish </em><em>ranged between 98 and 211 mm. Ratio of male and female is balance and have negative allometric growth pattern show that the length of growth is more faster than the weight of growth. More than 50% of fish sample both males and females were immature gonads. During observation, length of  first maturity was 196 mm and the average length of captured was 146 mm. </em><em>Many fishes caught was smaller than Lm, It will interfere the sustainability of japanese threadfin bream.</em></p>


2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Hakim Miftakhul Huda ◽  
Yesi Dewita Sari

Tingginya intensitas aktivitas penangkapan ikan telah menyebabkan degradasi sumber daya ikan pada beberapa daerah penangkapan ikan. Salah satu langkah untuk menjaga keberlanjutan dan meminimalkan degradasi sumber daya ikan adalah membentuk kawasan konservasi laut daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan dan pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Gili Sulat-Gili Lawang, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian menggunakan metode valuasi ekonomi sumber daya untuk menganalisis gabungan data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan total nilai manfaat KKLD Gili Sulat-Gili Lawang adalah Rp 8,99 milyar per tahun yang meliputi manfaat langsung dan tidak langsung. Hasil penelitian menunjukan pengelolaan terhadap KKLD ditinjau dari biaya, aktor atau pelaku dan aktivitas pengelolaan sampai saat ini belum optimal. Penelitian ini menyarankan perlunya menyusun strategi pengelolaan yang tepat untuk mengoptimalkan maksud dan tujuan dibentuknya KKLD. Tittle:  Utilization and Management of The Gili Sulat and The Gili Lawang Regional Marine Conservation Area.Highly intensive of fishing activities lead to degradation of fish resources in some fishing grounds. One effort to maintain sustainability of fish resources and minimize its degradation is to establish local marine conservation areas. This study aims to analyze utilization and management of Gili Sulat-Gili Lawang local marine conservation areas (or locally known as KKLD) in Wes Nusa Tenggara Province. This study applies economic valuation methods to analyze combination of primary and secondary data. Results of this study show that annual total benefit values of Gili Sulat-Gili Gili Lawang KKLD is IDR 8,99 billion which includes direct and indirect benefits. In terms of costs, actors and management activities, current management of KKLD is less optimal. Therefore, this study recommends to develop appropriate management strategies to optimize the purposes of KKLD establishment.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document