scholarly journals Implementing Best Practice in Training Problem-Based Learning Tutors

2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 24-34
Author(s):  
Jill Rose Johnson
2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1-15
Author(s):  
ABDUL AZIS

Penelitian ini mempunyai tujuan meningkatkan pengembangan model pembelajaran dikelasterutama pendekatakan pembelajaran kontekstual berbantuan media rekaman audio visual.Penelitian Best Practice ini memberikan manfaat, antara lain bagi guru sebagai mediapeningkatan pengembangan model pembelajaran di kelas terutama pendekatakan pembelajaran kontekstual berbantuan media rekaman audio visual. Selain itu juga dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat di kelas, mengingat karakteristik siswa yang bermacam-macam. Penelitian Best Practice ini juga memiliki manfaat bagi siswa, yaitu dapat meningkatkan apresiasi seni yang optimal pada mata pelajaran seni tari, dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar seni tari.. Metode penelitian ini adalah Best Pactice menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Subyek penelitian merupakan siswa kelas IXG sebanyak 29 siswa dan IXA sebanyak 32 SMP Negeri 1 Pecalungan Tahun Pelajaran 2019/2020. Bahan yang digunakan dalam Best Pactice ini adalah materi seni budaya (seni tari) kelas IX semester 2 tentang memeragakan tari kreasi. Hasil penelitian Best Practice bahwa materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas dan pembahasan), membuat siswa cenderung menghapalkan teori. Pembelajaran seni budaya (seni tari) Konsep Karya Tari yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak Problem Based Learning mengharuskan siswa aktif selama proses pembelajaran. Pembelajaran seni budaya (seni tari) Konsep Karya Tari yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge. Setelah membaca, meringkas, mendiskusikan buku teks dan menyaksikan video tari Nusantara serta tari Mancanegara, siswa tidak hanya memahami pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural, tetapi juga memahami konsep apresiasi dan berkarya tari. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Dalam pembelajaran ini pemahaman siswa tentang konsep karya tari benar-benar dibangun oleh siswa melalui pengamatan dan diskusi yang menuntut kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Dengan menerapkan PBL, siswa tidak hanya belajar dari buku teks tulis, tetapi juga dari video serta diberikan kesempatan terbuka untuk mencari data, materi dari sumber lainnya.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 30-38
Author(s):  
EVY ALDIYAH

Kegiatan penyiapan peserta didik sebagai generasi yang berkualitas dapat dibentuk berlandaskan kompetensi intelektual, keterampilan proses, sikap ilmiah, keterampilan berkomunikasi dan kemampuan menulis karya ilmiah. Hal itu dapat diimplementasikan dengan keikutsertaan dalam ajang lomba penelitian. Sementara peran guru sebagai pembimbing dan pengarah sangat mendukung dalam menggali potensi yang dimiliki peserta didik. Tujuan dibuatnya best practice ini adalah mendeskripsikan pengalaman penulis membimbing peserta didik mengikuti lomba penelitian IPA  guna mengembangkan sikap ilmiah dan keterampilan proses peserta didik. Pelaksanaan pembimbingan peserta didik menggunakan pendekatan belajar metode Problem Based Learning. Pembimbingan dan mempersiapkan peserta didik mengikuti lomba penelitian ini layak dijadikan best practice ditinjau dari peningkatan  keterampilan proses dan sikap ilmiah  peserta didik. Penyusunan pelaksanaan kegiatan yang sistematis dan cermat menggunakan model belajar PBL tidak sekedar memenuhi target keikutsertaan lomba, tetapi juga sudah mengintegrasikan PPK, literasi dan kecakapan hidup abad 21 pada peserta didik, selain itu juga meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis dan pemecahan masalah. Sebagai seorang guru tidak hanya memiliki kompetensi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas tetapi harus berani melakukan inovasi diluar konteks guru mengajar di kelas, sebagai contoh guru menjadi  pembimbing lomba penelitian peserta didik. Menjadi suatu kebanggaan tersendiri bila peserta didik yang menjadi bimbingan mencapai prestasi sesuai yang diharapkan bahkan melebihi ekspektasi, dimana kebanggaaan itu tidak hanya dirasakan oleh peserta didik dan guru pembimbingnya saja tetapi semua warga sekolah ikut merasakan kebanggaan itu.


Author(s):  
Dewi Ningsih ◽  
Muhammad Rusdi ◽  
Bambang Hariyadi

Most of the eleventh-grade students of SMAN 3 Jambi City find difficulties in understanding the concepts of Coordination Systems in Biology subject. This study aims to create a learning tools in the form of students’ worksheets based on problem-based learning-flipped classroom. This study employs ADDIE Model. Validations were undertaken by learning design, material, and product design experts.  Where as, best practice validation was done by a Biology teacher teaching in SMAN 3 Jambi City. Research subject was students of SMAN 3 consisting of 3 students for individual trial and 9 students for small group trial. Data from validation results were described qualitatively. The design stage produces a worksheet prototype based on problem-based learning-flipped classroom. The development stage produces a new version of student worksheet that has been positively responded by the research participants. In implementation stage, the worksheet has been considered very good by students. In evaluation stage, the study has produced a sudent worksheet that accommodates students needs to improve their ability in transforming knowledge. Based all stages of the ADDIE, it can be concluded that the produced student worksheet is interesting, easy to use and easy to understand. It helps students to learn coordination systems more effectively. The created student worksheet can be further developped into an e-student worksheet.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 19-28
Author(s):  
Arini Rosa Sinensis ◽  
Thoha Firdaus ◽  
T Hardila ◽  
Nopitasari Nopitasari ◽  
N Saiputri

The challenge of 21st century education is to prepare human resources who are required to have skills, one of which is problem solving. The Problem Based Learning (PBL) learning model is considered effective in training problem-solving skills because it has constructivist characteristics with science learning. The purpose of this study was to analyze students' problem solving skills in the Light material through PBL learning. The research method used is quantitative with descriptive analysis. The research sample was 22 Tanah Merah Integrated Junior High School students grade IX. The data collection technique used the observation sheet of problem solving skills. The results showed that there was an increase in students' problem solving skills from the first to the third experiment. The increase with the highest percentage was in the third experiment with indicators of problem solving/ investigation by 90.9%. The average data for each problem solving indicator shows that students can understand the problem by 80.78%, collect data by 69.63%, carry out problem solving/investigation by 78.46%, and make conclusions by 66.67%. These results indicate that the Problem Based Learning model can be used as a science learning construction in improving problem solving skills.


2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 90-96
Author(s):  
Ammann D. ◽  
Vignoli Y. ◽  
Kaap-Fröhlich S.

Abstract Students can prepare themselves for the growing demands in the eHealth sector by using media-supported teaching settings during their training. Problem-based learning (PBL) is a learner-centered educational approach based on authentic problems. The 7 Jump Method is an established method for the implementation of PBL and for the theoretical treatment of problems in class. PBL is subject to the danger of „understeering the learning process” (Müller Werder, 2013). E-learning can make process control more eficient and structure it beter through role-specific templates. Using the example of a course of study in nursing at the Höhere Fachschule in Switzerland, the first possibilities for implementation in the health care professions are pointed out and critically discussed. The present case study was intended to answer this question: How can problem-based learning be realised in blended format?


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 61-68
Author(s):  
TUJIYO TUJIYO

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang Turunan Fungsi Trigonometri pada siswa kelas XII MIPA7 SMA Negeri 1 Banjarnegara Tahun pelajaran 2017/2018 . Metode penelitian ini adalah penelitian best practice. Subyek penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Banjarnegara kelas XII MIPA7 Tahun pelajaran 2017/2018. Pendekatan pembelajaran yang digunakan  adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), dengan model pembelajaran yang digunakan adalah “PREMOGAWA” yaitu model pembelajaran kooperatif Presentasi Model Galeri Walk, Hasil analisa UH 1 dimana pembelajaran masih konvensional yaitu Nilai tertinggi 85, nilai terendah 20, Rata rata nilai 61,28, jumlah siswa tuntas belajar 16  (45,71%) , jumlah siswa tidak tuntas 19 (54,29%), sedang hasil UH 2 dimana pembelajaran menggunakan PREMOGAWA (Presentasi Model Galery Walk) yaitu  nilai tertinggi 100, nilai terendah 70, rata-rata nilai 80,86, banyak siswa tuntas belajar 34  (97,14%) , banyak siswa tidak tuntas belajar 1 (2,86%)


Author(s):  
NI Komang Ratnawati

Kondisi kualitas pendidikan kita saat ini secara nasional nampaknya masih cukup memprihatinkan, belum sesuai dengan harapan. tujuan dalam penelitian ini untuk menjelaskan pembelajaran PPKn berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) melalui model Problem Based Learning. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan deskriptif menjelaskan hasil kegiatan Best Practice PKP 2019. Sasaran penelitian 30 orang, instrument penelitian yakni observasi, angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan Pembelajaran PPKn berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS)  melalui Model Problem Based Learning Peserta Didik Kelas VIII D SMP Negeri 17 Mataram, menyebabkan: 1) peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, terutama dalam bertanya, menjawab maupun mengemukakan pendapat, sehingga meskipun belum maksimal, namun sudah dapat untuk melatih peserta didik dalam memiliki ketrampilan berfikir kritis. 2) meningkatnya kemampuan peserta didik dalam melakukan transfer knowledge, critical thinking, creativity, problem solving. 3) peserta didik menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, karena bagi mereka ada keleluasaan untuk berkreasi dan berinovasi. 4) peserta didik dapat lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran, karena proses pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan tidak monoton, sehingga tidak membosankan.The quality condition of our education today nationally seems still quite a concern, not yet following expectations. The purpose of this study to explain the study of the Income-oriented Higher Order Thinking Skills (HOTS) through the model of Problem Based Learning. This research uses qualitative research. The research approach uses a descriptive approach explaining the results of activities PKP 2019 Best Practice. Research objectives of 30 people, research instruments are observations, polls, and documentation. Analyze data using interactive analysis. The results showed that the study was oriented Higher Order Thinking Skills (HOTS) through Model Problem Based Learning Learners class VIII D SMP State 17 Mataram, Cause: 1) Learners become more active in the learning process, Especially in asking, answering or expressing opinions, so that despite not being maximal, but already able to train learners in having critical thinking skills. 2) The increasing ability of learners in the transfer of knowledge, critical thinking, creativity, problem-solving. 3) Learners become more excited in following the learning process, because they have the freedom to create and innovate. 4) Learners can focus more on following learning, because the learning process becomes more interesting, fun, and not monotonous, so it is not boring. 


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 94-100
Author(s):  
MOHAMAD TAOFIK

Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).  Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah problem based learning (PBL) dengan metode Inkuiri. Tujuan penulisan praktik baik ini adalah untuk mendeskripsikan praktik baik penulis dalam menerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS) pada model pembelajaran PBL dengan proses Inkuiri. Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas XI semester 1 di SMANegeri 1 Tajurhalang Kabupaten Bogor sebanyak 216 orang siswa yang terbagi dalam 6 kelas. setelah melaksanakan pembelajaran matematika peminatan di kelas XI dalam pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan sinus dan kosinus dengan model PBL, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar siswa meningkat. Lebih bagus dibandingkan pembelajaran sebelumnya yaitu Xmin1 = 20, Xmin2 = 43; Xmaks1 = 100, X Maks2 = 91; 1= 59,83, 2 = 74,75; Mo1 = 62, Mo2= 64; S1 = 21,442, S2= 11,726. Dengan nilai standar deviasi S2<S1 atau 11,726<21,442, menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan model PBL dengan proses Inkuiri lebih baik dibandingkan sebelumnya. Praktik pembelajaran PBL yang berhasil baik ini penulis simpulkan sebagai sebuah best practice (praktik baik) pembelajaran berorientasi HOTS dengan model PBL pada pokok bahasan jumlah dan selisih sinus dan kosinus. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL dengan proses inkuiri berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Penerapan model pembelajaran PBL dan proses inkuiri ini juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving). Setelah mengadakan penelitian ini didapat bahwa Permasalahan penjumlahan dan penguragan sinus dan kosinus yang melibatkan sudut 90o. ternyata siswa menemukan kesimpulan bahwa untuk sudut 90o permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan karena menghasilkan cos 90o yang bernilai nol.


2021 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 184-193
Author(s):  
ARI SATRIANA

Fisika adalah cabang ilmu pengetahuan terdiri dari beberapa konsep dasar berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Inegrasi ilmu fisika diharapkan menjadi fondasi dalam membangun bangsa menyongsong era Revolusi industri 4.0 yang mensyaratkan sumber daya manusia berkualitas dengan ketrampilan abad 21. Dalam pembelajaran fisika penguasaan pendekatan science, technology, engineering, and mathematic (STEM) menjadi sangat penting yang memungkinkan peserta didik mempelajari konsep akademik secara tepat dan berbasis pada masalah atau Problem-Based Learning (PjBL). Tujuan dibuatnya Best Practice penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan STEM adalah : 1) mendeskripsikan respon peserta didik, 2) mendeskripsikan peningkatan literasi teknologi dan literasi sain, dan 3) mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar Fisika peserta didik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari 2020 pada pembelajaran Fisika di kelas X Peminatan MIPA MAN 1 Yogyakarta. Pengumpulan data dengan metode teknik tes, observasi, angket, dokumentasi dan penilaian proyek/produk. Analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Rerata respon peserta didik sebesar 85% atau dengan kategori sangat baik, 2) Peningkatan rerata nilai literasi teknologi dari 41,93 menjadi 80,99 dan rerata literasi sain dari 53,52 menjadi 84,96, 3) Nilai rerata postes literasi teknologi sebesar 80,99 dan nilai rerata postes literasi sain sebesar 84,96 di mana nilai rerata hasil belajar ini melampaui nilai KKM (75). Dengan demikian, pembelajaran proyek berbasis masalah dengan pendekatan STEM dapat menunjukkan kepada peserta didik bagaimana konsep, prinsip, sains, teknologi, teknik, dan matematika digunakan secara terintegrasi untuk mengembangkan produk, proses, dan sistem yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, guru sebaiknya dapat merancang pembelajaran dengan langkah-langkah yang tepat sehingga pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document