scholarly journals FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA SISWA TAMAN KANAK-KANAK DI KECAMATAN DENPASAR BARAT

2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 77
Author(s):  
I Gde Made Swastika Dharmadi ◽  
Ni Wayan Arya Utami

ABSTRAK Kasus kelebihan berat badan merupakan salah satu masalah gizi terhadap masyarakat untuk semua umur terutama masyarakat di negara maju. Menurut beberapa penelitian, peningkatan jumlah kasus kelebihan gizi cenderung dialami oleh anak-anak prasekolah dan mereka berisiko menjadi orang dewasa yang kelebihan berat badan dan obesitas. Prevalensi anak yang kelebihan berat badan usia 3-6 tahun yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kasus anak prasekolah yang kelebihan berat badan. Penelitian ini menggunakan analisis cross-sectional dengan jumlah sampel 75 anak yang merupakan siswa di TK Denpasar barat; yang diambil dalam cluster sampling untuk menentukan sampel TK dan simple random sampling untuk menentukan ukuran sampel TK. Data dikumpulkan dengan metode wawancara dan dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi kasus anak TK kelebihan berat badan di TK Denpasar barat adalah 20%. Faktor nilai yang mempengaruhi kasus anak TK kelebihan berat badan adalah konsumsi makanan cepat saji (PR = 2,98; p <0,0131), aktivitas fisik ringan (PR = 4,17, P = 0,0008), pemberian ASI eksklusif (PR = 0,34 ; p = 0,0184), status gizi ibu (PR = 4,61; p = 0,0013),, status kerja ibu (PR = 2,68; p = 0,0356). Kolaborasi orang tua, partisipasi sekolah, dan lingkungan banjar diperlukan dalam pencegahan kelebihan berat badan sehingga mereka dapat berperan aktif dalam mencegah anak sejak dini. Selanjutnya, jika peneliti ingin melakukan yang serupa dengan penelitian ini, diharapkan bisa lebih baik dalam mengukur aktivitas fisik dan asupan gizi responden. Kata Kunci : Kelebihan Berat Badan, Taman Kanak-Kanak, ASI, Status Gizi Ibu, Konsumsi Makanan Cepat Saji

2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 67-75
Author(s):  
Septi Machelia Champaca Nursery ◽  
Lucia Andi Chrismilasari ◽  
Mariani Mariani

Latar Belakang : Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan usaha yang dilakukan untuk menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan. Rumah Sakit harus membangun sistem yang menjamin bahwa pelayanan yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat.  Keamanan Pasien di rumah sakit dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan benar. Kesalahan dalam identifikasi pasien diawal pelayanan akan berdampak pada kesalahan pelayanan pada tahap selanjutnya, salah satunya adalah kesalahan dalam pemberian obat. Pelaksanaan identifikasi pasien dengan benar dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya pengetahuan, sikap dan budaya keselamatan. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi pelaksanaan identifikasi pasien oleh perawat sebelum pemberian obat. Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel 43 orang perawat pelaksana, teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dan cluster sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan 17 item kuesioner pengetahuan, 12 item kuesioner sikap, 39 item kuesioner budaya keselamatan dan lembar observasi 8 item pernyataan, analisis data menggunakan analisa bivariat dengan uji Spearman Rank. Hasil : Hasil analisis bivariat faktor yang mempengaruhi pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat didapatka hasil, Correlation Coefficient (r) dan signifikansi (p)  =  (r) = 0,211 (p) = 0,174 (pengetahuan dan identifikasi pasien), (r) = 0,139 (p) = 0,372 (sikap dan identifikasi pasien), (r) = 0,483 (p) = 0,001 (budaya keselamatan dan identifikasi pasien). Kesimpulan : Faktor budaya keselamatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Tamiang Layang, sedangkan faktor pengetahuan dan sikap tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.  Kata Kunci : Identifikasi pasien, kesalahan pemberian obat, pengetahuan, sikap, budaya keselamatan.


2019 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 15
Author(s):  
Cucu Herawati

Latar Belakang: Kecacatan yang dialami oleh penderita kusta menyebabkan berbagai dampak diantaranya dampak sosial, psikologis, dan ekonomi. Dampak sosial yang dialami penderita yaitu terisolasi dari pergaulan karena adanya stigma dan dsikriminasi, masalah psikologis menimbulkan stres, cemas dan depresi, serta dampak ekonomi dapat meningkatkan kemiskinan karena kurangnya produktifitas penderita. Maka diperlukan upaya pencegahan supaya tidak mengalami cacat diantaranya dengan perawatan diri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pendidikan, pendapatan, tipe kusta, dan perawatan diri terhadap cacat tingkat II kusta. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain Cross Sectional. Total populasi 43 penderita dengan jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 35 responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik cluster sampling, untuk menentukan mana saja yang termasuk sampel dari tiap Puskesmas menggunakan teknik simple random sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan telaah dokumen. Hasil: Didapatkan tidak ada hubungan antara tipe kusta (p=0.234) dengan cacat tingkat II dan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan (p=0.042), pendapatan (p=0.009), dan perawatan diri (0.001) dengan cacat tingkat II di Kabupaten Cirebon Tahun 2019. Nilai OR perawatan diri sebesar 11.73 maka perawatan diri yang kurang mempunyai risiko 12 kali terjadinya cacat tingkat II dibandingkan dengan yang melakukan perawatan diri baik. Kesimpulan: Perlunya peningkatan peran aktif penderita untuk mencari informasi tentang penyakit kusta dan meningkatkan perilaku kebiasaan perawatan diri yang rutin untuk mencegah terjadinya cacat.


Author(s):  
Arina Anis Azlan ◽  
Mohammad Rezal Hamzah ◽  
Jen Sern Tham ◽  
Suffian Hadi Ayub ◽  
Abdul Latiff Ahmad ◽  
...  

Health literacy is progressively seen as an indicator to describe a nation’s health status. To improve health literacy, countries need to address health inequalities by examining different social demographic factors across the population. This assessment is crucial to identify and evaluate the strengths and limitations of a country in addressing health issues. By addressing these health inequalities, a country would be better informed to take necessary steps to improve the nation’s health literacy. This study examines health literacy levels in Malaysia and analyses socio-demographic factors that are associated with health literacy. A cross-sectional survey was carried out using the HLS-M-Q18 instrument, which was validated for the Malaysian population. Multi-stage random sampling strategy was used in this study, utilising several sampling techniques including quota sampling, cluster sampling, and simple random sampling to allow random data collection. A total of 855 respondents were sampled. Our results showed that there were significant associations between health literacy and age, health status, and health problems. Our findings also suggest that lower health literacy levels were associated with the younger generation. This study’s findings have provided baseline data on Malaysians’ health literacy and provide evidence showing potential areas of intervention.


Author(s):  
Arindam De ◽  
Indu Padmey ◽  
Debakar Halder ◽  
Eashin Gazi ◽  
Aditya Prasad Sarkar ◽  
...  

Background: Domestic injury is an injury, which takes place in the home or in its immediate surroundings and more generally, all injury not connected with traffic, vehicles or sport. It is a worldwide public health problem. Geriatric population is more vulnerable to domestic injury. Objectives of this study are to estimate the incidence and to identify the correlates, if any, of domestic injuries among geriatric population and to study the consequences of domestic injuries among study subjects.Methods: Community-based descriptive study with longitudinal design. Multistage random sampling was adopted in the study. One block was selected by simple random sampling method then cluster sampling method (30/7) was used considering village as cluster. Three cross-sectional surveys were conducted in study subjects. Data was collected with the help of pre-designed, pre-tested, semi-structured schedule by paying house-to-house visits and review of records.Results: The subjects under study comprised of 210 elderly individuals, out of which 27 faced domestic injuries and three study subjects faced injury twice in study period. So, total number of injured was 30. Incidence rate was calculated to be 142.85 injuries per thousand persons per year. Fall was most common type of domestic injury. According to the consequence of injury, impairment was found in 13 cases out of them two injured cases were suffered from permanent disability.Conclusions: Incidence was estimated to be higher than what was found in other studies. Fall was the most common type of domestic injury. Marital status, use of central nervous system depressant drugs and co-morbidities were found to have positive association with injury. 


2021 ◽  
Author(s):  
Arina Anis Azlan ◽  
Mohammad Rezal Hamzah ◽  
Tham Jen Sern ◽  
Suffian Hadi Ayub ◽  
Abdul Latiff Ahmad ◽  
...  

AbstractHealth literacy is progressively seen as an indicator to describe a nation’s health status. To improve health literacy, countries need to address health inequalities by examining different social demographic factors across the population. This assessment is crucial to identify and evaluate strengths and limitations of a country in addressing health issues. By addressing these health inequalities, a country would be better informed to take necessary steps to improve the nation’s health literacy. This study examines health literacy levels in Malaysia and analyses socio-demographic factors that are associated with health literacy. A cross-sectional survey was carried out using the HLS-M-Q18 instrument which was validated for the Malaysian population. Multi-stage random sampling strategy was used in this study utilising several sampling techniques including quota sampling, cluster sampling and simple random sampling to allow random data collection. A total of 855 respondents were sampled. Results found significant associations between health literacy and age, health status and health problems. Findings also suggest that lower health literacy levels were found to be associated with the younger generation. The findings of this study have provided baseline data of the health literacy of Malaysians and provide evidence toward potential areas of intervention.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 373
Author(s):  
Tri Kusuma Dewi ◽  
Elsi Dwi Hapsari ◽  
Purwanta Purwanto

Premenstrual Syndrome dan Premenstrual Dysphoric Disorder merupakan gangguan yang terjadi pada remaja pada periode menstruasi.Gangguan ini menyebabkan terganggunya kegiatan harian bahkan dapat menurunkan kualitas hidup remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui presentase remaja yang mengalami gejala premenstrual syndrome dan premenstrual dysphoric disorder serta akibatnya di kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif cross sectional. Pengambilan data dilakukan di 3 SMA yang ada dikota Yogyakarta. Pemilihan 3 SMA tersebut didapatkan dari cluster sampling yaitu mengelompokkan SMA yang ada di Yogyakarta kedalam 4 kelompok yaitu SMA Negeri, SMA khusus putri, SMA Yayasan Keagamaan dan SMA Yayasan Non Keagamaan, namun untuk SMA khusus putri peneliti tidak mendapatkan izin penelitan dari sekolah. Setelah mengelompokkan SMA teknik sampling yang digunakan yaitu simple random sampling sehingga di dapatkan 3 SMA.Pengambilan data dilakukan pada siswi kelas 2 dengan teknik total sampling, dengan sample 233 responden.Analisa data menggunakan analisa univariat dengan SPSS 21 yang berlisensi resmi. Hasil analisa data mendapatkan hasil remaja yang mengalami gejala PMS sebanyak 99 remaja atau 42,5% dan yang mengalami gejala PMDD sebanyak 55 remaja atau 23,6%. Gejala fisik yang paling banyak dialami remaja adalah nyeri otot dan persendiaan sedangkan pada gejala psikologis dan tingkah laku yang paling banyak dialami remaja adalah mudah marah. Gejala yang dialami remaja mengganggu belajar sehingga 52,8% remaja tidak dapat mengikuti pelajaran secara efektif.


2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 68-72
Author(s):  
Umi Nadhiroh ◽  
Anjarwati Ajarwati

Anemia due to iron deficiency was the most common problem suffered by women. Around 41,4% - 66,7% young womens in Indonesia suffered from anemia. A preliminary study  at STIKES ‘Asyiyah Yogyakarta showed that 7 out of 10 respondents have anemia with 9 of them have good eating habits. One of the reason of iron deficiency caused by their eating behavior. Instead of choosing foods based on the taste rather than nutritional consideration. This condition would affected on the student’s concentration ability. The research aim was to find the eating behavior and the anemia cases among adolescents at STIKES ‘Asyiyah Yogyakarta. . This was a quantitative descriptive research with cross sectional approach. The cluster sampling was used by simple random sampling. The analysis results showed 29 of 30 respondents have good eating behavior but 26 of them have anemia. Based on the finding, the adolescent suggested to put their concern more about the quality and quantity of food that will consume and take blood booster tablets especially during menstruation.


2014 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 56
Author(s):  
Putri Zalika Laila M.K

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah sekelompok sindrom yang berkaitan erat yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah. Pada umumnya faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner adalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan tekanan darah dengan kejadian penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI periode Januari-Desember 2012. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional di bagian ilmu penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI dan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan cara pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Dari 200 subjek penelitian, penyakit jantung yang mempunyai hipertensi sebanyak 100 dan yang tidak hipertensi sebanyak 100. Hasil analisis didapatkan jumlah pada subjek hipertensi yang terkena penyakit jantung koroner sebesar 64(64%) sedangkan pada non hipertensi yang terkena penyakit jantung koroner didapatkan sebanyak 32(32%). Rasio prevalensi didapatkan adalah 2,00 dengan interval kepercayaan 95% antara 1,450-2,758. Hasil analisis chi-squeare didapatkan nilai X2 didapatkan hasil 19,251 dan nilai p: 0,000 yang artinya ada hubungan faktor risiko antara hipertensi dengan penyakit jantung koroner dengan taraf significant sangat bermakna. Hipertensi merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner, penderita hipertensi berisiko 2 kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner.


2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Dina Athanmika

<p>Merokok adalah perilaku penggunaan .Wabah tembakau atau rokok telah meracuni dan membunuh 4 juta penduduk dunia setiap tahunnya.  Berdasarkan laporan WHO tahun 2008 ditemukan 24,1% remaja pria Indonesia adalah perokok. Konsumsi rokok di Indonesia meningkat lebih cepat dibandingkan negara-negara lain. Pada kelompok umur 10-14 tahun, jumlah perokok meningkat dari 0.3% menjadi 1.4% dalam kurun waktu 18 tahun (1995-2013), dan pada kelompok umur 15-19 tahun terjadi peningkatan dari 7,1% ke 18,3%.  Hasil Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa terdapat 30,3% perokok aktif di Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok didalam rumah Kelurahan Tarok Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun 2014.Penelitian menggunakan desain <em>cross sectional</em>. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga  perokok yang berada di Kelurahan Tarok Kecamatan Payakumbuh   Utara   dengan   jumlah   sampel   162   responden   dan   dipilih menggunakan teknik Simple Random Sampling. Pengolahan data menggunakan analisis univariat dan bivariat (Uji Chi-Square).Hasil analisis univariat didapatkan sebagian besar (89,5 %)  responden mempunyai perilaku merokok, 62,3% responden memiliki sikap negatif, terdapat 51,2% responden memiliki <em>perceive behavioral </em>yang tinggi, dan 56,8 % responden memiliki peran ibu rumah tangga yang tidak optimal. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peran ibu rumah tangga (p = 0,032 ; OR = 3,6), tidak ada hubungan sikap (p = 0,958 ; OR =1,18) dan <em>perceive behavioral </em>(p = 0,152 ; OR = 2,5) dengan perilaku merokok didalam rumah.penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan peran ibu rumah tangga terhadap perilaku merokok. menjalin kerjasama dengan tokoh masyarakat   dalam memberikan informasi dan pengetahuan kepada warga berupa penyuluhan kesehatan tentang merokok agar dapat menghentikan kebisaan merokok didalam rumah.</p>


2018 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 72
Author(s):  
Retno Dewi Noviyanti ◽  
Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati

Kelompok anak sekolah (7-12 tahun) merupakan kelompok rentan gizi. Pada umumnya kelompok ini berhubungan dengan perkembangan yang cepat dalam proses intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang aktif, yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah relatif besar. Sarapan pagi merupakan faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar anak di sekolah. Sarapan pagi mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi anak sekolah, karena dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran di sekolah, sehingga prestasi belajar menjadi baik. Sarapan menyumbangkan energi sebesar 25% dari kebutuhan gizi sehari. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta. Metode penelitian adalah cross-sectional. Penelitian dilakukan pada siswa dengan usia 9-12 tahun sebanyak 56 anak. Teknik samplingnya adalah simple random sampling. Data kebiasaan sarapan pagi diperoleh dengan wawancara, data prestasi belajar diperoleh dari nilai ulangan harian. Analisis data menggunakan uji Fisher Exact. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar siswa melakukan sarapan pagi sebesar 78,6%, prestasi belajar sebagian besar dengan kategori tuntas sebesar 85,7% dengan nilai rata-rata 84,4 ± 8,09 SD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document