scholarly journals The Description of Eating Behavior and Anemia in Adolescents at STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 68-72
Author(s):  
Umi Nadhiroh ◽  
Anjarwati Ajarwati

Anemia due to iron deficiency was the most common problem suffered by women. Around 41,4% - 66,7% young womens in Indonesia suffered from anemia. A preliminary study  at STIKES ‘Asyiyah Yogyakarta showed that 7 out of 10 respondents have anemia with 9 of them have good eating habits. One of the reason of iron deficiency caused by their eating behavior. Instead of choosing foods based on the taste rather than nutritional consideration. This condition would affected on the student’s concentration ability. The research aim was to find the eating behavior and the anemia cases among adolescents at STIKES ‘Asyiyah Yogyakarta. . This was a quantitative descriptive research with cross sectional approach. The cluster sampling was used by simple random sampling. The analysis results showed 29 of 30 respondents have good eating behavior but 26 of them have anemia. Based on the finding, the adolescent suggested to put their concern more about the quality and quantity of food that will consume and take blood booster tablets especially during menstruation.

2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 143
Author(s):  
Wiwiek Andajani ◽  
Djoko Rahardjo

Avocado fruit is one of 10 fruits that can relieve stress, because it contains hormones and nutrients that can have a calming effect on the body. East Java Province is one of the centers for fruit production in Indonesia, including avocado fruit center, precisely in Ngliman Village, Sawahan District, Nganjuk Regency. However, this does not guarantee the high income of avocado farmers, which is caused by, among other things, price fluctuations during the harvest season, unoptimal farming management, pest attacks, and others. The purpose of this study was to determine the farmer income of avocado farming, and the factors that influence it, as well as the factors that most influence the income of avocado farming. Using quantitative descriptive research methods and deliberately choosing the research area in Ngliman Village, the research was conducted in a leading area of avocado farming in Sawahan District, Nganjuk Regency. Sampling method employed a simple random sampling of avocado farmers who have been producing for more than 10 years. From the results of the analysis, it can be seen that the income of avocado farmers in one year per hectare was IDR 9,624,550, and the land area factor affecting the income of avocado farming.Buah alpukat adalah salah satu dari 10 macam buah-buahan yang dapat meredakan stress, karena mengandung hormon dan nutrisi yang dapat memberikan efek tenang pada tubuh. Propinsi Jawa Timur adalah salah satu sentra produksi buah-buahan di Indonesia, diantaranya sentra buah alpukat, tepatnya yaitu di Kabupaten Nganjuk, Kecamatan Sawahan, Desa Ngliman. Namun demikian belum menjamin tingginya pendapatan petani alpukat, yang disebabkan antara lain, fluktuasi harga pada musim panen, belum maksimalnya pengelolaan usahataninya, adanya serangan hama, dan lain sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan usahatani alpukat, dan untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya, serta untuk mengetahui faktor produksi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman atau lama usahatani, dan luas lahan) yang paling berpengaruh terhadap pendapatan usahatani alpukat. Menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, dan secara sengaja memilih daerah penelitian di Desa Ngliman, karena merupakan daerah unggulan penghasil buah alpukat di Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk. Pengambilan sampel secara simple random sampling terhadap petani alpukat yang sudah berproduksi lebih dari 10 tahun. Dari hasil analisis dapat diketahui pendapatan petani alpukat dalam satu tahun per hektarnya sebesar Rp9.624.550-, dan faktor luas lahan saja yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani alpukat.


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 67-75
Author(s):  
Septi Machelia Champaca Nursery ◽  
Lucia Andi Chrismilasari ◽  
Mariani Mariani

Latar Belakang : Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan usaha yang dilakukan untuk menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan. Rumah Sakit harus membangun sistem yang menjamin bahwa pelayanan yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat.  Keamanan Pasien di rumah sakit dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan benar. Kesalahan dalam identifikasi pasien diawal pelayanan akan berdampak pada kesalahan pelayanan pada tahap selanjutnya, salah satunya adalah kesalahan dalam pemberian obat. Pelaksanaan identifikasi pasien dengan benar dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya pengetahuan, sikap dan budaya keselamatan. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi pelaksanaan identifikasi pasien oleh perawat sebelum pemberian obat. Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel 43 orang perawat pelaksana, teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dan cluster sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan 17 item kuesioner pengetahuan, 12 item kuesioner sikap, 39 item kuesioner budaya keselamatan dan lembar observasi 8 item pernyataan, analisis data menggunakan analisa bivariat dengan uji Spearman Rank. Hasil : Hasil analisis bivariat faktor yang mempengaruhi pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat didapatka hasil, Correlation Coefficient (r) dan signifikansi (p)  =  (r) = 0,211 (p) = 0,174 (pengetahuan dan identifikasi pasien), (r) = 0,139 (p) = 0,372 (sikap dan identifikasi pasien), (r) = 0,483 (p) = 0,001 (budaya keselamatan dan identifikasi pasien). Kesimpulan : Faktor budaya keselamatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Tamiang Layang, sedangkan faktor pengetahuan dan sikap tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.  Kata Kunci : Identifikasi pasien, kesalahan pemberian obat, pengetahuan, sikap, budaya keselamatan.


2019 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 15
Author(s):  
Cucu Herawati

Latar Belakang: Kecacatan yang dialami oleh penderita kusta menyebabkan berbagai dampak diantaranya dampak sosial, psikologis, dan ekonomi. Dampak sosial yang dialami penderita yaitu terisolasi dari pergaulan karena adanya stigma dan dsikriminasi, masalah psikologis menimbulkan stres, cemas dan depresi, serta dampak ekonomi dapat meningkatkan kemiskinan karena kurangnya produktifitas penderita. Maka diperlukan upaya pencegahan supaya tidak mengalami cacat diantaranya dengan perawatan diri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pendidikan, pendapatan, tipe kusta, dan perawatan diri terhadap cacat tingkat II kusta. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain Cross Sectional. Total populasi 43 penderita dengan jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 35 responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik cluster sampling, untuk menentukan mana saja yang termasuk sampel dari tiap Puskesmas menggunakan teknik simple random sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan telaah dokumen. Hasil: Didapatkan tidak ada hubungan antara tipe kusta (p=0.234) dengan cacat tingkat II dan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan (p=0.042), pendapatan (p=0.009), dan perawatan diri (0.001) dengan cacat tingkat II di Kabupaten Cirebon Tahun 2019. Nilai OR perawatan diri sebesar 11.73 maka perawatan diri yang kurang mempunyai risiko 12 kali terjadinya cacat tingkat II dibandingkan dengan yang melakukan perawatan diri baik. Kesimpulan: Perlunya peningkatan peran aktif penderita untuk mencari informasi tentang penyakit kusta dan meningkatkan perilaku kebiasaan perawatan diri yang rutin untuk mencegah terjadinya cacat.


2021 ◽  
Vol 44 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Fillah Fithra Dieny ◽  
Deny Yudi Fitranti ◽  
Firdananda Fikri Jauharany ◽  
A Fahmy Arif Tsani

The female athlete triad (FAT) is a syndrome that occurs in female athletes who have a combination of 3 related conditions and are associated with sports. The aimed of this study to analyze the relationship between iron deficiency and the state of the female athlete triad (FAT) in female athletes. The design of this study was cross sectional with 80 subjects of female athletes aged 12-18 years from various sports, who were taken by simple random sampling. The research was conducted at the Central Java Student Center for Education and Sports Training (BPPLOP). Bivariate analysis was performed using the Spearman test. Based on Ferritin, as many as 15 subjects (18.25%) had iron deficiency anemia, and FAT syndrome was not found in the subjects, however, when each sign was seen, 20 percent were classified as polimenorrhea and oligomenorrhea, and 37.5 percent experienced eating disorders. There were a significant relationship between iron deficiency based on serum ferritin (p = 0.015; r = 0.273) and Hb levels (p = 0.002; r = 0.337) with the component of athlete's bone density. However, iron deficiency (based on serum Ferritin and Hb levels) did not show a significant association with menstrual cycle disorders and eating disorders (p 0.05). Female Athlete Triad has not been found among subjects, but athletes have experienced eating behavior disorders, menstrual cycle disorders and the risk of low bone density. Iron deficiency is associated with decreased bone density in young female athletes. ABSTRAK Female athlete triad (FAT) merupakan suatu syndrom yang terjadi pada atlet wanita yang memiliki kombinasi dari 3 kondisi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan olahraga. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan defisiensi besi dengan keadaan female athelete triad (FAT) pada atlet remaja putri. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan 80 subjek atlet putri berusia 12-18 tahun dari berbagai cabang olahraga yang diambil secara simple random sampling. Penelitian dilakukan di Balai Pemusatan Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (BPPLOP) Jateng. Analisis univariat untuk mendeskripsikan data berupa distribusi dan persentase. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Spearman. Berdasarkan data serum ferritin, sebanyak 15 subjek (18,25%) mengalami anemia defisiensi besi, namun belum ditemukan kejadian FAT pada subjek, tetapi bila dilihat masing masing tanda sebanyak 20 persen tergolong polimenorea dan oligomenorea, serta 37,5 persen mengalami gangguan perilaku makan. Ada hubungan yang signifikan antara defisiensi besi berdasarkan serum ferritin (p=0,015; r=0,273) dan kadar Hb (p=0,002; r=0,337) dengan komponen kepadatan tulang atlet. Namun defisiensi besi (bedasarkan serum Ferritin dan Kadar Hb) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan gangguan siklus menstruasi dan gangguan perilaku makan (p0,05). FAT belum ditemukan pada atlet remaja putri, namun atlet sudah ada yang mengalami gangguan perilaku makan, gangguan siklus menstruasi dan risiko kepadatan tulang rendah. Defisiensi besi berhubungan dengan menurunnya kepadatan tulang atlet remaja putri.Kata kunci: atlet; remaja putri; defisiensi besi; female athlete triad (FAT) 


2016 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 187
Author(s):  
Nindy Maulidya ◽  
Miftahul Arifin ◽  
Ida Yuliana

 Abstract: Chronic kidney disease (CKD) is a chronic, slow progressing disease that become the main health problem in society. This disease  has many etiology. Anemia is one of CKD’s complication. Mean corpuscular hemoglobin (MCH) is an index of erythrocytes. MCH can Seeing the color quantity, ie normochromic and hypochromic.This research aims on finding the type of anemia due to CKD using mean corpuscular hemoglobin (MCH) in RSUD Ulin Banjarmasin from July to September 2015. This is an observational analytic descriptive research with cross sectional approach. Samples were taken using simple random sampling. 100 samples with GFR < 15 ml/sec/1,73 m3 or creatinin level > 6 mg/dL that haven’t been hemodialyzed before. Based on hemoglobin levels, the results were mostly at levels of 7-9 g /dl at 53 %. Results showed that 70% of samples had normochromic anemia, while the other 30% had hypochromic anemia. The conclusion of this research is using a type of anemia MCH at CKD many get on normocromic anemia.Keywords: anemia, chronic kidney Disease (CKD), normochromic, hypochromic. Abstrak:Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan masalah utama kesehatan di masyarakat yang merupakan perkembangan penyakit yang lama dan progresif serta memiliki etiologi yang beragam. Anemia merupakan salah satu komplikasi yang terjadi pada GGK. Mean corpuscular hemoglobin (MCH) merupakan indeks eritrosit yang dapat melihat kuantitas warna, yaitu normokromik dan hipokromik. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran jenis anemia menggunakan MCH pada gagal ginjal kronik di RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional, subjek penelitian adalah pasien GGK dengan kreatinin > 6 mg/dL yang belum menjalani hemodialisis pada periode Juli-September 2015, sampel dipilh menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan jumlah sampel 100. Berdasarkan kadar hemoglobin, terbanyak pada kadar 7-9 g/dl yaitu 53 orang (53%). Hasil menunjukkan bahwa jenis anemia pada GGK terbanyak  adalah 70 orang (70%) pada anemia normokromik dan 30 orang (30%) pada anemia hipokromik. Kesimpulan penelitian ini adalah jenis anemia menggunakan MCH pada GGK banyak di dapatkan pada jenis anemia normokromik. Kata-kata kunci:  anemia, gagal ginjal kronik (GGK), normokromik, hipokromik.


2020 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
Author(s):  
Siti Tiara Romadhoni ◽  
Erma Mexcorry Sumbayak ◽  
Anna Maria Dewajanthi

Masalah gizi pada anak perlu mendapat perhatian karena pengaruhnya yang besar terhadap tumbuh kembang anak. Faktor-faktor yang memengaruhi status gizi antara lain aktivitas fisik, asupan energi yang berlebihan dan pengeluaran energi yang tidak seimbang yang menyebabkan kelebihan berat badan. Selain aktivitas fisik, perilaku makan turut berperan dalam terjadinya masalah gizi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas fisik dan perilaku makan dengan status gizi pada anak sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan simple random sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 96 siswa sekolah SDI Al-Falaah Ciputat (usia 9-12 tahun). Kuesioner Baecke Physical Activities dan Child Eating Behavior yang telah divalidasi digunakan untuk pengumpulan data. Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas (aktivitas fisik dan perilaku makan) terhadap variabel terikat (status gizi). Hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara aktivitas fisik dan status gizi. Siswa dengan aktivitas fisik rendah memiliki status gizi di atas normal. Siswa penghindar makanan cenderung memiliki status gizi yang lebih rendah, sedangkan siswa penyuka makanan berstatus obesitas. Analisis bivariat menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan aktivitas fisik dan perilaku makan terhadap status gizi anak SD Islam Al-Falaah Ciputat.


Author(s):  
Arina Anis Azlan ◽  
Mohammad Rezal Hamzah ◽  
Jen Sern Tham ◽  
Suffian Hadi Ayub ◽  
Abdul Latiff Ahmad ◽  
...  

Health literacy is progressively seen as an indicator to describe a nation’s health status. To improve health literacy, countries need to address health inequalities by examining different social demographic factors across the population. This assessment is crucial to identify and evaluate the strengths and limitations of a country in addressing health issues. By addressing these health inequalities, a country would be better informed to take necessary steps to improve the nation’s health literacy. This study examines health literacy levels in Malaysia and analyses socio-demographic factors that are associated with health literacy. A cross-sectional survey was carried out using the HLS-M-Q18 instrument, which was validated for the Malaysian population. Multi-stage random sampling strategy was used in this study, utilising several sampling techniques including quota sampling, cluster sampling, and simple random sampling to allow random data collection. A total of 855 respondents were sampled. Our results showed that there were significant associations between health literacy and age, health status, and health problems. Our findings also suggest that lower health literacy levels were associated with the younger generation. This study’s findings have provided baseline data on Malaysians’ health literacy and provide evidence showing potential areas of intervention.


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 147
Author(s):  
Alivia Norma Yusintha ◽  
Adriyanto Adriyanto

Background: In Indonesia, underweight and overweight is a problem that is still common in adolescent girl. Many factors that determine the nutritional status of adolescent girl such as eating behavior and body image. Changes in eating behavior in adolescent girl are caused they have a negative body image. Adolescent girl want to have a tall and slim body.Objective: This study was conducted to analyze the relationship between eating behavior and body image with nutritional status of adolescent girl aged 15-18 years.Methods: This study was an observational analytic study using cross sectional design on 93 adolescent girl who selected by simple random sampling. The data were collected using an Adolescent’ Food Habit Checklist (AFHC) questionnaire, body image generated using a Body Shape Questionnaire (BSQ) questionnaire, and anthropometric data.Results: The results showed that most adolescent girl had good eating behavior ((57%), positive body image (80.6%), and normal nutritional status (72%). There was a relationship between eating behavior (p=0.013) and body image (p=0.002) with nutritional status of adolescent girl.Conclusion: Adolescent girl who have good eating behavior and positive body image have good nutritional status. Adolescent girl are expected to serve out good eating behavior such as getting breakfast and often consume vegetables and fruits to create a good nutritional status as well.ABSTRAKLatar Belakang: Di Indonesia, masalah gizi kurang dan gizi lebih adalah masalah yang masih sering terjadi di usia remaja terutama pada remaja putri. Banyak faktor yang menentukan status gizi remaja putri seperti perilaku makan dan citra tubuh. Perubahan perilaku makan pada remaja putri dikarenakan mereka memiliki citra tubuh yang negatif. Remaja putri ingin memiliki tubuh yang tinggi dan langsing.Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara perilaku makan dan citra tubuh dengan status gizi remaja putri usia 15-18 tahun.Metode: Penelitian ini adalah observasional analitik menggunakan studi cross sectional pada 93 remaja putri yang dipilih secara simple random sampling. Data yang dikumpulkan adalah terkait perilaku makan yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner Adolescent Food Habit Checklist (AFHC), citra tubuh yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner Body Shape Questionnaire (BSQ), dan data antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan.Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar remaja putri memiliki perilaku makan yang baik (57%), citra tubuh positif (80,6%), dan status gizi normal (72%). Terdapat hubungan antara perilaku makan (p=0,013) dan citra tubuh (p=0,002) dengan status gizi remaja putri usia 15-18 tahun.Kesimpulan: Remaja putri yang memiliki perilaku makan yang baik dan citra tubuh positif memiliki status gizi yang baik. Remaja putri diharapkan dapat menjalani perilaku makan yang baik seperti membiasakan sarapan dan sering mengonsumsi sayur dan buah agar tercipta status gizi yang baik pula. 


Author(s):  
Arindam De ◽  
Indu Padmey ◽  
Debakar Halder ◽  
Eashin Gazi ◽  
Aditya Prasad Sarkar ◽  
...  

Background: Domestic injury is an injury, which takes place in the home or in its immediate surroundings and more generally, all injury not connected with traffic, vehicles or sport. It is a worldwide public health problem. Geriatric population is more vulnerable to domestic injury. Objectives of this study are to estimate the incidence and to identify the correlates, if any, of domestic injuries among geriatric population and to study the consequences of domestic injuries among study subjects.Methods: Community-based descriptive study with longitudinal design. Multistage random sampling was adopted in the study. One block was selected by simple random sampling method then cluster sampling method (30/7) was used considering village as cluster. Three cross-sectional surveys were conducted in study subjects. Data was collected with the help of pre-designed, pre-tested, semi-structured schedule by paying house-to-house visits and review of records.Results: The subjects under study comprised of 210 elderly individuals, out of which 27 faced domestic injuries and three study subjects faced injury twice in study period. So, total number of injured was 30. Incidence rate was calculated to be 142.85 injuries per thousand persons per year. Fall was most common type of domestic injury. According to the consequence of injury, impairment was found in 13 cases out of them two injured cases were suffered from permanent disability.Conclusions: Incidence was estimated to be higher than what was found in other studies. Fall was the most common type of domestic injury. Marital status, use of central nervous system depressant drugs and co-morbidities were found to have positive association with injury. 


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 77
Author(s):  
I Gde Made Swastika Dharmadi ◽  
Ni Wayan Arya Utami

ABSTRAK Kasus kelebihan berat badan merupakan salah satu masalah gizi terhadap masyarakat untuk semua umur terutama masyarakat di negara maju. Menurut beberapa penelitian, peningkatan jumlah kasus kelebihan gizi cenderung dialami oleh anak-anak prasekolah dan mereka berisiko menjadi orang dewasa yang kelebihan berat badan dan obesitas. Prevalensi anak yang kelebihan berat badan usia 3-6 tahun yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kasus anak prasekolah yang kelebihan berat badan. Penelitian ini menggunakan analisis cross-sectional dengan jumlah sampel 75 anak yang merupakan siswa di TK Denpasar barat; yang diambil dalam cluster sampling untuk menentukan sampel TK dan simple random sampling untuk menentukan ukuran sampel TK. Data dikumpulkan dengan metode wawancara dan dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi kasus anak TK kelebihan berat badan di TK Denpasar barat adalah 20%. Faktor nilai yang mempengaruhi kasus anak TK kelebihan berat badan adalah konsumsi makanan cepat saji (PR = 2,98; p <0,0131), aktivitas fisik ringan (PR = 4,17, P = 0,0008), pemberian ASI eksklusif (PR = 0,34 ; p = 0,0184), status gizi ibu (PR = 4,61; p = 0,0013),, status kerja ibu (PR = 2,68; p = 0,0356). Kolaborasi orang tua, partisipasi sekolah, dan lingkungan banjar diperlukan dalam pencegahan kelebihan berat badan sehingga mereka dapat berperan aktif dalam mencegah anak sejak dini. Selanjutnya, jika peneliti ingin melakukan yang serupa dengan penelitian ini, diharapkan bisa lebih baik dalam mengukur aktivitas fisik dan asupan gizi responden. Kata Kunci : Kelebihan Berat Badan, Taman Kanak-Kanak, ASI, Status Gizi Ibu, Konsumsi Makanan Cepat Saji


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document