Kondisi Ideologis dan Derajat Keteramalan
Abstrak: Analisa Wacana Kritis (AWK - Critical Discourse Analysis) dewasa ini menjadi metodologi yang banyak dipakai untuk penelitian di bidang media dan masalah-masalah sosial, budaya dan politik, terutama untuk membongkar bentuk-bentuk dominasi, ketidakadilan, diskriminasi atau ketidakbebasan. Wacana sebagai praksis sosial mencerminkan kehidupan masyarakat yang diwarnai retorika, manipulasi dan penyesatan. Karena itu, AWK mau menganalisis praksis wacana yang mengonstruksi masalah ketidakberesan sosial tersebut dan meneliti bagaimana ideologi dibekukan dalam bahasa agar akhirnya bisa mencairkannya. Menurut penulis, AWK mengandung tiga kelemahan epistemologis yang cukup mendasar: pertama, posisi metodologis yang mendorong agar peneliti memihak kepada korban dan mereka yang membutuhkan perubahan berimplikasi pada kondisi ideologis pendekatan ini. Kedua, pendekatan multidisiplin, tanpa disertai syarat-syarat rigoris dalam penggunaan teori-teori lain, menempatkan derajat keteramalan AWK dipertanyakan. Ketiga, rigoritas ilmiah dianggap tidak ketat karena para pionernya masih menggunakan konsep yang beragam untuk menunjuk fenomen yang sama. Kata-kata Kunci: Wacana, ideologi, teks, intertekstualitas, interdiskursivitas, praksis sosial, konstruksi, keteramalan, rekontekstualisasi, genre dan gaya. Abstract: At present, Critical Discourse Analysis (CDA) is widely used as the preferred methodology for research in domain of media as well as in sociological, cultural and political fields. This method serves as an instrument of deconstruction for injustice, discrimination, abuse of power, and limitation of freedom. Discourse as social praxis reflects the social life embedded by rhetoric, manipulation and misleading. Thus, the task of CDA is to analyze the discourse praxis that constructs social problem and to investigate how ideology has been frozen firmly in language and how to unfrozen it. In my opinion, CDA risks to be trapped in three epistemological weaknesses that consist of, first, the methodological standpoint that encourages reseachers to take a position in favor of the victim or those who need a change, tends to be bound by ideological condition. Second, the need for multidisciplinary approach without requiring rigorous conditions in adopting theoretical references entails the weakness of its predictability. Third, there is a lack of scientific rigorism as indicated by the use of different concepts by the CDA pioneers to point to a similar phenomenon. Keywords: Discourse, ideology, text, intertextuality, interdiscursivity, social praxis, construction, predictability, recontextualization, genre and style.