TARBIYA Journal of Education in Muslim Society
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

164
(FIVE YEARS 55)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 0)

Published By Lp2m Universitas Islam Negeri (Uin) Syarif Hidayatullah Jakarta

2442-9848, 2356-1416

2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 96-107
Author(s):  
Zulfiani Zulfiani ◽  
Iwan Permana Suwarna ◽  
Abdul Muin

AbstractThe development of competency assessments that measure 21st century competencies is critical for improving the quality of education. The purpose of this research is to describe a framework and prototype for assessing Math and Science or Math-Sci competency skills in the twenty-first century. The method of development research employed in this study is based on the Akker framework, which entails preliminary research, prototyping, design, and development in a paper and pencil test format. The equipment of the investigation included observation sheets, questionnaires, and tests. This study results in a conceptual framework for the instrument and a verified prototype of the Math-Sci competence evaluation. The Math-Sci competence evaluation is conceptualized around thematic, interdisciplinary questions that integrate three (three) subjects, namely Science (Biology-Physics) and Mathematics, in an Islamic context. Math-Sci, using the ladder analogy (monodisciplinary, interdisciplinary 1, and interdisciplinary 2) to rank students' competency, relates to the thought process of Bloom's taxonomy, the context, and the complexity of the topic. The instrument created was deemed valid and practicable based on the results of expert validation. The development of the Math-Sci competence assessment instrument was the first step toward strengthening assessment for learning and assisting in the improvement of learning through the presentation of integrated contextual problems. AbstrakPengembangan asesmen kompetensi yang membekalkan kecakapan abad 21 sangat urgent untuk memperbaiki proses pembelajaran di sekolah. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan framework dan prototype asesmen kompetensi Math-Sci untuk mengukur keterampilan abad 21. Metode penelitian pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada framework Akker yang meliputi penelitian pendahuluan, prototipe yang meliputi desain, dan pengembangan dalam format paper and pencil test. Instrumen penelitian berupa lembar observasi, angket, dan tes. Hasil penelitian diperoleh kerangka konseptual instrumen dan prototipe asesmen kompetensi Math-Sci yang telah divalidasi melalui expert judgment. Kerangka konseptual asesmen kompetensi Math-Sci berupa soal-soal tematik, interdisipliner yang memadukan 3 (tiga) disiplin ilmu yakni IPA (Biologi-Fisika) dan Matematika pada konteks keIslaman. Math-Sci dengan analogi titian anak tangga (monodisiplin, interdisiplin 1, dan  interdisiplin 2) yang mengukur kompetensi peserta didik secara hierarki mengacu pada proses berpikir taksonomi Bloom, konteks dan kompleksitas masalah. Hasil validasi pakar diperoleh instrumen soal yang dikembangkan valid dan layak. Pengembangan instrumen asesmen kompetensi Math-Sci merupakan langkah awal upaya menguatkan asesmen for learning, membantu memperbaiki pembelajaran, bersifat inovatif dengan menghadirkan permasalahan kontekstual integratif.  How to Cite: Zulfiani, Suwarna, I.P., Suwarna, Muin, A. (2021). Framework and Prototype Development of Mathsci Instruments for Measuring 21st Century Skills in Islamic Context. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 8(1), 96-107. doi:10.15408/tjems.v8i1.22120.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 1-19
Author(s):  
Zulkipli Lessy ◽  
Abd Rachman Assegaf ◽  
Sangkot Sirait

AbstractThis study recruited participants from UIN Sunan Kalijaga and Universitas Sanata Dharma in Yogyakarta and the University of Sydney, and the University of Western Sydney in Australia and aimed at investigating whether policies are implemented as a bridge to accommodate disabled students for admission and academic pursuits. In this combined policy research and case study, individual, group, and policymaker interviews were conducted. The findings indicate that, while university policymakers admit students with special needs, a lack of academic advocates among faculty has hampered understanding of pertinent policies. As a result, some lecturers do not pay attention to inclusiveness. There are environmental impediments, a dearth of services throughout the enrollment process, a lack of faculty competencies, and a paucity of information in syllabi indicating where impaired students can access resources. In Australia, colleges are more forthright about accommodating students with special needs during the enrolling process and during class time. Both campuses have disability assessment clinics. However, some are more physically and centrally positioned to facilitate impaired students who self-refer for services. The purpose of this paper is to argue that genuinely inclusive education is not segregated schooling that separates 'normal' pupils from those with special needs. For authentic inclusion, disabled populations require considerate, if not extraordinary, care and services.  AbstrakPenelitian ini merekrut partisipan  di UIN Sunan Kalijaga dan Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta serta University of Sydney dan University of Western Sydney di Australia dan bertujuan untuk investigasi apakah kebijakan sebagai sarana untuk mengakomodasi mahasiswa difabel pada proses pendaftaran dan pencapaian akademik. Penelitian kebijakan dan studi kasus ini dilakukan melalui serangkaian interview dengan individu, kelompok, pembuat kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun para pengambil kebijakan menjamin penerimaan mahasiswa dengan kebutuhan khusus, lemahnya dukungan para pengajar telah mengurangi perhatian penerapan kebijakan yang relevan. Akibatnya, beberapa pengajar kurang menaruh perhatian pada inklusivitas. Terdapat halangan lingkungan, kurangnya layanan selama proses pendaftaran dan kompetensi para pengajar, serta kurangnya petunjuk dalam silabus menjelaskan dimana mahasiswa difabel mengakses sumber-sumber yang diperlukan. Kampus-kampus di Sydney lebih transparan dalam memfasilitasi mahasiswa difabel selama proses pendaftaran dan kuliah. Terdapat banyak pusat layanan, beberapa secara struktural terpusat di kampus untuk diakses. Artikel ini berargumentasi bahwa pendidikan inklusif itu bukan sistem kelas yang memisahkan mahasiswa ‘normal’ dari yang berkebutuhan khusus. Untuk inklusi, mahasiswa difabel perlu digandeng dan mendapatkan pengajaran dan layanan yang memadai.How to Cite: Lessy, Z., Assegaf, A. R., Sirait, S. (2021). Inclusive Education at Faith-Based and Non-Faith Based Universities: A Policy, Teaching, and Curriculum Analysis. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 8(1), 1-15. doi:10.15408/tjems.v8i1.18992.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 20-43
Author(s):  
Pamela Cardinale ◽  
Muhammad Syaroni Rofi’i ◽  
Palupi Lindiasari Samputra ◽  
Ramadhani Achdiawa

AbstractIntolerance and extremism have recently increased in the academic atmosphere or among students. The purpose of this study was to discover the origins of intolerance and radicalism among students, identify the core cause of educational problems, and examine the role of cultural education in building the character of Indonesian students. The Delphi approach was used to assess data gathered from a variety of expert informants. The study's findings revealed four significant causes of intolerance and radicalization: personal factors, education, economic-social-political-cultural issues, and a lack of religious comprehension. The study also found that religious education is less in-depth, with less reading, weak persuasive logic, and a focus on binary truth. Cultural education begins with establishing superior national identity through the Pancasila character ("gotong-royong" or cooperation, empathy, and good critical-thinking abilities); fosters the habit of reading texts critically and comprehensively. Both serve as the foundation for pupils' capacity to solve complex challenges. This study makes recommendations for promoting pupils' religious belief in God and tolerance values. Intoleransi dan ekstremisme akhir-akhir ini meningkat di lingkungan akademik atau di kalangan mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asal mula intoleransi dan radikalisme di kalangan siswa, mengidentifikasi inti penyebab masalah pendidikan, dan mengkaji peran pendidikan budaya dalam membangun karakter siswa Indonesia. Pendekatan Delphi digunakan untuk menilai data yang dikumpulkan dari berbagai informan ahli. Temuan penelitian mengungkapkan empat penyebab signifikan intoleransi dan radikalisasi: faktor pribadi, pendidikan, masalah ekonomi-sosial-politik-budaya, dan kurangnya pemahaman agama. Studi tersebut juga menemukan bahwa pendidikan agama kurang mendalam, dengan bacaan yang kurang, logika persuasif yang lemah, dan fokus pada kebenaran biner. Pendidikan budaya diawali dengan pembentukan jati diri bangsa yang unggul melalui karakter Pancasila (“gotong-royong” atau kerjasama, empati, dan kemampuan berpikir kritis yang baik); menumbuhkan kebiasaan membaca teks secara kritis dan komprehensif. Keduanya berfungsi sebagai dasar bagi kapasitas siswa untuk memecahkan tantangan yang kompleks. Kajian ini memberikan rekomendasi untuk mempromosikan keyakinan agama siswa kepada Tuhan dan nilai-nilai toleransi.How to Cite: Cardinale, P., Rofi’I, M. S., Samputra, P. L., Achdiawan,  R. (2021). Enculturated Education for Strengthening Character Education in Preventing Intolerance and Radicalism. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 8(1), 20-43. doi:10.15408/tjems.v8i1.20359.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 66-81
Author(s):  
Fajri Zulia Ramdhani ◽  
Rusmayani Rusmayani ◽  
Kurniawati Kurniawati

AbstractThe delivery of Islamic Religious Education (PAI) in Bali has been fraught with difficulties, which have been exacerbated by the pandemic. This paper discusses 1) the realities of Islamic religious education in Bali, 2) the implementation of a special condition curriculum as a means of humanizing PAI education, and 3) the humanization of Islamic religious education in Bali during the COVID-19 pandemic. This research employed a qualitative phenomenological study, with data gathered through in-depth interviews with school principals, Islamic Religious Education teachers, and Muslim students' parents. The data is handled in stages that include data reduction, visualization, and verification. The findings indicate that: 1) The ratio of Islamic Religious Education teachers to pupils is imbalanced; some schools even lack Islamic Religious Education teachers, and numerous parents express dissatisfaction with online learning in PAI sessions. 2 ) Curriculum implementation for special/emergency situations; some schools have implemented it as a means of increasing learning effectiveness and efficiency, while others continue to use the national curriculum, despite teacher recognition that it is unproductive. 3) The special education curriculum is considered one of the first steps toward humanizing Religious Education Islam, which, in the face of poor online learning, must also be accompanied by teachers who are accessible to parents and students. AbstrakPenyelenggaraan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Bali penuh dengan kesulitan yang diperparah dengan adanya pandemi. tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki penggunaan kurikulum pengaturan khusus/darurat sebagai metode memanusiakan pendidikan. Tulisan ini membahas 1) realitas pendidikan agama Islam di Bali, 2) penerapan kurikulum kondisi khusus sebagai sarana memanusiakan pendidikan PAI, dan 3) humanisasi pendidikan agama Islam di Bali pada masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif fenomenologis, dengan data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, dan orang tua siswa Muslim. Penanganan data dilakukan secara bertahap yang meliputi reduksi data, visualisasi, dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Rasio guru PAI terhadap siswa tidak seimbang; beberapa sekolah bahkan kekurangan guru PAI, dan banyak orang tua menyatakan ketidakpuasan dengan pembelajaran online di sesi PAI. 2) Implementasi kurikulum untuk situasi khusus/darurat; beberapa sekolah telah menerapkannya sebagai sarana untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, sementara yang lain tetap menggunakan kurikulum nasional, meskipun diakui oleh guru bahwa kurikulum tersebut tidak produktif. 3) Kurikulum pendidikan luar biasa dianggap sebagai salah satu langkah awal untuk memanusiakan Pendidikan Agama Islam, yang dalam menghadapi pembelajaran online yang buruk, juga harus didampingi oleh guru yang dapat diakses oleh orang tua dan siswa.How to Cite: Ramdhani, F. Z., Rusmayani, Kurniawati. (2021). Humanizing Islamic Religious Education in Bali During the Covid-19 Pandemic. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 8(1), 66-81. doi:10.15408/tjems.v8i1.20636.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 108-118
Author(s):  
Lia Kurniawati ◽  
Ramdani Miftah ◽  
Kadir Kadir ◽  
Abdul Muin

AbstractMathematical literacy (ML) skill is important because the activities of everyday life are related to mathematics and require prompt and in-depth understanding. Therefore, this study aims to examine the ML skill of madrasah students in Indonesia both as a whole and based on the level of madrasah (MI, MTs, and MA). The sampling technique was then adopted Random Assignment, which obtained a total of 3,285 students from 26 regions in Indonesia. Furthermore, a qualitative descriptive method with a survey technique was used. The instrument used for the was the PISA design with an Islamic context in the form of a description. The results showed the ML skill of madrasah students in Indonesia has an average of 17.23%, with Madrasah Ibtidaiyah (MI) having 6.39%, Madrasah Tsanawiyah (MTs) with 20.01%, and Madrasah Aliyah (MA) with 25.29%. The low ML skill is because most of the students do not understand the context in the questions. The context in the assessment of this skill is important because it helps students to remember what they have learned, relate them to the problems, and offer a solution that fits the given context. Another cause is the lack of using problems that have the characters of PISA questions in the learning process. Therefore, the students are less trained in working on contextual questions and require high-level thinking.AbstrakKemampuan literasi matematis sangat penting karena kegiatan yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali yang berkaitan dengan matematika dan memerlukan pemahaman literasi dalam penyelesaiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan literasi matematis siswa madrasah di Indonesia baik secara keseluruhan maupun berdasarkan tingkat madrasah (MI, MTs, dan MA). Penelitian ini dilaksanakan di 26 wilayah yang ada di Indonesia dengan teknik sampling yang digunakan adalah Random Assignment dan diperoleh sampel penelitian sebanyak 3285 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik survey.  Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen tes kemampuan literasi matematis menggunakan desain PISA dengan konteks keislaman yang berbentuk uraian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi matematis siswa madrasah di Indonesia memiliki rata-rata 17, 23%. Kemampuan literasi matematis untuk siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebesar 6,39%, untuk siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebesar 20,01% dan untuk siswa Madrasah Aliyah (MA) sebesar 25,29%. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan literasi matematis siswa madrasah di Indonesia dikarenakan kebanyakan siswa tidak memahami konteks dalam soal. Konteks dalam penilaian literasi matematis merupakan hal yang sangat penting, sebab konteks membawa pola pikir siswa untuk mengingat ulang konsep-konsep yang telah dipelajarinya, menghubungkan dengan permasalahan yang ada dalam konteks, kemudian memformulasikan suatu solusi yang sesuai dengan konteks yang diberikan. Penyebab lain adalah kurangnya penggunaan masalah yang memiliki karakter seperti soal PISA dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang terlatih dalam mengerjakan soal yang kontekstual dan menuntut untuk berpikir tingkat tinggi.  How to Cite: Kurniawati, L. Miftah, R., Kadir, Muin,  A. (2021). Student Mathematical Literacy Skill of Madrasah in Indonesia with Islamic Context. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 8(1), 108-118. doi:10.15408/tjems.v8i1.3184.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 82-95
Author(s):  
Edona Jahiu

AbstractThis study examined and analyzed nine teachers' teaching practices with children in the sixth to seventh grades of primary school.   Effective teaching was discovered in this study to be dependent on three components of a classroom: 1) introduction – linking prior experience to the new issue; 2) sharing/discussing the primary topic; and 3) reflection/summarizing the lesson learned and new terms acquired. The findings indicated that students' learning and comprehension appeared to be contingent on the teacher's strategies for collaborating with students and constantly focusing their attention on the lesson (particularly on crucial features), which facilitated students' willingness to volunteer for discussion participation through open questions, constructive feedback, and so forth. Additionally, it provided teachers with insight on how to handle unforeseen classroom circumstances. For instance, numerous "attention-seeking" conflicts may arise, preventing the achievement of the objectives when time is spent on them. When reprimands and punishments are utilized, learners are reluctant to seek assistance or express their thoughts. Teachers must demonstrate their managerial competence by refraining to single out specific students in this situationAbstrakStudi ini meneliti dan menganalisis praktik mengajar sembilan guru dengan anak-anak di kelas enam hingga tujuh sekolah dasar. Pengajaran yang efektif ditemukan dalam penelitian ini bergantung pada tiga komponen ruang kelas: 1) pengantar – menghubungkan pengalaman sebelumnya dengan masalah baru; 2) berbagi/membahas topik utama; dan 3) refleksi/meringkas pembelajaran dan istilah-istilah baru yang diperoleh. Temuan menunjukkan bahwa pembelajaran dan pemahaman siswa tampaknya bergantung pada strategi guru untuk berkolaborasi dengan siswa dan terus-menerus memusatkan perhatian mereka pada pelajaran (terutama pada fitur-fitur penting), yang memfasilitasi kesediaan siswa untuk secara sukarela berpartisipasi dalam diskusi melalui pertanyaan terbuka, umpan balik yang membangun, dan sebagainya. Selain itu, ini memberi para guru wawasan tentang bagaimana menangani keadaan kelas yang tidak terduga. Misalnya, banyak konflik "mencari perhatian" mungkin muncul, mencegah pencapaian tujuan ketika waktu dihabiskan untuk itu. Ketika teguran dan hukuman digunakan, peserta didik enggan untuk mencari bantuan atau mengungkapkan pikiran mereka. Guru harus menunjukkan kompetensi manajerial mereka dengan menahan diri untuk memilih siswa tertentu dalam situasi ini.How to Cite: Jaihu, E. (2021). Teachers' Perspectives and Practices on Effective Teaching Methods and Strategies at a Primary School in Prishtina. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 8(1), 82-95. doi:10.15408/tjems.v8i1.20451.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 44-56
Author(s):  
Leis Suzanawaty ◽  
Muniaty Aisyah ◽  
Umiyati Umiyati

AbstractThe purpose of this study was to assess the influence of learning in a higher education institution and the type of institution, on the religiosity of Muslim Millennial students in Indonesia. In this study, religiosity is defined using an Islamic theoretical framework and divided into two sub-variables: hablumminallah and hablumminannas behavior, which serve as dependent variables hablumminallah behavior also serve as an intervening variable. Thus, this work used the Structural Equation Modeling technique using 292 samples to analyze direct and indirect influences. The findings indicated that higher educational institutions directly affect the habluminallah behavior, but not on the habluminannas behavior. While this has an indirect effect on hablumminannas behavior, it is mediated by hablumminallah behavior. It suggests that the level of students' hablumminallah behavior, which is high, makes the higher educational institutions potentially affect the students' hablumminannas too. Moreover, this study used the One-way Anova test to determine whether there are differences in the socio-religious milieu and student religiosity of Islamic and non-faith-based universities. The findings indicate that religious facilities are superior in non-faith-based universities to those in Islamic universities, whereas Islamic subject professors' roles and management support are identical. , there is no difference in the behavior of hablumminallah and hablumminannas students. This shows that if a university provides adequate religious facilities, both Islamic and non-faith-based universities will encourage students' religiosity similarly. AbstrakPenelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh perguruan tinggi terhadap religiusitas mahasiswa muslim milenial di Indonesia. Penelitian ini menggunakan kerangka teori dengan pendekatan Islami dimana religiusitas terbentuk dari dua sub variabel yaitu perilaku habluminallah dan hablumminannas sebagai variabel terikat, dimana perilaku hablumminallah juga sebagai variabel antara. Karenanya, untuk dapat menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung, penelitian ini menggunakan teknik Structural Equation Modelling dengan 292 sampel. data. Hasilnya menunjukkan bahwa secara langsung, perguruan tinggi hanya mempengaruhi perilaku habumminallah mahasiswa, namun tidak perilaku hablumminannasnya. Sedangkan secara tidak langsung, perguruan tinggi mampu mempengaruhi perilaku hablumminannas mahasiswanya yang dimediasi oleh perilaku hablumminallahnya. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku hablumminallah mahasiswa yang tinggi, menjadikan perguruan tinggi berpotensi mempengaruhi perilaku hablumminanas mahasiswanya pula. Penelitian ini juga melakukan uji One-way Anova untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan kondisi sosial keagamaan di lingkungan kampus dan perilaku religius mahasiswa di universitas Islam dengan di universitas Umum. Hasilnya menunjukkan bahwa fasilitas keagamaan di universitas Umum lebih tinggi dibandingkan universitas Islam. Yang mengejutkan, tidak terdapat perbedaan perilaku habluminallah maupun hablumminannas antara mahasiswa universitas Islam dengan Umum. Hal ini mengimplikasin bahwa, jika fasilitas keagamaan di lingkungan universitas memadai, maka baik universitas Islam maupun Umum akan efektif mempengaruhi religiusitas mahasiswanya.How to Cite: Suzanawaty, L., Aisyah, M., Umiyati. (2021). A Comparison of Muslim Millennial Students' Religiousity at Islamic and Non-Faith Based Universities. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 8(1), 44-56. doi:10.15408/tjems.v8i1.19210.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 57-65
Author(s):  
Rifda Shabrina ◽  
Uwes Anis Chaeruman ◽  
Indina Tarjiah

AbstractTahsin Quran is a method of learning to read the Quran that strives to increase the reader's ability to adhere to the guidelines established (tajwid). In tahsin Quran learning, teachers must pay close attention to students' letter pronunciation in the Quran, ideally face-to-face or in sync. However, the COVID-19 pandemic has necessitated online learning, requiring some alterations to its application. The purpose of this study was to determine how students respond to online Quran learning conducted virtually in one of South Tangerang's Quran learning facilities. Students are given questionnaires about instructor competencies, the substance of learning materials, and the efficiency of tahsin online learning, which are reinforced by an interview with one of the teachers, an institution member, and students. The results indicated that, based on student answers, the institution's implementation of tahsin Quran online learning has been highly successful, with some notes and inputs to consider to improve the quality of Quran online learning in the future.AbstrakTahsin Al-Qur’an merupakan pembelajaran membaca Al-Qur’an yang bertujuan untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’an agar sesuai dengan kaidah (tajwid) yang ditetapkan. Dalam pembelajaran tahsin Al-Qur’an, guru atau instruktur perlu memperhatikan ketepatan tiap siswanya dalam melafalkan huruf dalam Al-Qur’an sehingga pembelajaran idealnya dilakukan secara tatap muka atau sinkron. Namun pandemi COVID-19 mengharuskan pembelajaran dilaksanakan secara daring sehingga membutuhkan beberapa penyesuaian dalam pelaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana respon siswa pembelajaran tahsin Al-Qur’an online yang dilaksanakan secara virtual di salah satu lembaga pembelajaran Al-Qur’an di Tangerang Selatan. Kuesioner mengenai kemampuan guru, isi materi pembelajaran, dan efektifitas pembelajaran tahsin yang dilaksanakan secara online diberikan kepada siswa yang kemudian hasilnya dilengkapi dengan hasil wawancara kepada salah satu guru, pihak lembaga, dan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan respon siswa pembelajaran tahsin Al-Qur’an online yang dilaksanakan di lembaga tersebut telah berjalan sangat baik dengan beberapa catatan dan masukan yang perlu diperhatikan untuk peningkatan kualitas pembelajaran tahsin Al-Qur’an daring yang akan datang.How to Cite: Shabrina, R., Chaeruman, U. A., Tarjiah, I. (2021). Students’ Responses to Adapted Online Tahsin Quran Learning during the COVID-19 Pandemic. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 8(1), 57-65. doi:10.15408/tjems.v8i1.21715.


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 158-166
Author(s):  
Imam Bachtiar

AbstractMany studies reported that reading can improve academic achievements, critical thinking skills, confidence, social behavior, and all characters required by students to get a better job and better life. In the Disruption Era, however, many students are potentially disrupted by social media interactions that affected their reading habits. The present study was aimed to explore the reading habits of students in the printed textbook. The study was carried out in 2019, involving 469 students from three study programs of the Department of Mathematics and Science Education, i.e. Biology Education, Chemistry Education, and Physics Education. Data were collected using questionnaires in a convenience sampling method with a sample of about 70% of the population. Results show that 81% of students read printed textbooks two hours or less per day, and 53% spend less than one hour. There are a few students, however, who read textbooks more than four hours per day. Students' visit to the library is mostly (35%) 3-4 times per year and >5 times per year (33%). Reading for leisure is not very popular among the students. Multiple regression models showed that students' science textbooks, students' interest in information technology books, the number of literature read, and the number of bought-books significantly determine the duration of students' reading time. Potential methods to improve students' reading habits are discussed.AbstrakBanyak penelitian sudah melaporkan bahwa membaca dapat meningkatkan kemampuan akademis, ketrampilan berfikir kritis, perilaku sosial, dan semua karakter yang diperlukan mehasiswa untuk memperoleh pekerjaan yang bagus dan kehidupan yang lebih baik. Pada Era Disrupsi sekarang ini, banyak mahasiswa yang berpotensi terganggu oleh media interaksi sosial yang dapat mengganggu kebiasaan membaca mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kebiasaan membaca buku teks cetakan pada mahasiswa. Penelitian dilakukan pada tahun 2019, yang melibatkan 469 mahasiswa sebagai sampel dari tiga program studi di Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, yaitu Pendidikan Biologi, Pendidikan Kimia, dan Pendidikan Fisika. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dengan metode convinience sampling, dengan jumlah sampel sekitar 70% dari populasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 81% mahasiswa membaca buku cetakan dua jam atau kurang per hari, dan 53% membaca kurang dari satu jam per hari. Sebagian kecil mahasiswa mengaku membaca buku cetakan lebih dari empat jam per hari. Kunjungan mahasiswa ke perpustakaan umumnya 3-4 kali per semester (35%) dan >5 kali per semester (33%). Kegiatan membaca untuk hiburan tidak populer pada mahasiswa. Model regresi berganda menunjukkan bahwa minat mahasiswa terhadap buku sains, minat mahasiswa terhadap buku teknologi informasi, jumlah buku sastra yang dibaca, dan jumlah buku yang dibeli mahasiswa, merupakan empat variabel yang dapat memprediksi lama waktu membaca mahasiswa. Cara-cara yang potensial untuk meningkatkan kebiasaan membaca mahasiswa didiskusikan.


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 192-203
Author(s):  
Nurochim Nurochim

AbstractThis article aims to discuss the effect of economic civil servant teachers' achievement motivation to the organizational commitment in Jakarta High Schools. All this time, Commitment is always associated with motivation. Organisational commitment is a picture of an individual who identifies with the organisation and has a common goal. Organisational commitment does not come by itself but is influenced by factors such as motivation. Therefore, it becomes vital to examine further the effect of motivation, in this case, the achievement motivation of teachers concerning organisational commitment. This study applied quantitative research design with survey methods while employing a path analysis model to analyse the data. A total of 200 economic teachers from the Municipality of East Jakarta, Central Jakarta, West Jakarta, South Jakarta, and the Thousand Islands District joined this study. Sampling in this study was chosen by (simple random sampling) of the population. This study found that based on the results of the analysis and testing of the hypothesis, it can be found that achievement motivation has given a direct positive effect to organizational commitment. Based on this empirical evidence, it can be seen that this finding shows that achievement motivation is one of the variables that have a direct positive effect on organisational commitment.   AbstrakArtikel ini bertujuan untuk membahas pengaruh motivasi berprestasi guru PNS bidang ekonomi terhadap komitmen organisasi di SMA Negeri Jakarta. Selama ini Komitmen selalu dikaitkan dengan motivasi. Komitmen organisasi merupakan gambaran individu yang mengidentifikasikan diri dengan organisasi dan memiliki tujuan yang sama. Komitmen organisasi tidak datang dengan sendirinya tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti motivasi. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengkaji lebih jauh pengaruh motivasi dalam hal ini prestasi belajar guru terhadap komitmen organisasi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan metode survei dengan menggunakan model analisis jalur untuk menganalisis data. Studi ini diikuti oleh 200 guru ekonomi dari Kota Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Kabupaten Kepulauan Seribu. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dipilih dengan (simple random sampling) dari populasi. Penelitian ini menemukan bahwa berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diketahui bahwa motivasi berprestasi berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi. Berdasarkan bukti empiris tersebut dapat diketahui bahwa temuan ini menunjukkan bahwa motivasi berprestasi merupakan salah satu variabel yang berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi.  How to Cite:  Nurochim (2020).  The Effect of Achievement Motivation on Organizational Commitment in High School Level Of Education. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 7(2), 192-203. doi:10.15408/tjems.v7i2.15956.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document