scholarly journals ANALISIS POWER BUDGET JARINGAN KOMUNIKASI SERAT OPTIK DI PT.TELKOM AKSES MAKASSAR

2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 52-64
Author(s):  
Rahmania Rahmania

Dari suatu sistem komunikasi serat optik, kita tidak akan lepas dari perhatian anggaran daya (Power budget). Sistem komunikasi optik berjalan baik dan lancar apabila tidak kekurangan anggaran daya (Power budget) dan anggaran waktu bangkit (Rise time budget). Penelitian bertujuanuntuk mengetahui kelayakakan   jaringan akses pada cakupan area PT. Teklkom Akses Makassar  dengan menganalisis Power budget.Analisis Power budget ini sangat penting dilakukan secara berkala untuk menilai dan mengevaluasi kelayakan suatu jaringan komunikasi serat optik. Analisis Power budget dilakukan untuk jaringan komunikasi yang berada dalam cakupan area PT. Telkom Akses Fiber Zone KTI Makassar dan hanya ada 3 Link yang akan dianalisis,dari ke-tiga perhitungan Loss bahwa kondisi ke-tiga jaringan komunikasi yang berada dalam cakupan area PT. Telkom Akses Fiber Zone KTI  Makassar masih menghasilkan nilai Loss yang kecil kecuali untuk core nomor 8,12,13,15 pada Link 1 ODP-Bal-Fef, nomor 5,8,10 pada Link 2 dan nomor 1,2,6,8,10,12 pada Link 3 yang merupakan special case dan dari perhitungan Power Budget juga terlihat bahwa nilai Loss hasil pengukuran masih berada dalam batas standarisasi yang ditentukan dan nilai Margin yang dihasilkan oleh ke-tiga jaringan akses tersebut masih sangat positif dan masih berada dalam batas standarisasi. Berdasarkan data hasil pengukuran dan hasil analisis perhitungan tersebut dapat diprediksi bahwa pertumbuhan degradasi kualitas link paling cepat akan terjadi pada link 2 dimana link ini akan mengalami penambahan atenuator atau repeater baru yang lebih cepat dari link lainnya.

2017 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Tri Nopiani Damayanti ◽  
Hasanah Putri

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa perbandingan unjuk kerja transmisi teknologi GEPON dan GPON pada jaringan Fiber to the Building (FTTB). Pembahasan perbandingan menggunakan kedua teknologi PON tersebut untuk melihat performansi yang terbaik untuk di aplikasikan pada gedung bertingkat X menggunakan passive splitter dua tingkat dengan rasio perbandingan passive splitter maksimum 1:16. Unjuk kerja transmisi disimulasikan berdasarkan parameter link power budget, rise time budget serta nilai Bit Error Rate (BER) untuk kelayakan sistem jaringan. Perhitungan Unjuk jaringan dibagi menjadi bagian yaitu arah downstream dan arah upstream. Hasil perhitungan didapatkan pada arah downstream jarak terjauh, link GEPON menghasilkan nilai redaman sebesar 22.81 dB, BER sebesar 7x 10-29 dan nilai rise time sebesar 0,2506 ns. Pada link GPON memiliki redaman sebesar 25.94 dB, BER sebesar 3.62955 x 10-12 dan nilai rise time sebesar 0.25 ns. Pada arah upstream jarak terjauh, link GEPON menghasilkan nilai redaman sebesar 4.65 dB, dengan nilai BER ≈ 0 ,dan nilai rise time sebesar,2061 ns. Pada GPON memiliki redaman sebesar 4.65 dB, BER ≈ 0 dan nilai rise time sebesar 0,260 ns. Berdasarkan hasil unjuk kinerja kedua teknologi tersebut dapat disimpulkan bahwa unjuk kinerja teknologi GPON lebih baik dibandingkan teknologi GEPON untuk aplikasikan di jaringan optik gedung bertingkat.


2018 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 43
Author(s):  
I Putu Yuda Pramana Putra ◽  
Pande Ketut Sudiarta ◽  
Gede Sukadarmika

The purpose of this study is to compare the existing optical network conditions that use point to point technology with GPON network designed for Udayana University campuses area in Bukit Jimbaran Bali. The Existing optical network is currently able to serve only 14 buildings from 77 existing productive buildings due to the limited number of available optical cores.. It means in order to connect each building at the campuses area, it is required much more optical fiber. Alternatively is using Gigabit Passive Optical Network (GPON) technology. This research was conducted by analyzing the condition of the existing optical network and designing the GPON network. Here are compared some network feasibility parameters ie Link Power Budget, Rise Time Budget and Bit Error Rate. Then compare the use of cores, the number of subscribers as well as device estimation and transmission costs. The study found that to connect all of the buildings are GPON configuration required only 22 optical cores, compared to 154 cores for eksisting network designs. However, the GPON design has lower network quality but is simpler and much more economical if it is implemented for a wide network.


2020 ◽  
Author(s):  
moh.fatkuroji

AbstrakSerat optik merupakan media transmisi yang dapat menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dan teknologinya disebut JARLOKAF (Jaringan Lokal Akses Fiber). Salah satu perkembangan JARLOKAF yaitu FTTH (Fiber To The Home). Pembangunan jaringan FTTH menggunakan teknologi GPON. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan analisis jaringan FFTH berteknologi GPON dengan parameter daya transmisi di Optical Line Terminal, daya receiver, redaman kabel serat optik, konektor, passive splitter, dan sambungan. Hal tersebut dilakukan dengan metode link power budget. Setelah itu dilakukan pengembangan jaringan FTTH dengan merancang jalur distribusi sebanyak tiga opsi dan menganalisis menggunakan metode link power budget dan rise time budget. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah Meranti dengan 40 pelanggan terakhir memiliki Pr sensitivitas rata-rata uplink (downlink), yakni -23,8 dBm (- 23,6 dBm) sehingga margin daya yang didapatkan adalah 4,1 dBm untuk uplink dan 4,3 dBm untuk downlink. Sedangkan pada perencanaan pengembangan jaringan Meranti didapatkan bahwa opsi kedua menjadi opsi yang terbaik dengan jarak total 5,422 km memiliki Pr sensitivitas terbesar, yakni -25,8 dBm untuk uplink dan -25,2 dBm untuk downlink sehingga margin daya yang didapatkan adalah 2,2 dBm untuk uplink dan 2,8 untuk downlink dan rise time total sebesar 0,258 ns untuk uplink dan 0,283 ns untuk downlink.Kata kunci : Jaringan FTTH, GPON, Link Power Budget, Rise Time Budget


2017 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 21-30
Author(s):  
Noptin Harpawi

Jaringan fiber optik sangat diperlukan sebagai media komunikasi untuk mendukung program smart city.Optik diperlukan karena memiliki kelebihan berupa keunggulan dalam hal kecepatan dan kapasitas transfer data. Perancangan ini dilakukan untuk kawasan Sudirman kota Pekanbaru. Tools yang digunakan dalam perancangan adalah aplikasi Optisystem. Dari hasil perancangan ini didapatkan nilai redaman< -23 dB, rise time mengikuti kode NRZ (70%) , SNR 21,5 dB, dan BER 10-9 bps yang sesuai dengan standar. Perbandingan antara nilai standar dari lembaga ITU-T didapat hasil yang memenuhi ketentuan yang telah diberikan, seperti nilai rise time budget yang tidak lebih dari 17 ps, nilai BER yang tidak lebih besar dari 10-9 bps, nilai link power budget yang tidak lebih dari 23 dBm dan nilai SNR yang tidak kurang dari 21.5 dB.


2016 ◽  
Vol 15 (02) ◽  
pp. 111-119
Author(s):  
Maria Enggar Santika ◽  
Eva Yovita Dwi Utami ◽  
Budihardja Murtianta

Migrasi dari jaringan akses tembaga menuju jaringan akses optik maupun penggelaran baru jaringan akses serat optik menjadi solusi bagi penyedia layanan telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan akan layanan suara, data dan video yang terintegrasi atau triple play services. Dalam makalah ini dilaporkan analisis perencanaan jaringan akses serat optik FTTH berbasis GPON di PT Telkom pada Cluster Kruing Raya STO Banyumanik Semarang. Perencanaan jaringan berdasarkan demand pelanggan dan kelayakan jaringan yang digelar diuji menggunakan parameter Link Power Budget, Rise Time Budget dan Signal-to-Noise-Ratio (SNR). Dalam perencanaan dan penggelaran dibutuhkan satu ODC (Optical Distribution Cabinet) dan 17 ODP (Optical Distribution Pack) dengan jumlah demand sebesar 132. Hasil perhitungan parameter Link Power Budget yaitu total redaman yang dihasilkan pada user 1 sebesar 21,5276 dB sedangkan user 2 sebesar 21,5276 dB, kedua redaman ini memenuhi standar yang ditentukan oleh PT Telkom yaitu maksimal sebesar 28 dB. Parameter Rise Time Budget pada user 1 menghasilkan 0,2124 ns dan untuk user 2 sebesar 0,21221 ns. Kedua hasil tersebut masih berada di bawah batas nilai waktu sistem NRZ sebesar 0,28011 ns. Parameter SNR pada user 1 didapatkan sebesar 20,6457 dB dan user 2 sebesar 24,128 dB. Hasil tersebut memenuhi batas yang telah ditentukan oleh PT Telkom yaitu lebih dari sama dengan 20 dB.


Author(s):  
Okses Efriyanda ◽  
Delsina Faiza ◽  
Ahmaddul Hadi

This study aims to analyze the performance of a fiber optic communication system to link Batusanggkar – Lintau PT.Telkom. The tools used are the OTDR and optical power meter. Type of optical fiber used is an optical fiber with G.655. Core optical fiber studied as much as 8 cores. The average attenuation of each core generated based on the OTDR is 0.22139 dB/km, while the average attenuation measurements of each core based power meter that is 0.236075 dB/km. Average attenuation OTDR and power meter still below the values ​​calculated in reference to the ITU-T standard is 0.285448 dB/km. Results of power link budget calculations on each core with a cable length of 34,665 km with total average attenuation of each core 9.84019 dB and output power received is -8.51019 dBm receiver, then the value of the link power budget calculations compared with Rx transmitting device sensitivity (-27 dBm = 0.002 mW), where the value of the calculation is smaller than the Rx sensitivity. It can be concluded that the performance of an optical fiber communication system to link Batusanggkar - Lintau which has worked well and normal. While the rise time budget analysis results indicate that the value of the overall system rise time exceeds the maximum standard of 35% RZ bit period of 10 Gbps bit rate is 35 ps (53,689 ps> 35 ps). Keywords: OTDR, Power Meter, Core, Link Power Budget, Rise Time Budget


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 257
Author(s):  
Efan Nuari ◽  
Iskandar Fitri ◽  
Nurhayati Nurhayati

Researchers will be designing the access network Fiber To The Home (FTTH) on the technology of Gigabit Passive Optical Network (GPON). The location that became the case study was the National University of Block IV, where the network speed at the site was slightly reduced speed. The purpose is to get the design of an access service network that is expected to be implemented for triple play services. Starting with data collection of data. The Fiber To The Home (FTTH) network design determining device specification, layout and number of devices used and simulated using Optisystem application. Then in the analysis based on predefined parameters in the form of BER (Bit Error Rate), Link Power Budget, and Rise Time Budget that meet the optical network with the standard of PT. Telkom. The results of the BER value has fulfilled the minimum BER value specified for fiber optic is 10-9 and for parameter Q – Factor obtained value 9,32288 so that has been meets the standard because it shows values above 6


Author(s):  
Siska Aulia ◽  
Silvia Fitri ◽  
Aprinal Adila Asril

Pada tugas akhir ini dirancang suatu jaringan Fiber To The Home ( FTTH) di Kelurahan Surau Gadang yang mana daerah tersebut dilakukan perancangan dan pengukuran performasi jaringan dimana standar yang digunakan sesuai dengan PT. ICON+. Tata cara yang digunakan dalam perancangan ini ialah penen- tuan posisi, pengumpulan informasi, serta perancangan memakai aplikasi Google Earth serta OptiSystem. Hasil dari perbandingan antara pengukuran OptiSystem dan pengukuran di lapangan didapatkan hasil redaman yang berbeda, dimana hasil pengukuran pada OptiSystem pelanggan dengan jarak terjauh menghasilkan daya terima sebesar -18.277 dBm sedangkan untuk pengukuran di lapangan pelanggan dengan jarak terjauh menghasilkan daya terima sebesar -18.52 dBm. Parameter Rise Time Budget didapatkan dari perhitungan ialah 0. 029 ns yang sudah memenuhi stndar kelayakan ialah tidak lebih dari 0. 219 ns sedangkan nilai Bit Error Rate pada simulasi ialah 8.11464 x 10-33 yang sudah memenuhi standar kelayakan ialah tidak lebih dari 10-9. Nilai Signal To Noise Ratio (SNR) merupakan 50.044831 dB yang pula penuhi standar minimal SNR ialah 21.5 dB. Dari hasil perhi- tungan serta hasil simulasi didapatkan nilai-nilai yang masih memenuhi standar kelayakan jaringan Fiber To The Home sehingga rancangan layak buat diimplementasikan.


2017 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 60
Author(s):  
I Putu Gede Yudha Pratama ◽  
Gede Sukadarmika ◽  
Pande Ketut Sudiartha

Abstrak-Perancangan jaringan ini berpusat pada sebuah mall baru yang akan dibangun pada daerah Tuban, Bali. Yang dimana mall berada pada pada luas tanah 6,981 m2. Perancangan ini menggunakan sistem IndiHome (100% fiber) dengan menggunakan GPON (Gigabyte Passive Optical Network) sebagai teknologinya. Perancangan jaringan ini, dimulai dengan perhitungan demand dan menghitung kebutuhan traffik tiap calon tenant yang akan dibagi menjadi 3 kategori jenis tenant. Dilanjutkan dengan proses merancang struktur jaringan yang dimulai dari penyambungan kabel pada closure sebanyak 48 core hingga sampai pada ONT (Optical Network Termination). Hasil analisis dengan menggunakan parameter Power Link Budget diperoleh total redaman untuk uplink dan downlink masing-masing sebesar 23,84 dB dan 23,574 dB. Margin Daya didapat sebesar 4,16 dBm. Sedangkan, Rise Time Budget diperoleh sebesar 0,25 ns untuk uplink dan 0,22 ns untuk downlink. Nilai tersebut masih dibawah standard maksimum rise time yaitu sebesar 0,5833 ns.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document