scholarly journals Profile of FTIR (Fourier Transform Infra Red) and Comparison of Antioxidant Activity of Coffee with Tiwai (Eleutherine americana Merr)

2022 ◽  
Author(s):  
Bernatal Saragih ◽  
Maulida Rahmawati ◽  
Arif Ismanto ◽  
Frederic Morado Saragih
2018 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 162-166
Author(s):  
Wiwi Winarti ◽  
Partomuan Simanjuntak ◽  
Muhammad Fahmi Syahidin

Buah andaliman, (Zanthoxylum acanthopodium DC),banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai bumbu makanan dan obat tradisional seperti obat sakit perut, tonikum, dan anti mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa yang berkhasiat sebagai antioksidan dari ekstrak buah andaliman. Ekstraksi dilakukan secara maserasi kinetik menggunakan pelarut n-heksan, dan etil asetat. Ekstrak kental yang diperoleh kemudian diuji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal bebas menggunakan DPPH. Sebagai kontrol positif digunakan vitamin C. Selanjutnya dilakukan pemurnian dengan kromatografi kolom sampai diperoleh isolat EA.X.6.1 yang mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi. Hasil uji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat buah andaliman mempunyai aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 66,91 bpj, dan isolat EA.X.6.1 yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC50 sebesar 135,58 bpj. Berdasarkan hasil analisis dengan spektrofotometri UV-Vis, spektrofotometri Fourier Transform Infra Red (FT- IR) dan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (KG-SM) diduga senyawa aktif antioksidan yang terdapat dalam ekstrak etil asetat buah andaliman adalah 2-metoksi-4-vinilfenol.   Andaliman fruit, (Zanthoxylum acanthopodium DC), is widely consumed by people as a food spice and traditional medicine to treat stomach pain, tonic, and as anti-microbial drugs. This study aimed to identify compounds that wereefficacious as antioxidants of andaliman fruit extract. The extraction was performed by kinetic maceration method using n-hexane and ethyl acetate. Then, the crude was tested for its antioxidant activity by free radical DPPH scavenging method. Vitamin C was used as  a positive control. Furthermore, the extract was purified by column chromatography to obtain isolate  EA.X.6.1 which has the highest antioxidant activity. The results of evaluation on antioxidant activity by free radical DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)scavenging method showed that ethyl acetate andaliman fruit extract revelaed antioxidant activity with IC50value of 66,91 bpj and isolate EA.X.6.1 which showed the highest antioxidant activity with IC50value of 135,58 bpj. Based on analysis using UV-Vis spectrophotometer, spectrophotometer Fourier Transform Infra Red (FT- IR) and Gas Chromatography- Mass Spectrophotometry (GC-MS), it was considered that antioxidant chemical active compound in ethyl acetate andaliman fruit extract was 2-methoxy-4-vinylphenol


2020 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
Author(s):  
Nova . ◽  
Edi Suryanto ◽  
Lidya I. Momuat

Telah dilakukan pengujian potensi aktivitas antioksidan serat pangan dari ampas empulur sagu baruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antioksidan dari ampas empulur sagu baruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ampas empulur sagu baruk tidak mengalami perubahan mendasar pada komponen utama selama penggilingan ditunjukkan pada hasil spektra Fourier Transform Infra Red (FT-IR). Hasil analisis Particle Size Analysis (PSA) menunjukkan ukuran partikel dari ampas empulur sagu baruk sebesar 92,89 µm. Analisis X-ray Difraction (XRD) menunjukkan adanya karakteristik dari selulosa yang merupakan bagian dari serat pangan tak larut. Hasil pengujian serat pangan didapatkan bahwa ampas empulur sagu baruk memiliki serat pangan total sebesar 68,71% yang meliputi 66,58% serat pangan tak larut dan 2,12% serat pangan larut. Kadar serat pangan tak larut meliputi kadar selulosa, hemiselulosa dan lignin yaitu 50,7%; 29,16%; dan 11,67% secara berturut-turut. Hasil pengujian aktivitas antioksidan metode DPPH dari ekstrak fenolik terikat (EFT) dan fenolik bebas (EFB) ampas empulur sagu baruk menunjukkan aktivitas antioksidan sebesar 66,20% EFB dan 50,97% EFT. Adapun kemampuan penangkal ion nitrit dari sampel ampas sagu baruk kering angin memiliki potensi menangkal ion nitrit sebesar 55,20% EFB dan 50,15% EFT.ABSTRACT Potential antioxidant activity of food fiber from barley sago pith pulp has been tested. This research studies the antioxidant potential of barley sago pith pulp. Fourier Transform Infra Red (FT-IR). The results showed the fact that the barley sago pith pulp did not change the basis of the main components during grinding evaluating the spectral results. The results of the analysis of Particle Size Analysis (PSA) showed that the particle size of the pith sago waste was 92.89 μm. X-ray Difraction (XRD) analysis shows the characteristics of cellulose which is part of insoluble dietary fiber. Food fiber test results were obtained from barley sago pith pulp having a total food fiber of 68.71% which contained 66.58% insoluble food fiber and 2.12% soluble food fiber. Insoluble dietary fiber content includes cellulose, hemicellulose and lignin levels that is 50.7%; 29.16%; and 11.67% consistently. The results of testing the antioxidant activity of DPPH method from phenolic extracts (EFT) and free phenolic (EFB) barley pith pulp showed antioxidant activity of 66.20% EFB and 50.97% EFT. Whereas the ability to prevent nitrite ions from dried barago sago pulp samples has the ability to counteract nitrite ions by 55.20% EFB and 50.15% EFT.


2020 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
Author(s):  
Christina Tang Dareda ◽  
Edi Suryanto ◽  
Lidya I. Momuat

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik fisikokimia dan potensi antioksidan serat pangan dari daging buah pala. Parameter yang digunakan adalah komposisi proksimat, serat pangan, kandungan hemiselulosa, selulosa, lignin, karakteristik gugus fungsi, aktivitas antioksidan, dan kapasitas penangkal nitrit. Hasil  karakteristik  secara  fisik  dengan analisis  Fourier Transform Infra Red (FT-IR) menunjukkan  adanya  daerah serapan gugus –OH, -CH, -CH2, C-O-C yang merupakan identifikasi adanya selulosa pada sampel. Hasil analisis Particle Size Analysis (PSA) menunjukkan ukuran partikel dari daging buah pala 137.08 µm. Analisis X-ray Difraction (XRD) menunjukkan adanya karakteristik dari selulosa dari sampel daging buah pala. Hasil karakterisasi secara kimia menunjukkan komposisi kimia dari daging buah pala seperti air (9.11%), abu (3.43%), lemak (1.81%), protein (4.04%), serat kasar (17.57%), serat pangan tak larut (48.61%), serat pangan terlarut (1.67%), serat pangan total (50.28%), hemiselulosa (10.72%), selulosa (15.66%) dan lignin (19.09%). Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak fenolik bebas daging buah pala lebih besar dibandingkan dengan ekstrak fenolik terikat daging buah pala dan aktivitas penangkal nitrit dari daging buah pala menunjukkan bahwa ekstrak fenolik bebas daging buah pala lebih besar dibandingkan dengan ekstrak fenolik terikat daging buah pala.ABSTRACT The purpose of this study was to determine the physicochemical characteristics and antioxidant potential of food fiber from nutmeg meat. The parameters used are proximate composition, dietary fiber, hemicellulose content, cellulose, lignin, functional group characteristics, antioxidant activity, and nitrite repellent capacity. The results of physical characteristics with Fourier Transform Infra Red (FT-IR) analysis showed the absorption area of the -OH, -CH, -CH2, C-O-C groups which was an identification of cellulose in the sample. The results of the Particle Size Analysis (PSA) show the particle size of the nutmeg flesh 137.08 µm. X-ray Difraction (XRD) analysis showed the characteristics of cellulose from nutmeg meat samples. Chemical characterization results showed the chemical composition of nutmeg meat such as water (9.11%), ash (3.43%), fat (1.81%), protein (4.04%), crude fiber (17.57%), insoluble food fiber (48.61% ), dissolved food fiber (1.67%), total food fiber (50.28%), hemicellulose (10.72%), cellulose (15.66%) and lignin (19.09%). The results of antioxidant activity testing showed that the extract of phenolic-free nutmeg was greater than the phenolic extract bound to nutmeg meat and the nitrite-antidote activity of nutmeg showed that the phenolic extract of nutmeg-free flesh was greater than that of phenolic extract bound to nutmeg meat. 


2021 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
Author(s):  
Yosep Rudol Parinding ◽  
Edi Suryanto ◽  
Lidya Irma Momuat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan aktivitas antioksidan serat pangan dari tepung biji alpukat yang diekstraksi menggunakan gelombang ultrasonik dengan pelarut etanol dan aquades. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu mikronisasi, ekstraksi dan karakterisasi. Parameter yang digunakan adalah komposisi proksimat, serat pangan, kandungan hemiselulosa, selulosa, lignin, karakteristik gugus fungsi, aktivitas antioksidan dan kapasitas penangkal nitrit. Hasil karakterisasi secara fisik tepung biji alpukat yang diekstraksi dengan etanol (EBA) dan aquades (ABA) dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR) tidak mengalami perubahan mendasar pada komponen utama setelah proses penggilingan dan ekstraksi secara sonikasi. Hasil karakterisasi secara kimia menunjukkan EBA mengandung komposisi kimia seperti air (7,94%), abu (1,87%), protein (5,32%), lemak (0,47%) serat pangan tak larut (18,40%), serat pangan larut (0,24%), serat pangan total (18,64%), hemiselulosa (42,69%), selulosa (4,35%) dan lignin (15,14%). ABA mengandung air (8,84%), abu (1,64%), protein (5,20%), lemak (0,79%) serat pangan tak larut (17,79%), serat pangan larut (0,37%), serat pangan total (18,16%), hemiselulosa (37,71%), selulosa (5,47%) dan lignin (20,08%). Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak fenolik terikat EBA (95,93%) tertinggi diikuti oleh ekstrak fenolik terikat ABA (92,22%), ekstrak fenolik bebas EBA (85,04%) dan ekstrak fenolik bebas EBA (77,51%).ABSTRACTThe objectives of this research were to determine the characteristics and antioxidant activity of dietary fiber from avocado seed powder extracted using ultrasonic waves with ethanol and aquades as solvents. This research consisted of 3 stages, namely micronization, extraction and characterization. The parameters used were proximate composition, dietary fiber, hemicellulose content, cellulose, lignin, functional group characteristics, antioxidant activity and nitrite-scavenging capacity. The results of physical characterization of avocado seed flour extracted with ethanol (EBA) and distilled water (ABA) with Fourier Transform Infra Red (FTIR) did not experience a fundamental change in the main components after the milling and extraction process by sonication. The results of chemical characterization showed that EBA contained chemical compositions such as water (7,94%), ash (1,87%), protein (5,32%), fat (0,47%) insoluble dietary fiber (18,40%), soluble dietary fiber (0,24%), total dietary fiber (18,64%), hemicellulose (42,69%), cellulose (4,35%) and lignin (15,14%). ABA contains water (8,84%), ash (1,64%), protein (5,20%), fat (0,79%) insoluble dietary fiber (17,79%), soluble dietary fiber (0,37%), total dietary fiber (18,16%), hemicellulose (37,71%), cellulose (5,47%) and lignin (20,08%). The results of the antioxidant activity test showed that EBA had the highest bound phenolic extract (95,93%) followed by ABA bound phenolic extract (92,22%), EBA-free phenolic extract (85,04%) and EBA-free phenolic extract (77,51 %).


Arena Tekstil ◽  
2014 ◽  
Vol 29 (1) ◽  
Author(s):  
Rizka Yulina ◽  
Srie Gustiani ◽  
Wulan Septiani

Selulosa bakterial mempunyai sifat mekanik yang baik untuk digunakan sebagai membran pada proses pengolahan air limbah tekstil. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan dan karakterisasi serat hollow dari bahan baku selulosa bakterial nata de coco dengan penambahan nanopartikel ZnO sebagai fotokatalis terimmobilisasi. Selulosa bakterial disintesis menggunakan bakteri Acetobacter xylinum di dalam medium air kelapa dan gula. Selulosa bakterial dilarutkan bersama dengan nanopartikel ZnO menggunakan pelarut cuprietilen diamina (Cuen) dengan variasi selulosa bakterial 2,25% dan 2,50%. Serat berbentuk hollow dihasilkan dari proses wet spinning menggunakan koagulan NaOH. Serat hollow yang telah melalui koagulan kemudian direndam dalam larutan asam, gliserol, dan alkohol, dengan variasi waktu perendaman asam selama 1 dan 2 hari. Uji kekuatan tarik menunjukkan hasil yang terbaik yakni sebesar 815,72 gf pada konsentrasi selulosa bakterial 2,50% dan perendaman asam selama 2 hari. Dari hasil uji gugus fungsi menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR), terdapat beberapa gugus fungsi yang menunjukkan keberadaan selulosa dan nanopartikel ZnO. Proses dekolorisasi fotokatalitik terhadap air limbah tekstil artifisial yang mengandung zat warna reaktif Remazol Black 5 (RB5) menunjukkan bahwa pH optimum proses penyisihan warna yakni pada pH 9 dan dihasilkan persen penyisihan warna yang tertinggi yaitu 90,32%. Pada kondisi yang sama, proses dekolorisasi RB5 menggunakan serat hollow tanpa nanopatikel ZnO hanya menghasilkan persen penyisihan warna sebesar 32,10%. Berdasarkan laju penyisihan zat warna, aktivitas degradasi fotokatalitik terbesar (k’ = 0,2615) diperoleh pada konsentrasi ZnO 10% dan konsentrasi zat warna RB5 10 ppm.


Arena Tekstil ◽  
2013 ◽  
Vol 28 (1) ◽  
Author(s):  
Maya Komalasari ◽  
Bambang Sunendar

Partikel nano TiO2 berbasis air dengan pH basa telah berhasil disintesis dengan menggunakan metode sol-gel dan diimobilisasi pada kain kapas dengan menggunakan kitosan sebagai zat pengikat silang. Sintesis dilakukan  dengan prekursor TiCl4 pada konsentrasi 0,3 M, 0,5 M dan 1 M, dan menggunakan templat kanji dengan proses kalsinasi pada suhu 500˚C selama 2 jam. Partikel nano TiO2 diaplikasikan ke kain kapas dengan metoda pad-dry-cure dan menggunakan kitosan sebagai crosslinking agent. Berdasarkan hasil Scanning Electron Microscope (SEM),diketahui bahwa morfologi partikel TiO2 berbentuk spherical dengan ukuran nano (kurang dari 100 nm). Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan adanya tiga tipe struktur kristal utama, yaitu (100), (101) dan (102) dengan fasa kristal yang terbentuk adalah anatase dan rutile. Pada karakterisasi menggunakan SEM terhadap serbuk dari TiO2 yang telah diaplikasikan ke permukaan kain kapas, terlihat adanya imobilisasi partikel nano TiO2 melalui ikatan hidrogen silang dengan kitosan pada kain kapas. Hasil analisa tersebut kemudian dikonfirmasi dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red) yang hasilnya memperlihatkan puncak serapan pada bilangan gelombang 3495 cm-1, 2546 cm-1, dan 511 cm-1,  yang masing-masing diasumsikan sebagai adanya vibrasi gugus fungsi O-H, N-H dan Ti-O-Ti. Hasil SEM menunjukkan pula bahwa kristal nano yang terbentuk diantaranya adalah fasa rutile , yang berdasarkan literatur terbukti dapatberfungsi sebagai anti UV.


1998 ◽  
Vol 285 (3-4) ◽  
pp. 216-220 ◽  
Author(s):  
T. Cabioc'h ◽  
A. Kharbach ◽  
A. Le Roy ◽  
J.P. Rivière

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document