scholarly journals Penerapan Prinsip-Prinsip Cognitive Behavior Therapy (BT) untuk Meningkatkan Self-Esteem Pada Remaja Perempuan

2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 118-134
Author(s):  
Nafisa Alif Amalia

Self-esteem accorded a prominent role in the transition adolescence to adulthood. High self-esteem was associated with life satisfaction and predicts success and well-being in life domains. Otherwise, low self-esteem predicted depressive symptoms and as an indicator of various forms of internalizing and externalizing psychopathology. This study aimed to determine effectiveness the principles of Cognitive Behavior Therapy (CBT) to increase self-esteem. This study uses single-subject research design. The participant of this study is a 13 years 8 months old girl who has low self-esteem. Self-esteem was measured by a Coopersmith Self-Esteem Inventory (CSEI) from Coopersmith (1967), adolescent’s behavior was measured by Child Behavioral Checklist (CBCL), and supported by interview with adolescent and parent. This intervention consists of three stages, such as the pre-intervention that consists of one session, the intervention that consists of eight sessions, and the post-intervention that consist of one session. The result of this study indicates that CBT can increase self-esteem, especially in certain domains, such as school and general self. Meanwhile, adolescent’s behavior also changes, especially in thought problem aspect. However, other problem experienced by adolescent can be obstacle to effectiveness the principles of Cognitive Behavior Therapy (CBT) to increase self-esteem.

2017 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Umi Salamah

Abstract Task-Centered Models include Cognitive-Behavior Therapy (CBT) and Task-Centered Therapy begins with light Cognitive Therapy  focuses on thoughts, next Behavioral Therapy focus on act and reward application. Behavioural therapy also as a preface into task-centered therapy as conditioning. Comorbid symptoms of anxiety, aggression, and depression are target of changes. Using methods of action research, with Single Subject Design with pattern model of A-B at one baseline period (control) and two intervention period (treatments phase). The purpose of this study is to proof main hypothesis H1 = Task-Centered Models can reduce symptoms of anxiety, aggression and depression of  respondent Y or H0 = Task-Centered Models can not reduce symptoms of anxiety, aggression and depression of respondent Y. Related with research setting, qualitative analysis of the research subjects should also be included. Hypothesis is tested by using the formula of 2 standard deviation (2 SD), visual analysis within and between conditions. Test result shows that the entire hypothesis is accepted  with  and fulfill criterias of visual analysis significant. Its concluded that intervention effectiveness define by motivation, participation and discipline,parent commitment is vital for therapy that demands action and consistency, maintaining cognitive of respondent are essential for reducing stressors of recurrence through recreational activity and positive emotion building.Key words: Psychiatric Social Worker, Psychiatric Disorder, Cognitive-Behavior Therapy, Task- Centered TherapyAbstrak Model Task-Centered meliputi Cognitive-Behaviour Therapy (CBT) dan Terapi Berpusat Tugas (Task-Centered), dimulai oleh Terapi Kognitif ringan yang fokus pada pikiran, kemudian Terapi Behavioral fokus pada kegiatan (tindakan) tujuan dan penentuan bentuk imbalan (rewards). Terapi Behavioural menjadi pengantar terapi berpusat-tugas yang bersifat conditioning. Gejala penyerta anxiety (kegelisahan), aggression (agresifitas), dan depression (depresi) merupakan target perubahan. Pilihan metode penelitian yaitu penelitian tindakan (action research) dengan Desain Subjek Tunggal (Single Subject Design) dengan pola A-B dalam satu periode baseline (kontrol) dan dua periode intervensi (treatment phase). Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan hipotesis utama; H1= task-centered model dapat menurunkan gejala anxiety, aggression dan depression responden Y atau H0= task-centered model tidak dapat menurunkan gejala anxiety, aggression dan depression responden Y. Berkaitan dengan setting penelitian, penjelasan kualitatif cukup penting untuk dilakukan. Secara kuantitatif, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus 2 standard deviation (2 SD) dan analisis visual dalam kondisi. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil bahwa hipotesis diterima ( ) dan memenuhi kriteria signifikansi dalam analisis visual. Kesimpulan penelitian adalah efektifitas intervensi ditentukan motivasi, peran serta dan tingkat kedisiplinan, komitmen orangtua penting dalam terapi yang menuntut aksi dan konsistensi responden, penekanan kognitif responden menurunkan stressor kekambuhan melalui kegiatan rekreatif dan positive emotion building.Kata kunci: Pekerja Sosial Medis Setting Kesehatan Mental, Gangguan Kejiwaan, Terapi Kognitif-Behavior, Terapi Berpusat Tugas


2017 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Mutmainah .

Abstract This research aims to examine the implementation of cognitive behaviour therapy to self-confidence of people with disability at Wyata Guna Social Institution for People with Visual Impaired, the subject is 1 person, total visual impaired (IK), 20 years old, has low confidence according to the observation conducted in accordance with confidence characteristic by Peter Lauster (2002) related to stuttering, less participate in starting talk, aloof behaviour and supported by the score of Peter Lauster (2002) self-confidence test translated by Gulo that IK has low confidence characteristic. The method used action research with Single Subject Design ABA model which is aimed to monitor IK behaviour on baseline (A1), intervention and baseline (A2) phase.The result showed that the Cognitive Behavior Therapy intervention proved to enhance self-confidence of people with visual impaired. According to the observation there is a change in positive and significant that is proven from the hypothesis result to the bahavior where the deviation gained is greater than 2 standard deviant (2SD). Moreover it is also supported by the score of self-confidence test of Peter Lauster (2002) on the post-test that has increased with strong average category. Researcher also performed epsilon variable measurement to know the determination coefficient level with a score of 94% while the 6% is the epsilon variable outside factor of Cognitive Behavior Therapy such as influence from family especially parents and peer influence in the environment of subject that contributes to self-confidence of research subject (IK). The interview result showed that IK experienced positive benefit by following the intervention program. Key words: Cognitive Behavior Therapy, Self-Confidence Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji penerapan cognitive behavior therapy terhadap kepercayaan diri penyandang disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung. Subjek penelitian berjumlah satu orang, penyandang disabilitas netra total (IK), usia 20 tahun, memiliki kepercayaan diri rendah berdasarkan observasi yang dilakukan sesuai dengan karakterisitik kepercayaan diri menurut Peter Lauster (2002) yang berkaitan dengan perilaku gagap, perilaku kurang berinisiatif dalam memulai pembicaraan, perilaku menyendiri, dan didukung juga berdasarkan skor Tes Kepercayaan Diri Peter Lauster (2002) diterjemahkan oleh Gulo bahwa IK memiliki kategori kepercayaan diri rata-rata lemah. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan (action reseach), dengan desain penelitian Single Subject Design model ABA yang bertujuan memonitor perilaku IK pada fase baseline (A1), fase intervensi, dan fase baseline (A2).Hasil penelitian menunjukkan intervensi Cognitive Behavior Therapy terbukti dapat meningkatkan kepercayaan diri penyandang disabilitas netra. Berdasarkan observasi yang dilakukan mengalami perubahan yang positif dan signifikan, hal tersebut terbukti pada hasil uji hipotesis terhadap perilaku di mana nilai selisih yang diperoleh lebih besar dari 2 standard deviant (2SD). Selain itu didukung pula dengan hasil skor tes kepercayaan diri Peter Lauster (2002) pada post-test yang mengalami peningkatan dengan kategori rata-rata kuat. Peneliti juga melaksanakan pengukuran variabel epsilon untuk mengetahu tingkat koefisien determinasi dengan nilai 94%, sedangkan 6% lagi adalah nilai dari variabel epsilon yaitu faktor di luar penerapan Cognitive Behavior Therapy berupa pengaruh dari keluarga terutama orangtua dan pengaruh teman sebaya dari lingkungan subjek yang berkontribusi terhadap peningkatan kepercayaan diri subjek penelitian (IK). Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa IK merasakan manfaat positif dengan mengikuti program intervensi. Kata kunci: Cognitive Behavior Therapy, Kepercayaan Diri


2014 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 43-54 ◽  
Author(s):  
Nasrettin Sönmez ◽  
Roger Hagen ◽  
Ole A. Andreassen ◽  
Kristin Lie Romm ◽  
Marit Grande ◽  
...  

2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Hariadi Ahmad ◽  
Yolana Oktaviani

Harga diri merupakan satu kesatuan dalam kebutuhan manusiauntuk menilai dirinya sebagai sesuatu yang positif maupun negative. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna, serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Sebaliknya, harga diri yang negative akan cenderung merasa bahwadirinya tidak mampu dan tidak berharga, cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baikdan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia. Harga diri (self esteem) yang rendah akan digambarkan dengan sikap yang negatif yang cendrung menunjukan keadaan individu lemah yang mengarahp ada kesimpulan tidak berhargadan merasa tidak dapat berpengaruh pada orang lain. Harga diri dapat ditingkaktan dengan membentuk sikap dan perilaku yang salah satunya dapat diterapkan melalui konseling kelompok dengan teknik self instruction. Konseling kelompok adalah proses pemberian bantuan kepada konseli secara kelompok untuk menciptakan dinamika dalam kelompok agar konseli menjadi mandiri. Sedangkan self instruction adalah salah satu teknik di dalam pendekatan Cognitive Behavior Therapy yang bertujuan untuk membentuk ulang pola-pola kognitif, asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan, dan penilaian irasional, merusak dan menyalahkan diri sendiri menjadi lebih realistis. Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh teknik self instruction terhadap harga diri siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar Kabupaten Lombok Barat tahun pelajaran 2018/2019?.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari teknik self instruction terhadap peningkatan harga diri siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar Kabupaten Lombok Barat tahun pelajaran 2018/2019. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan kuesioner harga diri dan wawancara sebagai metode pokok serta metode dokumentasi dan observasi sebagai metode pelengkap. Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji t-tes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa t-hitung 2,569 lebih besar dari t-tabel 2,365 dengan taraf sifnifikansi 5% sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik self instruction terhadap peningkatan harga diri siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar Kabupaten Lombok Barat tahun pelajaran 2018/2019 sehingga penelitian ini dapat dikatakan  “signifikan”.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 10
Author(s):  
Aretha Ever Ulitua ◽  
Cindy Claudia Soen ◽  
Irena Monica Hardjasasmita

COVID-19 berdampak pada beberapa aspek kehidupan manusia sehingga dapat mempengaruhi kesejahteraan hidup seseorang. Salah satu hal yang dapat digunakan sebagai bentuk coping untuk menghadapi masa pandemi yang mendatangkan stres untuk sebagian orang ini adalah aktivitas seksual yang pada akhirnya dapat menyebabkan munculnya perilaku penyimpangan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian literatur terkait penyimpangan seksual sehingga menemukan faktor penyebab munculnya perilaku penyimpangan seksual. Pengambilan data dilakukan dengan mereview beberapa jurnal penelitian. Penyebab munculnya perilaku penyimpangan seksual dapat diulas dengan pendekatan behavioristik, psikoanalisis dan kognitif. Dengan adanya reinforcement dapat menyebabkan perilaku terjadi berulang dan pengalaman masa lalu seseorang yang tidak menyenangkan dapat menjadi salah satu penyebab munculnya penyimpangan seksual. Penangan yang dapat diberikan untuk mengurangi perilaku tersebut adalah dengan CBT. Temuan ini dapat menjadi salah satu acuan teori yang dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya dalam mencari tahu penyebab munculnya penyimpangan seksual dan menemukan penanganan yang efektif dan spesifik. COVID-19 is undoubtedly having an immerse impact on well being. One way of coping to tackle the impact of this pandemic outbreaks is through sexual activity which can cause the development of sexual deviation. The purpose of this literature review is to gain understanding of the existing research and theories relevant to sexual deviation, and to present the review in the form of a report. Sexual deviation can be explained from the perspective of behavioristic, psychoanalytic, and cognitive. Reinforcement can cause the behavior to be repeated and traumatic childhood experience may result in sexual deviance. One way to treat sexual deviance is Cognitive Behavior Therapy (CBT). We believe the result of this study can be used as reference to find the cause of sexual deviation and come up with specific treatment.


2017 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 179-186
Author(s):  
Lihang He

Parents of children with developmental disabilities usually experience stress, grief, and isolation. Asian American parents may experience higher stress and other difficulties due to their cultural background, discrimination, and different acculturation status. Parental well-being also has an impact on the parent–child interaction and the child’s development. Psychological and educational intervention for parents of children with developmental disabilities has been studied from different approaches, such as family system and cognitive behavior therapy. The possibility of integrating cognitive behavior therapy and structural family therapy was also proposed.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document