scholarly journals PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP DISSOLVE OXYGEN PADA PROSES HIDROULIK KOAGULASI DENGAN PARSHALL FLUME DALAM PENYISIHAN SENYAWA ORGANIK

2020 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 1-4
Author(s):  
Firra Rosariawari ◽  
Aulia Ulfah Farahdiba
Keyword(s):  

Proses koagulasi dan flokulasi secara mekanik merupakan proses yang sering digunakan dalam mencampurkan koagulan dengan air sampel. Hidroulik koagulasi merupakan proses koagulasi yang digunakan mencampurkan koagulan secara hidroulik, yaitu dengan manfaatkan aliran air untuk pengadukannya. Parshall Flume merupakan unit yang biasanya diganakan dalam proses aerasi. Unit Parshall flume memanfaatkan betuk penyempitan saluran untuk membentuk suatu terjunan. Pada titik dipenyempitan saluran Parshall Flume dimanfaatkan sebagai proses pencampuran antara koagulan dengan air yang akan diolah. Sehingga Debit aliran yang melalui penyempitan saluran tersebut berpengaruh terhadap tinggi terjunan nya. Level air pada terjunan akan menimbulkan kontak pula antara air dengan udara, sehingga perlu diketahui nilai Dissolve Oxygen yang turut mempengaruhi proses penyisihan senyawa organik yang berada pada air yang akan diolah. Variasi debit dan variasi koagulan digunakan untuk mengetahui nilai optimum aliran dan koagulan dalam menyisihkan senyawa organik

Talanta ◽  
2013 ◽  
Vol 117 ◽  
pp. 425-430 ◽  
Author(s):  
Jia-Ming Liu ◽  
Li Jiao ◽  
Li-Ping Lin ◽  
Ma-Lin Cui ◽  
Xin-Xing Wang ◽  
...  

2013 ◽  
Vol 378 ◽  
pp. 275-279
Author(s):  
Hao Zhang ◽  
Yuan Sheng Lin ◽  
Ke Long Zhang ◽  
Zhi Guo Wei ◽  
Wei Wei Wang

Copper was always used as the tube materials of heat exchangers because of its superior thermal performance. The working condition of the pipes played an important role in the corrosion process. Copper would be eroded by the dissolve oxygen and carbon dioxide in water. In this manuscript, the corrosion factors inside the heat exchangers were analyzed. Besides, atom absorption spectroscopy (AAS) was introduced and used to detect copper in the working media of two exchangers. Advantages and disadvantages of AAS were discussed.


HortScience ◽  
1992 ◽  
Vol 27 (6) ◽  
pp. 695b-695
Author(s):  
Whei-Lan Teng ◽  
Chiao. Po. Lin

This study was initiated to solve the problem of wall effect and dissolved oxygen (DO) encountered during establishing a scale-up process of lettuce suspension culture in a fermentor. The wall effect could result in as high as 10% loss of inoculum within 24 hrs. The main reason causing wall effect was identified as foam formed from the interaction of air bubble and inoculum. Bubble isolation by a screen column could successfully solve the wall effect. The effect of dissolved oxygen was then investigated. The plantlet regeneration was increased as dissolved oxygen increased from 20% to 80%. The relationship among agitation and aeration rate as well as oxygen concentration in the air was discussed.


2018 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 84
Author(s):  
Deidy Azhari ◽  
Aprelia Martina Tomasoa

Kualitas air memegang peranan penting dalam meningkatkan produksi budidaya ikan. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan yang dibudidayakan secara luas di banyak negara termasuk Indonesia. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi, budidaya ikan nila dilakukan secara intensif yang dicirikan dengan padat tebar tinggi dan pemberian pakan berprotein tinggi. Kontol kualitas air yang baik menjadi kunci keberhasilan budidaya secara intensif ini. Sistem akuaponik merupakan sistem kombinasi antara sistem akuakultur dan hidroponik yang memiliki prinsip resirkulasi yang bertujuan untuk pengontrolan kualitas air. Berdasarkan hal di atas maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas sistem akuaponik dalam mengkonversi senyawa amoniak dan memperbaiki kualitas air dalam media budidaya serta mengetahui korelasi antara kualitas air dan pertumbuhan ikan nila. Penelitian dilakukan selama 30 hari untuk mengukur beberapa parameter kualitas air yaitu suhu, Dissolve Oxygen, derajat keasaman (pH), amonia dan nitrat serta parameter pertumbuhan dan sitasan ikan nila yang dibudidayakan. Penelitian ini menggunakan dua variabel dengan tiga kali pengulangan setiap variabelnya. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa sistem akuaponik mampu mereduksi senyawa amonia dan mengkonversinya menjadi senyawa nitrat yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman. Sistem akuaponik juga mampu menjaga kualitas air yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yang dibudidayakan. 


2016 ◽  
Vol 82 (1) ◽  
Author(s):  
. SUHARYANTO ◽  
. TRI-PANJI ◽  
Shinta PERMATASARI ◽  
Khaswar SYAMSU

AbstractCultivation of Spirulina platensis in an abundant available and inexpensive medium such as palm oil mill effluent (POME) will produce biomass and valuable active materials at competitive price.  Utilization of POME  will also reduce pollution level and support cleaned production.  The objectives of this research were to determine the dilution rate of  S. platensis and the reduction rate of pollution level of POME on continuous photobioreactor. Preliminary research was conducted by growing S. platensis on POME medium with various concentration, namely 25%, 50%, 75%, and 90% POME on batch system. The experiment was conducted in 1.2 L capacity continous photobioreactor using medium containing a mixture of POME and synthetic medium. Feeding rate was set up at 0.05 mL/5 sec. (dilution rate of  0.03 hr -1), 0,05 mL/10 sec. (dilution rate of  0.015 hr -1), and 0.05 mL/15 sec. (dilution rate of 0.01 hr -1). For optimum dilution rate, the experiment was scaled up eight times using 10 L capacity continous photobioreactor. The results showed that optimum growth rate of S. platensis (µmax) = 0.233, was achieved using medium consisting of 90% POME and 10% synthetic medium after two weeks. Dilution rate of 0.015 hr -1 on photobioreactor was the optimum dilution rate for growth of S. platensis as well as for decreasing polution level of POME. The result of the eight-times scale up photobioreactor using flow rate of 0.4 mL/10 sec and dilution rate of 0.015 hr -1 showed that the growth of S. platensis was relatively constant as reflected by the OD value of the suspension culture and the concentration of cellular biomass. At the optimum condition, production of S. platensis biomass was 0.267g/L and pollution level was decrease 24%. The rate of outflow also resulted the constant decrease of polution level based on total carbon (TC), total dissolve solid (TDS), dissolve oxygen (DO), BOD, and COD parameters indicating that  continuous photobioreactor was running at steady state.Abstrak Kultivasi S. platensis dalam media yang tersedia me-limpah dan murah seperti limbah cair pabrik kelapa sawit (LC-PKS) akan menghasilkan biomassa dan bahan aktif bernilai ekonomi tinggi dengan harga kompetitif. Pemanfaatan  LC-PKS  juga  akan  mengurangi  dampak pen-cemaran lingkungan dan membantu menciptakan sistem produksi bersih. Penelitian ini bertujuan menetapkan laju dilusi optimum per-tumbuhan S. platensis dan laju penurunan tingkat cemaran LC-PKS pada fotobioreaktor sistem kontinyu. Untuk mengukur laju alir sistem kontinyu, pertama S. platensis ditumbuhkan pada media LC-PKS 25%, 50%, 75%, dan 90% dengan sistem batch.  Pertum-buhan S. platensis  pada fotobioreaktor sistem kontinyu kapasitas 1,2 L dirancang dengan variasi laju alir umpan berupa LC-PKS yang dicampur media sintetik pada konsentrasi optimum. Variasi laju alir pengumpanan diatur pada variasi 0.05 mL/5 detik (laju dilusi 0,03 jam-1), 0,05 mL /10 detik (laju dilusi 0,015 jam -1), dan 0,05 mL/15 detik (laju dilusi 0,01 jam-1). Pada laju alir optimum, skala percobaan diperbesar delapan kali menggunakan foto-bioreaktor berkapasitas 10 L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan maksimum (µ maks) adalah 0,233 jam-1 yang diperoleh dengan campuran media LC-PKS 90% dan media sintetik 10%  selama dua minggu. Fotobioreaktor dengan laju dilusi 0,015 jam-1 merupakan laju alir umpan yang optimum untuk pertumbuhan S. platensis serta menghasilkan penurunan tingkat cemaran LC-PKS yang optimum.  Hasil penelitian dengan perbesaran skala delapan kali menggunakan laju alir pengumpan 0,4 mL/10 detik  (laju dilusi 0,015 jam-1)  menunjukkan bahwa pertumbuhan S. platensis relatif konstan. Produksi biomassa sel rata-rata sebesar 0,267g/L dan kadar cemaran limbah rata-rata menurun sebesar 24%. Laju alir keluar (outflow) juga menghasilkan kadar cemaran limbah yang konstan ber-dasarkan parameter total karbon (TC), total dissolve solid (TDS), dissolve oxygen (DO), BOD, dan COD yang menunjukkan bahwa sistem fotobioreaktor kontinyu ini berjalan dengan baik.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 118-125
Author(s):  
U. F. Suleiman ◽  
S. Ibrahim ◽  
H. I. Isyaku ◽  
T. I. Nabila ◽  
A. Amir ◽  
...  

The effect of environmental (Physicochemical) and biological (plankton) parameters of Ajiwa reservoir were studied for a period of eight months (March–October 2018). Field and laboratory activities were carried out using standard protocols. Mean monthly values of Temperature ranged between 25.87±3.57°C–29.46±0.66°C, Electrical conductivity was between 32.00±3.46µs/cm–210.00±95.39µs/cm. Dissolve Oxygen, Total Dissolved Solid and Biological Oxygen Demand Means of monthly values ranges between 5.53±0.39mg/l–9.35±0.62mg/l, 33.087±0.06mg/l–84.01±4.37mg/l, and 2.69±0.34mg/l–7.27±1.88mg/l. While phosphate and nitrate means of monthly values ranges between 0.04±0.02mg/l–0.09±0.03mg/l, 0.03±0.01mg/l–0.09±0.02mg/l. Four Phytoplankton phyla dominated by Chlorophyta (387org/L), Euglenophyta (160 org/L), Cyanophyta (83 org/L) and Bacillariophyta (63 org/L) were recorded in the reservoir. The Zooplanktons fauna comprises of Rotifers (180 org/L), Cladocerans (149 org/L) and Copepods (78 org/L). Correlation matrix showed that there were significant correlation between Phytoplankton, Zooplankton and Physicochemical parameters. The composition of planktons in the reservoir were affected by seasonal variations and fluctuation of physicochemical parameters


2017 ◽  
Vol 102 ◽  
pp. 112-126 ◽  
Author(s):  
Faiza Rehman ◽  
Arshid Pervez ◽  
Qaisar Mahmood ◽  
Bahadar Nawab

2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 163
Author(s):  
Ayu Wandira ◽  
Muhammad Ramli ◽  
. Halili

Benih lobster merupakan stadia post larva yang bentuknya sudah menyerupai lobster dewasa namun belum memiliki pigmen dan rangka luar yang keras kemudian bersifat planktonis dan melayang-layang dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan benih lobster (Panulirus spp.), hubungan kelimpahan benih lobster dengan kedalaman serta parameter kualitas perairan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari-September 2019, bertempat di Perairan Desa Ranooha Raya, Kabupaten Konawe Selatan. Pengambilan data dilakukan pada 3 titik stasiun pengamatan dengan menggunakan metode deskriptif eksploratif dan analisis data menggunakan analisis korelasi. Kelimpahan benih lobster (Panulirus spp.) diperoleh dengan menggunakan alat tangkap pocong (shelter) sedangkan pengambilan data kualitas perairan dilakukan secara in situ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan benih lobster tertinggi yaitu pada stasiun II (kedalaman 4 meter) berjumlah 221 individu dan kelimpahan terendah pada stasiun I (kedalaman 6 meter) berjumlah 155 individu. Jenis benih lobster yang ditemukan yaitu jenis benih lobster mutiara (Panulirus ornatus) dan jenis benih lobster pasir (Panulirus homarus). Persentase kelimpahan relatif tertinggi yaitu jenis benih lobster mutiara sebesar 75% dan persentase kelimpahan relatif terendah jenis benih lobster pasir sebesar 55,56%. Hasil analisis korelasi hubungan kelimpahan benih lobster berdasarkan kedalaman diperoleh nilai hubungan yang kuat. Parameter kualitas perairan masih mendukung untuk kehidupan benih lobster seperti arus, suhu, kedalaman, kecerahan, pH, salinitas dan DO (Dissolve Oxygen). Parameter kecepatan arus merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberadaan benih lobster (Panulirus spp.) di perairan.Kata Kunci: Benih Lobster (Panulirus spp.), Kelimpahan, Kedalaman Perairan, Parameter Perairan.


1970 ◽  
Vol 15 ◽  
pp. 169-171
Author(s):  
ABM Mohsin ◽  
Md Emdadul Haque ◽  
Md Nazrul Islam

An aquarium is an enclosed body of water containing a mixture of selected and unselected captive living aquatic organism. It is essentially unstable and to obtain stability must be carefully designed and managed (Suxena 2003). Recently aquarium technology means that the technical problems of keening aquatic animals have in principle been solved. It includes about water preparation and the constant monitoring of water quality i.e. pH, hardness, dissolve oxygen, temperature etc. and for this heater, pumps and filter is used. For first time colorful fishes are imported in our country in 1992 and the business was confined in some limited shops of Katabaon area of Dhaka city. But now this business is very common in all over the country (Akhter 1995). It is not only enhancing the beauty of a house but also it is a source of recreation. Japanese can realize the presage of earthquake or can predict about natural disaster by watching the sudden movement of the aquarium fishes (Shafi 1998). Similarly to get rid of mental stress, watching fish is reported well and this also helps to decrease the high blood pressure (Hervert 1999). In Rajshahi city aquarium business started at the last decade and it is spreading rapidly. So development of aquarium fisheries is highly significant here.   doi: 10.3329/jbs.v15i0.2159 J. bio-sci. 15: 169-171, 2007


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document