scholarly journals Analisis Permasalahan Usaha Perikanan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 207-226
Author(s):  
Egi Dita Aprilia ◽  
Nia Nurfitriana ◽  
Tatty Yuniarti

Kecamatan Cibinong sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor yang memiliki sektor perikanan yang cukup baik, dengan total produksi ikan hias sebesar 25.688 ton dan ikan konsumsi sebesar 1.461 ton. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah potensi perikanan, dan menganalisis permasalahan pada sistem produksi, sistem bisnis dan sistem penyuluhan perikanan di Kecamatan Cibinong. Metode yang digunakan berupa penelusuran data skunder dan Participatory Rural Appraisal (PRA) dengan penentuan jumlah responden menggunakan perhitungan slovin. Hasil Penelitian ini berupa perbandingan analisis usaha per segmen perikanan yang terdiri dari Total Biaya Produksi, Pendapatan, Keuntungan, Revenue Cost (R/C), Break Event Point (BEP), Return of Invesment (ROI), dan Payback Periode (PP) serta analisis permasalahan melalui pohon masalah. Segmen-segmen yang terdapat di Kecamatan Cibinong yaitu Segmen pembenihan dan pembesaran ikan konsumsi (lele, nila, dan gurame), budidaya ikan hias (neon tetra dan koki), dan pengolahan hasil perikanan (Kaki naga, abon ikan, pempek, dan krispi kulit ikan) dengan rataan biaya produksi dan kelayakan usaha tertinggi dari keempat segmen perikanan yaitu, terdapat pada pembudidaya ikan hias untuk 3 RTP, Total biaya produksi: RP.1.629.082,-; Pendapatan: Rp. 3.183.333,-; Keuntungan: Rp. 1.553.916 BEP: 563.100; BEP Unit: 356 ekor; PP: 3; R/C: 1,8; ROI: 27,3%. Pendapatan dan keuntungan terendah terdapat pada segmen pengolahan yang mengolah abon ikan atas nama Titin Z. Permasalahan perikanan yang dapat disimpulkan terdiri dari budidaya perikanan yang memiliki produktivitas rendah, kualitas produk olahan hasil perikanan masih kurang memadai, pendapatan pelaku usaha yang masih belum maksimal, dan dinamika kelompok usaha yang belum dapat berjalan maksimal. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menyusun rencana kerja programa penyuluhan yang akan dilaksanakan.

1995 ◽  
Vol 32 (5-6) ◽  
pp. 145-151
Author(s):  
D. B. Versfeld

South Africa has hundreds of thousands of hectares of heavily populated and badly degraded landscapes. Past attempts at land management have been either through avoidance or the top-down imposition of “betterment” schemes. Participatory methods offer a new opportunity for communities living within these catchments to share their knowledge and to become involved in planning and implementing the management process. This paper discusses the use of Participatory Rural Appraisal (PRA) in a catchment rehabilitation programme in rural KwaZulu/Natal, the lessons learnt and the prospects for wider application.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 39-47
Author(s):  
Sultan Bagus Firmansyah

For good or ill, earlier fare of rural enhancement budget for the RPJMN (or National Medium Term Development Plan) 2020-2024 asks both reviving 10.000 left-behind villages and 5.000 suburbs, its enlargement schemed for 9.9% growth. Quintessentially, Indonesia has set 72 trillion rupiahs to be allocated over 74.961 rustics but, recent fact uncovers its noticeable intransparency. Driven by foregoing issue, this research led the initiative problem-solving reshapes countryside APBDes onto more transparent; later, the method named Endogenous Praxis, shall become a notion integrates rural internal element e.g. commoners, learners, neighborhoods, and hamlets. In total, seventy-two-trillion divided 74.961 suburbs equal ±960.499.459 rupiahs/ each. Amidst plenty amount finance, wider unequivocal symbiotic amongst internal element and urban village head must forthright, it would via open-colloquium-assembly through PRA or Participatory Rural Appraisal, criticizing: (i). RPJMDes, (ii). RKPDes, and (iii). Terms in Regional Transfer and Village Funds/ TKDD, thus, backwoods’ amenities furtherance per annum might less from disarray.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 7-23
Author(s):  
Sunil Prasad ◽  

India is a rich country with various traditional practices like handicrafts which are ever glorious. Patachitra artisan community in West Bengal is famous globally for its quality paintings. The present study has examined the livelihood alternative among the Patachitra artisan communities in Bengal in India. Descriptive research design is used in this study, and data were collected using a structured interview schedule and participatory rural appraisal method. The study found that the artisans were entirely dependent upon handcraft and its allied activities for their livelihood. Their income, as well as saving, had been increased after getting an artisan card. The study also found that the artisans were not aware of the government`s various welfare schemes and facilities.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 164
Author(s):  
Naura Mutia Astari ◽  
Vita Efelina

Stunting pada anak masih menjadi masalah besar di Indonesia, berdasarkan pantauan status gizi (PSG) tahun 2017 bahwa 29,6% kasus stunting, diatas ketetapan WHO (20%). Faktor penyebab kasus Stunting  pada balita sering di kaitkan dengan factor kemiskinan termasuk gizi, kesehatan, sanitasi dan lingkungan. Desa Kutagandok merupakan desa yang mengalami gizi krosnis atau stunting, salah satu upaya masyarakat desa dengan memberikan asupan gizi melalui susu kedelai. Susu kedelai  memiliki gizi yang baik dapat dijadikan alternatif dari susu sapi karena memiliki kandungan protein yang hampir setara. Selain itu susu kedelai memiliki potensi yang memiliki harga nilai jual, oleh karena itu produk susu kedelai dijadikan sebagai produk UMKM Desa Kutagandok, upaya ini dapat meminimalisir stunting dan meningkatakan perkekonomian masyarakat desa. Berbagai program pemerintah maupun non pemerintah mengupayakan peningkatan perokonomian masyarakat, salah satunya Program Hibah Bina Desa (PHBD). Tujuan pada program hibah bina desa yaitu menjadikan produk susu kedelai menjadi produk UMKM, dengan harapan dapat meningkatkan pemasukan masyarakat desa. Untuk dapat mencapai tujuan digunakan metode pelaksanaan dengan pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) yang merupakan pendekatan  yang mengedepankan hasil perumusan sesuai dengan kebutuhan dalam penyelenggaraan program.


1970 ◽  
Vol 11 ◽  
pp. 79-82
Author(s):  
Megh Bahadur Nepali ◽  
Sudha Sapkota ◽  
Sujaya Upreti ◽  
Bhoj Raj Pokhrel ◽  
Bimala Sharma ◽  
...  

Adoption of goat production technology consists of health, breeding, nutrition, pasture and fodder and management. The study was conducted in Krishnagandaki VDC of Syangja district with the objective of exploring the existing goat production technology adoption at the farm level. The methodology of the study included household survey, participatory rural appraisal and secondary data analysis. Most of the farmers raised goats in the villages. Overall farmers reported that the average adoption of goat production technology was (42.2%). The study revealed that farmers adopted breeding technology (53.5%), health technology (34.8%), nutrition technology (36.2%), management technology (53.9%) and pasture, fodder and agro-forestry technology (32.4%).Key words: breeding; health; nutrition; pasture; managementDOI: 10.3126/njst.v11i0.4127Nepal Journal of Science and Technology 11 (2010) 79-82


2019 ◽  
Author(s):  
Ahmad Mustanir

Maksud dari kegiatan Pemberdayaan Perempuan Anggota Badan Usaha Milik Desa Melalui Pemanfaatan Kebun Bibit Desa adalah untuk mewujudkan kemandirian ekonomi desa melalui pendampingan perempuan anggota Badan Usaha Milik Desa agar terjadi pemahaman akan pentingnya manajemen organisasi dan administrasi yang tertib dan teratur, pentingnya berorganisasi dan mengatur waktu untuk membantu perekonomian keluarganya melalui pemahaman budidaya pertanian yang lebih baik serta pelaksanaan Participatory Rural Appraisal (PRA) dengan alat kaji permasalahan budidaya pertanian dan Transect untuk lokasi Kebun Bibit Desa


2019 ◽  
Vol 26 (4.a) ◽  
pp. 195-203
Author(s):  
Indah Adi Putri ◽  
Bakaruddin Rosyidi ◽  
Aidinil Zetra ◽  
Asrinaldi Asrinaldi ◽  
Tengku Rika Valentina ◽  
...  

Tulisan ini membahas tentang pentingnya modal sosial ditengah – tengah masyarakat. Modal sosial secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah ikatan – ikatan sosial. Ikatan – ikatan sosial tersebut muncul karena adanya kepercayaan dan jaringan sosial. Pada realitanya, ikatan sosial ini belum dan kurang dimanfaatkan dengan baik. Pengabdian ini dilaksanakan di Kelurahan Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh Kota Padang. Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan program pengabdian kepada adalah pendekatan partisipatif atau Participatory Rural Appraisal (PRA). Dalam pengabdian ini ditemukan beberapa hal yakni pertama, Modal sosial akan hancur jika tidak ada tabayun/ cek dan ricek terhadap setiap perkembangan atau informasi baru. Kedua, modal sosial akan kuat jika tujuan bersama diketahui dan disepakati semua elemen masyarakat. Ketiga, semua pihak harus memiliki niat dan motivasi yang sama. Keempat, dalam masyarakat akan ada kelompok kelompok yang memiliki masalah masalah, setiap kelompok memiliki aturan yang harus dipatuhi, sepanjang aturan diikuti, maka organisasi atau kelompok akan terus berjalan. Kelima, untuk kekompakan masyarakat, harus mengikuti keputusan bersama. Keenam, hilangkan rasa curiga dan kesombongan pribadi.


Author(s):  
Aris Slamet Widodo

Desa Karangsari, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo telah mendeklarasikan diri sebagai desa wisata. Terkait dengan hal tersebut saat ini Desa Karangsari telah membuat program kebersihan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah secara mandiri. Program pengabdian Desa Mitra yang dilaksanakan ini diharapkan mampu membantu masyarakat dalam menghadapi permasalahan sampah, sehingga tujuan pengabdian ini adalah pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah mandiri dengan metode pengaderan di Desa Karangsari, Sapuran, Wonosobo. Proses pemberdayaan menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dan solusi yang dilaksanakan adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan sampah (3R), pembentukan kader, dan penguatan kelembagaan, inisiasi rumah pilah sampah percontohan dan kampanye serta gerakan masyarakat. Kegiatan pendampingan dilaksanakan untuk mencapai perubahan perilaku masyarakat. Tahapan pelaksanaan program adalah: need assessment, penguatan dan komitmen, program dan monitoring, terakhir pelaporan. Hasil pengabdian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat Desa Karangsari dalam perubahan pengetahuan keterampilan, sikap dan perilaku dengan metode pendekatan kader dan tokoh masyarakat secara umum berhasil, yang dibuktikan dengan tingginya tingkat kehadiran masyarakat dan perangkat desa dalam tahap penyuluhan, sosialisasi, dan ditandatanginya surat komitmen oleh 387 warga dan seluruh dusun melaksanakan gerakan pemilahan sampah secara serentak. Metode penguatan kaderisasi terbukti mampu menggerakan masyarakat pada proses pemberdayaan masyarakat.


SenSaSi ◽  
2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 60-67
Author(s):  
Erna Sulistyowati ◽  
Rida Perwita Sari ◽  
Budi Santoso ◽  
Faluthia Fitri PN ◽  
Gusti Yunitasari ◽  
...  

Covid-19 di Indonesia berdampak pada sektor Kesehatan dan sektor ekonomi. Surabaya yang merupakan salah satu kota perdagangan industri juga terkena imbas secara ekonomi. Peningkatan pengangguran juga terjadi di Kota Surabaya, termasuk warga di Medokan Ayu Rungkut Surabaya. Oleh karena itu, strata ekonomi menengah ke bawah perlu menjadi fokus upaya pembangunan untuk pemberdayaan ekonomi. Banyaknya lahan kosong menjadi fokus kebangkitan ekonomi dengan merintis desa wisata baru sebagai respon masyarakat produktif Medokan Ayu yang terdampak Covid 19 dalam rangka membangun ekonomi mandiri. Bantuan dari segala aspek untuk mendorong peningkatan kemampuan ekonomi keluarga di tengah pandemi COVID-19, salah satunya melalui konsep budidaya bunga telang (clitoria ternatea) yang akan dikelola oleh masyarakat di lingkungan sekitar. Permasalahan yang ada di kelurahan Medokan Ayu, maka kegiatan PIKAT ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Meningkatkan pengetahuan mitra dalam hal peralatan, teknik budidaya, pengadaan bibit dan aspek manajerial, 2) Meningkatkan pengetahuan mitra dalam pemasaran produk bunga telang, 3) Meningkatkan pengetahuan mitra dalam pengelolaan bisnis dan keuangan. Metode pelaksanaannya adalah dengan: ceramah, tanya jawab, demonstrasi, praktik/latihan dan diskusi dengan pendekatan Participatory Rural Appraisal, Participatory Technology Development, Community Development, Persuasive dan Education.Target luaran yang dihasilkan dari kegiatan PIKAT ini adalah: 1) Peningkatan pengetahuan teknik budidaya bunga telang dan aspek manajerial, 2) Peningkatan pengetahuan dalam pemasaran produk, 3) Peningkatan pengetahuan dalam pengelolaan bisnis dan keuangan, 4) Terbentuknya UKM khusus bunga telang, 5) Video tutorial budidaya bunga telang, 6) Pemasaran produk melalui media digital online, 7) Pembukuan sederhana untuk UMKM, 8) Hak Kekayaan Intelektual (HKI).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document