scholarly journals KEPADATAN DAN KEANEKARAGAMAN FAMILI FUNGIDAE DI PERAIRAN DESA BUTON, KABUPATEN MOROWALI

2020 ◽  
Vol 5 (4) ◽  
pp. 271
Author(s):  
Tenri Mira ◽  
Baru Sadarun ◽  
. Rahmadani

Famili fungidae merupakan salah satu jenis karang yang hidup soliter atau membentuk koloni dan mampu hidup di berbagai macam substrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menghitung kepadatan dan keanekaragaman famili fungidae di Perairan Desa Buton, Kabupaten Morowali. Pengambilan data penelitian  dilaksanakan pada bulan Maret 2019. Stasiun pengambilan data terdiri dari 3 stasiun penelitian. Penentuan stasiun menggunakan metode purposive sampling yaitu dengan memilih stasiun berdasarkan keberadaan famili fungidae di daerah reef flat dan reef slope. Pengambilan data kepadatan famili fungidae menggunakan metode transek sabuk dengan panjang transek 30 x 2 m. Kepadatan famili fungidae setiap stasiun berkisar antara 0,442-2,183 individu/m2 dengan rata-rata kepadatan yaitu pada daerah reef flat sebesar 1,719 individu/m2 dan pada daerah reef slope sebesar 0,997 individu/m2. Keanekaragaman famili fungidae yang ditemukan adalah 9 spesies dari 5 genera. Spesies dari famili fungudae yang ditemukan diantaranya Ctenactis echinata, Fungia concinna, Fungia fungites, Fungia horrida, Fungia paumotensis, Herpolitha limax, Herpolitha weberi, Podabacia crustacea dan Polyphyllia talpina. Kepadatan famili Fungidae lebih tinggi  di zona reef flat dibandingkan reef slope.Kata kunci: Famili Fungidae, Kepadatan, Keanekaragaman, Zona Terumbu Karang

2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 127
Author(s):  
Sahril Syam ◽  
Baru Sadarun ◽  
Ratna Diyah Palupi

Karang famili Fungiidae merupakan karang yang masuk ordo Scleractinia yang hidup soliter dan bebas tidak melekat pada substrat dasar perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan jenis karang famili Fungiidae di perairan Desa Atowatu. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan    Januari 2019. Stasiun pengambilan data terdiri dari 3 stasiun penelitian. Penentuan stasiun menggunakan metode purposive sampling yaitu dengan memilih stasiun berdasarkan keberadaan karang famili Fungiidae di daerah reef flat dan reef slope. Pengambilan data kelimpahan karang Fungiidae menggunakan metode Belt transect, dengan panjang transect 70 x 2 m. Hasil penelitian keanekaragaman famili Fungiidae di perairan Desa Atowatu terdiri dari 8 genus, 22 spesies, dan 1300 individu dengan genus fungia yang medominasi hasil penelitian. Kelimpahan yang didapatkan pada daerah reef flat tertinggi pada stasiun I (2.39 individu/m2) kemudian disusul stasiun III (2.25 individu/m2) dan yang terendah stasiun II  (1.83 individu/m2). Daerah reef slope tertinggi didapatkan pada stasiun II (1.70 individu/m2) kemudian disusul stasiun I (1.67 individu/m2) dan terendah stasiun III (1.00 individu/m2). Rata-rata kelimpahan famili Fungiidae sebesar 2,16 individu/m2 pada daerah reef flat dan reef slope sebesar 1,45 individu/m2. Keanekaragaman dan kelimpahan famili Fungiidae dominan di zona reef flat dibandingkan reef slope.Kata kunci : Keanekaragaman, Kelimpahan, Karang Fungiidae, Reef flat, Reef slope


PeerJ ◽  
2015 ◽  
Vol 3 ◽  
pp. e1280 ◽  
Author(s):  
Atsushi Nanami

The present study examined pair formation, spatial pattern of home range and spatial variation in density, size and social status of blotched foxfaceSiganus unimaculatus(family Siganidae) on an Okinawan coral reef. Of 32 pairs sampled for sexing, 31 (96.9%) were heterosexual and showed size-assortative pairing. Developed ovaries were found in April and July, whereas oocytes were immature in August, September and February. Heterosexual pairing was found in both reproductive and non-reproductive periods. Home range size tended to be positively related to fork length (FL). The degree of home range overlap for same size class pairs was smaller than that for different size class pairs. The intraspecific behavior when two pairs approached each other was categorized as ‘attack,’ ‘agonistic display’ and ‘no interactions,’ and the frequency of agonistic behaviors (“attack” or “agonistic display”) was significantly greater than “no interactions.” Underwater observations at a seagrass bed, a rocky reef flat and a sheltered reef slope revealed that the mean FL was significantly smaller at the sheltered reef slope (4–13 cm) than at the rocky reef flat (>13 cm). No individuals were found in the seagrass bed. Most individuals less than 6 cm FL were solitary, whereas most individuals over 7 cm FL were paired. Density was significantly greater on the sheltered reef slope than on the rocky reef flat.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 153
Author(s):  
. Lisna ◽  
La Ode Muhammad Yasir Haya ◽  
Ratna Diyah Palupi
Keyword(s):  

Terumbu karang merupakan ekosistem laut dangkal yang sangat produktif dan menjadi habitat berbagai biota laut termasuk Ikan famili Chaetodontidae. Ikan famili Chaetodontidae adalah salah satu ikan indikator pada ekosistem terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang, kelimpahan ikan Chaetodontidae, serta untuk mengetahui hubungan kelimpahan ikan Chaetodontidae dengan kondisi terumbu karang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2019 berlokasi di Perairan Desa Buton, Provinsi Sulawesi Tengah. Data tutupan karang diperoleh dengan menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT), sedangkan data ikan Chaetodontidae diperoleh dengan menggunakan metode Underwater Visual Sensus, dengan luas transek 150 m2, dilakukan pada 2 titik stasiun di zona reef flat dan reef slope, dengan dua kali pengulangan. Hasil study menunjukkan bahwa rata-rata kondisi karang di lokasi penelitian termasuk dalam kategori sedang (44,63%). Kondisi tutupan karang di stasiun-I dikategorikan baik yaitu zona reef flat (73,03%) dan reef slope (74,08%), sedangkan stasiun-II masuk dalam kategori buruk yaitu 15,68% pada reef flat dan 15,75% pada reef slope. Ikan Chaetodontidae yang ditemukan berjumlah 68 individu, yang terdiri atas dua genus dan delapan spesies, antara lain; Chaetodon kleinii, C. lineolatus, C. lunula, C. lunulatus, C. octofasciatus, C. vagabundus, Heniochus chrysostomus, H. varius. Berdasarkan stasiun penelitian, kelimpahan ikan Chaetodontidae tertinggi ditemukan di stasiun-I. Sedangkan berdasarkan zonasi terumbu karang, kelimpahan ikan Chaetodontidae tertinggi ditemukan di zona reef slope. Hubungan kelimpahan ikan Chaetodontidae dengan persentase tutupan karang hidup pada zona reef flat dan reef slope adalah memiliki hubungan yang kuat dengan nilai r = 0,991 (reef flat) dan r = 0,967 (reef slope). Sebaliknya, berdasarkan stasiun penelitian keduanya memiliki hubungan yang lemah dengan nilai r = 0,586 (Stasiun-I) dan r = 0,189 (Stasiun-II).Kata Kunci: Desa Buton, Ikan Chaetodontidae, Kelimpahan, Terumbu Karang.


2018 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 209-219
Author(s):  
Ike Dori Candra ◽  
Vicentius P. Siregar ◽  
Syamsul B. Agus

Penelitian ini menggunakan citra satelit resolusi tinggi worldview-2 akuisisi 5 Oktober 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kemampuan citra satelit resolusi tinggi worldview-2 dalam memetakan zona geomorfologi dan habitat bentik perairan dangkal di Pulau Kotok Besar. Metode yang digunakan adalah metode klasifikasi Object Based Image Analysis (OBIA). Metode ini mampu mendefinisikan kelas-kelas objek berdasarkan aspek spektral dan spasial. Segmentasi citra menggunakan algoritma multiresolution segmentation dengan parameter skala yang berbeda untuk setiap level, baik level 1, level 2 dan level 3. Shape dan compactness juga disesuaikan untuk setiap level. Penentuan kelas pada level 1 menghasilkan tiga kelas yaitu daratan, perairan dangkal dan perairan dalam. Penentuan kelas pada level 2 untuk zona geomorfologi menghasilkan tiga kelas yaitu reef flat, reef crest dan reef slope. Klasifikasi habitat bentik pada level 3 menghasilkan 7 kelas dengan akurasi keseluruhan yaitu 66.40 %.


2013 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 42
Author(s):  
Friska Mampuk ◽  
Hanny Tioho ◽  
Janny D. Kusen

Fungiidae known as a solitaire coral, attachment and also free living and has capability of individual move for migrate.  Their mobility allows them to expand the area, providing a hard substrate for coral recruitment and shelter for other invertebrates.  The objective of this study was to examine the density and distribution of fungiid corals in Malalayang waters. The data were collected from September to December 2012 at four different areas.  The results of this study showed that the highest density of fungiid corals were occurred on the front reef study site and mostly by Fungia danai (0,62 ind/m2), compared with other species such as Herpolitha limax (0,25 ind/m2), F. paumotensis (0,19 ind/m2), F. fungites (0,18 ind/m2), F. granulosa (0,18 ind/m2) and with an aggregated pattern of distribution.   Fungiid corals found in this study were mostly relatively more on the reef flat compared to the reef slope.


2016 ◽  
Vol 67 (12) ◽  
pp. 1888 ◽  
Author(s):  
Meixia Zhao ◽  
Kefu Yu ◽  
Qi Shi ◽  
Hongqiang Yang ◽  
Bernhard Riegl ◽  
...  

Xisha Islands are in the central South China Sea and form one of the four large island groups in this region. They include more than 40 islands, reefs and cays, and have considerable ecological and biodiversity value, both intrinsically and as a source of larvae for coastal ecosystems throughout the South China Sea. Yongle atoll is the biggest and one of the most important atolls in the Xisha Islands. The detailed surveys of the marine habitats in the Yongle atoll were conducted from June to July 2013. This baseline survey revealed coral communities in a relatively healthy condition. Mean coral cover of different geomorphic habitats varied from 2 to 29%. Branching corals were most important, followed by encrusting and massive growth forms (48, 29 and 17% of coral cover). Pocillopora (29% of total cover in line transects), Porites (19%), Acropora (17%) and Montipora (16%) were the four dominant genera. Communities differentiated into four clusters, namely, lower reef slope, upper reef slope, outer reef flat, and inner reef flat and lagoon slope. This baseline investigation highlighted the ecological value of these reefs. Destructive fishing and overfishing are presently the most serious threats for these coral reefs. They should receive much more scientific and conservation attention.


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 269-281
Author(s):  
Nurhasima ◽  
Aditya Hikmat Nugraha ◽  
Dedy Kurniawan

The health of coral reef ecosystems can be seen through the emergence of coral recruitment. Aim of this research was to compared the scleractinia coral recruitment list based on genus, life form, and variations in size of the scleractinia coral recuit in the waters of Kampung Baru Lagoi and Teluk Bakau Village, Bintan Regency by geomorfology zone. The research was conducted using a Purposive sampling method in consideration of the presence of scleractinia coral in reef flat and reef slope areas using a 1x1 m square frame mounted along a 70 m transverse line parallel to the shoreline. Research has found 164 colonies of 24 genus dominated by Favia and Favites. Based on the most extensive life form of Coral encrusting and Coral massive variations in size 4.5-6 cm or medium category. The results of t test showed that the geomorphological differences in the research locations did not have a significant impact on the abundance of corals recruitment


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 139
Author(s):  
Resni Agustina Salim ◽  
Ratna Diyah Palupi ◽  
. Ira
Keyword(s):  

Zooxanthellae merupakan mikroalga yang berperan penting bagi pertumbuhan karang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui densitas zooxanthellae karang foliose pada 3 zona terumbu karang yang berbeda (reef flat, reef crest, reef slope) di Perairan Waworaha kecamatan soropia, Konawe. Pengambilan data telah dilakukan pada April sampai Mei 2017 melalui dua tahapan yaitu pengambilan  sampel jaringan  karang foliose di perairan dan perhitungan zooxanthellae di laboratorium.. Pengambilan sampel karang foliose dilakukan dengan metode koleksi bebas (free handpicking) dengan mengunakan alat SCUBA sedangkan analisisi densitas zooxanthellae dilakukan dengan metode homogenisasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa densitas zooxanthellae karang foliose di lokasi penelitian rata-rata sebesar 5.1x 106 sel/cm2. Densitas zooxanthellae berdasarkan zona terumbu karang di Perairan Waworaha tercatat paling tinggi pada zona reef flat (7.7 x 106 sel/cm2) diikuti zona reef crest (4.5 x 106 sel/cm2) dan yang terendah berada pada zona reef slope (3.2 x 106 sel/cm2). Perbedaan densitas zooxanthellae pada karang foliose lebih dipengaruhi oleh perbedaan intensitas cahaya.Kata kunci : Densitas zooxanthellae, karang foliose, Perairan Waworaha,  zona terumbu karang


2013 ◽  
Vol 2 (4) ◽  
pp. 81-90
Author(s):  
Suryo Putro Ritedi Utomo ◽  
Supriharyono ◽  
Churun Ain

Komunitas ikan karang merupakan bagian yang sangat penting dalam ekosistem terumbu karang, tidak hanya bagi ikan itu sendiri yang menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai habitat vitalnya, yaitu sebagai tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding ground). Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui keanekaragamanjenis ikan karang di daerah rataan dan tubir pada ekosistem terumbu karang di Legon Boyo Taman Nasional Karimunjawa, Jepara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei yang dilakukan untuk mengetahui gambaran umum tentang ikan karangdi daerah rataan terumbu (reef flat) pada kedalaman 2-5 meter, maupun di daerah lereng terumbu (reef slope) pada kedalaman 6-11 meter, Legon Boyo kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ada 3 tahap, yaitu (1) pengambilan data persentase penutupan karang, (2) pengamatan langsung ikan karang dengan metode sensus visual atau Visual Census Technique (VCT) belt transect dalam monitoring/penilaian sumberdaya ikan karang,(3) pengukuran kualitas air secara insitu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi habitat terumbu karang di Legon Boyo di kategorikan baik karena berada dalam kisaran 50% - 70%.Sebanyak 20 jenis ikan karang dari 10 famili ditemukan di perairan Legon Boyo, Karimunjawa yaitu: Acanthruridae, Apogonidae, Chaetodontidae, Gobidae, Mulidae, Pomacanthidae, Pomacentridae, Serranidae, Scaridae, Siganidae. Struktur komunitasnya termasuk dalam kategori baik dengan nilai H’ berkisar antara 2,183 – 2,425.


2020 ◽  
Author(s):  
Vanessa Clark ◽  
Matheus A. Mellow-Athayde ◽  
Sophie Dove

AbstractCoral reefs are facing increasingly devasting impacts from ocean warming and acidification due to anthropogenic climate change. In addition to reducing greenhouse gas emissions, potential solutions have focused either on reducing light stress during heating, or the potential for identifying or engineering “super corals”. These studies, however, have tended to focus primarily on the bleaching response of corals, and assume that corals that bleach earlier in a thermal event are more likely to die. Here, we explore how survival, potential bleaching, and coral skeletal growth (as branch extension and densification) varies for conspecifics collected from distinctive reef zones at Heron Island on the Southern Great Barrier Reef. A series of reciprocal transplantation experiments were undertaken using the dominant reef building coral (Acropora formosa) between the highly variable ‘reef flat’ and the less variable ‘reef slope’ environments. Coral colonies originating from the reef flat had higher rates of survival and thicker tissues but reduced rates of calcification than conspecifics originating from the reef slope. The energetics of both populations however benefited from greater light intensity offered in the shallows. Reef flat origin corals moved to the lower light intensity of reef slope reduced protein density and calcification rates. For A. formosa, genetic difference, or long-term entrainment to a highly variable environment, appeared to promote coral survival at the expense of calcification. The response divorces coral resilience from carbonate coral reef resilience, a response that was further exacerbated by reductions in irradiance. As we begin to discuss interventions necessitated by the CO2 that has already been released to the atmosphere, we need to prioritise our focus on the properties that maintain valuable carbonate ecosystems. Rapid and dense calcification by corals such as branching Acropora is essential to the ability of carbonate coral reefs to rebound following disturbances events, but may be the first property that is sacrificed to enable coral genet survival under stress.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document