scholarly journals PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG HIV/ AIDS DI RT 01 RW 01 DUSUN PUCUNG LOR KECAMATAN NGANTRU KABUPATEN TULUNGAGUNG

2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 140-144
Author(s):  
Aprilia Nurtika Sari

HIV (Human Immunodeficiency Virus)/ AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah utama di Indonesia. Namun demikian, dalam kehidupan sehari-hari, topik mengenai HIV/ AIDS masih menjadi tabu untuk dibicarakan. Padahal, ketidaktahuan merupakan awal dari bahaya yang dapat mengancam jiwa karena HIV/AIDS merupakan penyakit yang menular. Siapapun dapat tertular HIV/AIDS jika tidak melindungi diri dengan benar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang HIV/AIDS. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah ibu rumah tangga sejumlah 50 orang yang didapatkan dengan teknik accidental sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2018 di RT 01 RW 01 Dusun Pucung Lor Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan persentase. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu rumah tangga tentang HIV/AIDS termasuk kategori cukup, yaitu 23 responden (46%), dan 27 responden (54%) termasuk kategori kurang. Berdasarkan karakteristik responden, sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang berusia lebih dari 35 tahun sebanyak 30 (60%) responden, dan tingkat pendidikan SMP sebanyak 26 (52%) responden. Simpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar ibu rumah tangga memiliki pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS. Petugas kesehatan perlu memaksimalkan upaya dalam memberikan penyuluhan - penyuluhan kesehatan khususnya mengenai HIV/AIDS kepada ibu rumah tangga. Sehingga mereka mempunyai pengetahuan yang baik dan mampu mencegah penularan HIV/AIDS.

2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Liya Muzdalifah ◽  
Triana Arisdiani ◽  
Hermanto Hermanto

AIDS  atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah IMS (infeksi menular seksual) viral yang berkembang dari infeksi HIV atau Human Immunodeficiency Virus. HIV/AIDS telah mencapai proporsi epidemik diseluruh dunia. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, dengan jumlah orang yang dilaporkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kejadian yang sesungguhnya. Hal ini terlihat dari jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya yang sangat meningkat secara signifikan. Diperkirakan terdapat sekitar 630.000 ODHA di Indonesia pada tahun 2015. Penelitian bertujuan ini untuk mengetahui gambaran sikap pencegahan HIV/AIDS pada karyawan di Desa Sidorejo. Penelitian deskriptif dengan metode cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 263 responden dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian ini didapatkan hasil sebagian besar responden memiliki sikap baik tentang HIV/AIDS sebanyak 228 orang atau 86,7%. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dapat digunakan sebagai dasar awal untuk melanjutkan penelitian dibidang sama dengan variabel penelitian lain yang belum diungkap sehingga didapatkan hasil informasi yang lebih luas dan lengkap. Kata kunci : Sikap, HIV/AIDS, karyawan DESCRIPTION OF HIV / AIDS PREVENTION ATTITUDE IN EMPLOYEES ABSTRACTAIDS or Acquired Immuno Deficiency Syndrome is a viral sexually transmitted infection that develops from HIV infection or the Human Immunodeficiency Virus. HIV / AIDS has reached epidemic proportions throughout the world. The case of HIV / AIDS is an iceberg phenomenon, with far fewer people reported compared to actual events. This can be seen from the number of AIDS cases reported each year which has increased significantly. It is estimated that there were around 630,000 PLWHA in Indonesia in 2015. The purpose of this study was to find a picture of HIV / AIDS prevention attitudes among employees in Desa Sidorejo. Descriptive research with cross sectional method. The total sample of 263 respondents using purposive sampling. This study found that the majority of respondents had good attitudes about HIV / AIDS as many as 228 people or 86.7%. Future studies are expected to be able to be used as an initial basis for continuing research in the same field as other research variables that have not been revealed so that the results obtained are more extensive and complete. Keywords: Attitudes, HIV / AIDS, employees


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 139
Author(s):  
Ni Kadek Putri Silvia Maha Dewi ◽  
Made Pasek Kardiwinata

ABSTRAK Persepsi adalah proses individu melakukan pengamatan melalui penginderaan terhadap objek tertentu yang kemudian diseleksi, diatur, serta diinterpretasikan untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti. Persepsi yang negatif dapat berpengaruh terhadap sikap dan penerimaan seseorang yang dapat memunculkan stigma dan diskriminasi. Tujuan penelitian ini mengetahui persepsi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan design penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional pada 102 responden yang dipilih secara non-probability sampling yaitu accidental sampling. Hasil univariat penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswa FK Unud berada pada tingkat persepsi negatif yaitu sebesar 52,94%. Kemudian, variabel yang lebih besar proporsinya memiliki persepsi baik yaitu variabel jenis kelamin laki-laki, program studi kesehatan masyarakat, semester delapan, mahasiswa yang pernah berinteraksi dengan ODHA, mahasiswa yang pernah mengikuti organisasi terkait ODHA, dan mahasiswa yang memiliki status interaksi baik.  Didapatkan juga bahwa tingkatan semester dan intensitas interaksi memiliki hubungan yang signifikat dengan persepsi mahasiswa terhadap ODHA. Oleh karena itu, disarankan bahwa pihak Fakultas Kedokteran maupun Program Studi menyediakan program peningkatan pengetahuan mahasiswa FK tentang HIV/AIDS dengan cara mengintegrasikan ke acara-acara mahasiswa untuk dapat meningkatkan persepsi mahasiswa terhadap pasien khususnya ODHA. Kata Kunci: Persepsi, ODHA, Mahasiswa Fakultas Kedokteran.


2016 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 178
Author(s):  
Yeni Tasa ◽  
Ina Debora Ratu Ludji ◽  
Rafael Paun

<em>Human Immunodeficiency Virus - Acquired Immuno Deficiency Syndrome </em>(HIV-AIDS)  merupakan penyakit menular yang jumlah penderitanya terus bertambah. Ibu rumah tangga merupakan penderita HIV/AIDS terbanyak di Kabupaten Belu. Pemanfaatan <em>Voluntary Counseling and Testing</em> (VCT) yang rendah oleh  orang dengan HIV/AIDS (odha) termasuk ibu rumah tangga terinfeksi HIV/AIDS menyebabkan  penyebaran HIV/AIDS sulit dikendalikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan umur, tingkat pendidikan, persepsi tentang penyakit, persepsi tentang pelayanan kesehatan, pekerjaan suami, pendapatan keluarga, keterjangkauan, persepsi keparahan penyakit dan persepsi stigma diri sendiri dengan pemanfaatan VCT oleh ibu rumah tangga terinfeksi HIV di Kabupaten Belu. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, disain <em>cross sectional.</em> Jumlah sampel adalah 90 orang yang merupakan total populasi<em>.</em> Penelitian dilakukan di Kabupaten Belu pada bulan Januari sampai Juli 2015. Analisa data secara deskriptif dan bivariat. Hasil analisis bivariat dengan uji <em>chisquare</em>menunjukkan adanya hubungan pendidikan (p=0,040), persepsi tentang penyakit (p=0,0001), persepsi tentang pelayanan kesehatan (p=0,0001), pendapatan keluarga (p=0,016), pekerjaan suami (0,037), keterjangkauan (p=0,038), persepsi keparahan penyakit (p=0,0001) dan persepsi stigma diri sendiri (p=0,0001) dengan pemanfaatan VCT. Persepsi tentang penyakit dan pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan dengan memperluas penyebaran informasi tentang penyakit HIV/AIDS dan manfaat VCT.<p><strong>Kata kunci</strong> :  HIV/AIDS, ibu rumah tangga,  pemanfaatan VCT</p>


2018 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 128
Author(s):  
Rokhani Rokhani ◽  
Mustofa Mustofa

Orang dengan infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) akan mengalami penurunan sistem imunitas pada tubuhnya, kondisi ini akan menyebabkan kondisi kesehatan semakin menurun hingga akan memunculkan berbagai macam gangguan kesehatan seperti infeksi oportunistik dan menurunnya berat badan hingga menjadi AIDS (Aquired Immune Deficiency Syndrome). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan titer virus yang dimiliki oleh pasien, dan mendiskripsikan kondisi kesehatan pasien serta karakteristik yang dimiliki pasien setelah terinfeksi oleh HIV selama 10 tahun. Penelitian ini menggunakan explanatory research dengan pendekatan cross-sectional study. Data diperoleh dengan teknik wawancara terpimpin pada 80 pasien yang terinfeksi HIV yang dianalisa dengan univariat menggunakan distribusi frequensi dan analisa bivariat dengan q-square. hasil penelitian menemukan adanya hubungan yang signifikan antara umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan dan viral load dengan lama hidup orang dengan HIV/AIDS. Konsumsi ARV, penerimaan terhadap status HIV-nya dan sikap positif dalam meninggalkan perilaku beresiko sangat penting bagi orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Kata kunci: Lama Hidup,  ODHA, 10 tahun dengan HIV/AIDS


2021 ◽  
Vol 33 (3) ◽  
pp. 156
Author(s):  
Afif Nurul Hidayati ◽  
Citra Dwi Harningtyas ◽  
Damayanti Damayanti ◽  
Maylita Sari ◽  
Linda Astari ◽  
...  

Background: The main target of human immunodeficiency virus (HIV) is cluster of differentiation 4 (CD4) T lymphocytes and several other immune cells that have CD4 receptors. They are also present in skin and mucosa, such as Langerhans cells (LC). Mucocutaneous lesions are one of the first clinical presentations of immunosuppression in HIV seropositive patients that manifest at different stages of the infection and require early diagnosis and prompt treatment. Purpose: To determine the clinical characteristics and the pattern of various mucocutaneous manifestations in Human immunodeficiency virus/Acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS) patients at Intermediate Care and Infectious Diseases Dr. Soetomo General Academic Hospital Surabaya. Methods: This is a descriptive retrospective study with a cross-sectional design. The study subject was classified as all HIV-AIDS patients with mucocutaneous manifestations treated in Intermediate Care and Infectious Diseases Dr. Soetomo General Academic Hospital Surabaya in 2019. Result: Out of the 614 patients who participated in the study, 72.1% were males. The majority of patients were in the age group 25–49 years (75.4%). The most common risk factor was heterosexuality (41.7%). Based on the distribution of mucocutaneous manifestations, the most common mucocutaneous manifestation was candidiasis mucocutan 387 patients (49.4%) followed by the pruritic papular eruption (PPE) 118 patients (15.1%) and human papillomavirus infection 57 patients (7.3%). Conclusion: Mucocutaneous manifestations occur throughout the course of HIV infection, and they can be considered as good clinical indicators for the progression of the disease and underlying immune status in resource-poor settings.


2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 97
Author(s):  
Valentina Meta Srikartika ◽  
Difa Intannia ◽  
Restu Aulia

ABSTRAK             Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Tatalaksana terapi HIV/AIDS adalah dengan pemberian antiretroviral (ARV) seumur hidup sehingga kepatuhan mengkonsumsi obat merupakan faktor penting untuk keberhasilan terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi  kepatuhan pasien HIV/AIDS alasan pasien tidak patuh mengkonsumsi obat. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara faktor keyakinan, faktor dukungan sosial, faktor pendidikan, efek samping obat yang dialami pasien dengan kepatuhan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dilakukan di poliklinik VCT RS Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Kepatuhan pasien diukur dengan menggunakan kuesioner MMAS-8 dan faktor kepatuhan diukur dengan kuesioner ACTG. Hasil analisis kepatuhan pada penelitian menunjukkan bahwa 32 (51,6%) pasien memiliki nilai kepatuhan yang tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pasien memiliki keyakinan yang tinggi sebanyak 34 pasien (54,8%), pasien memiliki dukungan sosial yang tinggi sebanyak 45 pasien (72,6%), pasien yang tidak merasakan efek samping sebanyak 33 pasien (53,2%), dan alasan pasien lupa mengkonsumsi obat tertinggi adalah pasien merasa keadaan yang dialaminya baik-baik saja sebanyak 14 orang (46,6%). Terdapat korelasi yang signifikan antara kepatuhan dengan efek samping obat (p=0,002, r= -0.326). Kata kunci: kepatuhan, faktor yang mempengaruhi kepatuhan, MMAS-8, ACTG, HIV/AIDS     ABSTRACT Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) is a set of illness symptoms, which is caused by Human Immunodeficiency Virus (HIV). As the HIV/AIDS therapy has to be consumed over a lifetime for the patients, the compliance on taking antiretroviral (ARV) medications is essential. This study aims to evaluate the compliance of HIV/AIDS outpatients and the reasons of patients incompliance. This study also examine the correlation between the beliefs, social support, education, and adverse medication events factors with ARV medication’s incompliance. The study design was cross sectional study design. The research was done in policlinic of VCT Dr. H.MOCH.SALEH hospital, Banjarmasin. The incompliance was obtained by having the ACTG questioners. The results of the compliance analysis in this study was 32 (51,6%) patients have a high compliance score. The result also showed that 34 patients (54.8%) had great belief, 45 patients (72.6%) had great social support and 33 patients (53.2%) did not get the drug side effects. Furthermore, the reason not to comply with the medicine was due to their conditions which were considered fine without medication (34 patients (37.4%)). The correlation between compliance and the drug side effects was significance (p=0,002, r= -0.326) Keywords: compliance, affected factors compliance, MMAS-8, ACTG, HIV/AIDS


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 55-63
Author(s):  
Machria Rachman

HIV (Human Immunodeficiency Virus)  dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat secara global. Prevalensi HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwangi juga cukup tinggi yakni 4.557 kasus. Cara penularan HIV terbesar adalah melalui hubungan seksual (71 %). Sejumlah 18,23% orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah wanita pekerja seks (WPS). Meskipun lokalisasi di Banyuwangi telah resmi ditutup pada tahun 2013, namun praktik prostitusi masih terselubung dijalankan. Hubungan seksual tanpa kondom menjadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi pengetahuan dan sikap WPS dengan persuasi penggunaan kondom di eks lokalisasi Gempol Porong Kabupaten Banyuwangi. Desain penelitian adalah analitik kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian yaitu WPS di Eks Lokalisasi Gempol Porong berjumlah 32 orang yang diambil dengan teknik Total sampling. Pengambilan data dengan metode angket dan dianalisis statistik menggunakan SPSS 20.0 version. Hasil penelitian menunjukkan bahwa WPS yang memiliki pengetahuan rendah dalam penanggulangan HIV/AIDS sebanyak 56,2 %, sikap negatif sebesar 53,1% dan sebanyak 59,4% tidak melakukan persuasi penggunaan kondom. Analisis uji chi-Square menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan WPS dalam penanggulangan HIV/AIDS dengan persuasi penggunaan kondom (ρ = 0,002α), serta ada hubungan antara sikap WPS dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS dengan persuasi penggunaan kondom (nilai ρ = 0,000α). Variabel yang berpengaruh terhadap penanggulangan HIV/AIDS dengan persuasi penggunaan kondom adalah sikap, dengan  probabilitas sikap negatif WPS sebesar 78%. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pihak terkait guna peningkatan 100% penggunaan kondom sehingga dapat menekan angka pertumbuhan HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwangi.


2020 ◽  
Author(s):  
VISIA LUH GITA

Human immunodeficiency virus (HIV) dan Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan salah satu sorotan dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs). Ibu hamil dengan HIV akan berisiko menularkan kepada bayinya. Tes HIV merupakan gerbang pembuka status HIV yang sangat penting dilakukan pada ibu hamil. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kenapa ibu hamil banyak yang tidak melakukan test HIV/AIDS pada masa kehamilannya , ini tentunya merupakan tantangan terberat bagi pemerintah khususnya petugas kesehatan, untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik anatara pemerintah, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document