Jurnal Pharmascience
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

126
(FIVE YEARS 85)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 1)

Published By "Center For Journal Management And Publication, Lambung Mangkurat University"

2460-9560, 2355-5386

2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 65
Author(s):  
Rezqi Handayani ◽  
Nurul Qamariah ◽  
Muhammad Izmiansyah

Saluang Belum (Luvunga sarmentosa Kurz) adalah tumbuhan yang dikenal sebagai obat tradisional di Kalimantan Tengah. Batang L. sarmentosa Kurz dipercayai memiliki manfaat secara empiris sebagai antioksidan yang dimanfaatkan sebagai anti-aging (anti penuaan dini). Batang L. sarmentosa Kurz mengandung metabolit sekunder yaitu tanin, saponin, steroid dan flavonoid yang diduga memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Berdasarkan khasiat empiris dan kandungan metabolit sekunder yang ada dalam tumbuhan L. sarmentosa Kurz, maka dilakukan penelitian tentang aktivitas daya hambat ekstrak etanol tumbuhan ini terhadap bakteri P. acnes yang merupakan salah satu bakteri penyebab jerawat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas daya hambat ekstrak etanol batang L. sarmentosa Kurz terhadap bakteri P.acnes. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari pengambilan simplisia, pembuatan ekstrak etanol dengan metode perkolasi dan uji daya hambat dengan menggunakan metode Disk Difusion yang menggunakan kontrol positif antibiotik klindamicin. Analisis data dilakukan dengan membandingkan lebar zona hambat dari ekstrak etanol batang L. sarmentosa Kurz  dengan kategori penghambatan antimikroba klindamisin berdasarkan diameter zona hambat dari Clinical and Laboratory Standards Institute.  Hasil uji daya hambat didapatkan zona hambat ekstrak etanol batang Saluang Belum pada semua konsentrasi 0,5%, 1%, 5%, 10% dan 15% secara berturut-turut yaitu  Intermediate, Resistant, Intermediate, Susceptible dan Susceptible dan hasil dari zona hambat klindamicin pada semua konsentrasi 0,5%,1%,5%,10%,dan 15% adalah susceptible. Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol batang L. sarmentosa Kurz mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri P.acnes.           Kata Kunci: Obat Tradisional, Jerawat, Uji Daya Hambat, Propionibacterium acnes, Batang Saluang Belum Saluang belum (Luvunga sarmentosa Kurz) is one of traditional medicine in Central Kalimantan. The stem of L. sarmentosa Kurz is believed to have empirical benefits as an antioxidant which is used as anti-ageing (anti-ageing). The stem of L. sarmentosa Kurz contains secondary metabolites, namely tannins, saponins, steroids and flavonoids which are thought to have antibacterial activity. Based on the empirical properties and the content of secondary metabolites in L. sarmentosa Kurz, a study was conducted on the inhibitory activity of this plant's ethanol extract against P. acnes, which is one of the bacteria that causes acne. The purpose of this study was to determine the inhibitory activity of the ethanol extract of L. sarmentosa Kurz stem against P.acnes bacteria. The research method carried out in this study started from taking simplicia, making ethanol extract using the percolation method and the inhibition test using the disk diffusion method which used a positive control of the clindamycin antibiotic. Data analysis was performed by comparing the inhibition zone width of the ethanol extract of L. sarmentosa Kurz stem with the clindamycin antimicrobial inhibition category based on the inhibition zone diameter of the Clinical and Laboratory Standards Institute. The results of the inhibition test obtained the inhibition zone of Saluang Belum stem ethanol extract at all concentrations of 0.5%, 1%, 5%, 10% and 15% respectively, Intermediate, Resistant, Intermediate, Susceptible and Susceptible and the results of the inhibition zone. Clindamycin at all concentrations of 0.5%, 1%, 5%, 10%, and 15% are susceptible. This research concludes that the ethanol extract of L. sarmentosa Kurz stem can inhibit the growth of P.acnes bacteria.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 7
Author(s):  
Adella Adella ◽  
Noor Cahaya ◽  
Siti Rahmah

Suplemen kalsium banyak digunakan oleh pasien yang menderita kanker dengan terapi hormonal di poliklinik sub spesialis bedah onkologi RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik berupa umur dan jenis kelamin pasien yang menerima suplemen kalsium, jenis kanker, obat lain yang diberikan bersama pemberian kalsium, jenis suplemen kalsium, frekuensi pemberian kalsium, lama pemberian kalsium dan penggunaan suplemen kalsium dari lama pemberian kalsium dan obat terapi hormonal yang digunakan di poliklinik sub spesialis bedah onkologi RSUD Ulin Banjarmasin. eksperimental deskriptif  adalah jenis penelitiannya serta pengambilan datanya dengan retrospektif menggunakan sumber cacatan medik pada tahun 2018. Data Populasi digunakan dengan kriteria inklusi adalah pasien kanker usia >18 tahun, menerima suplemen kalsium dan kriteria eksklusi yaitu penderita kanker dengan informasi catatan medik yang kurang lengkap/tak ditemukan. Total jumlah populasi yang digunakan adalah 55 pasien. Hasil dan kesimpulan penelitian didapatkan karakteristik berdasarkan usia pada rentang 26-35 tahun (1,81%), 36-45 tahun (10,91%), 46-65 tahun (43,64%), 56-65 tahun (40,00%) dan >65 tahun (3,64%); jenis kelamin perempuan (100%); jenis kanker berupa kanker payudara (98,18%) dan kanker tiroid (1,82%); obat lain yang diberikan bersama pemberian kalsium adalah obat golongan hormonal, kemoterapi sitotoksik, analgesik, H2 Blocker, ACE Inhibitor, Antihistamin, Bifosfonat, Analog vitamin D serta multivitamin lainnya; jenis suplemen kalsium yang didapat yaitu kalsium karbonat (100%); frekuensi pemberian kalsium 1x sehari 500 mg (100%); lama pemberian kalsium selama 7 hari (1,82%), 15 hari (1,82%), 20 hari (1,82%), 21 hari (1,82%), 30 hari (92,72%) dan penggunaan suplemen kalsium dari lama pemberian kalsium dan obat terapi hormonal yang digunakan adalah 7, 15, 20 dan 21 hari dengan jumlah pasien masing-masing 1 pasien terapi hormonal yang digunakan yaitu letrozole dan 30 hari dengan jumlah pasien 51 terapi hormonal yang digunakan yaitu letrozole, anasrozole, tamoxifen, goserelin acetate, megestrol acetate, dan levothyroxine. Kata Kunci: Suplemen, Kalsium, Onkologi, Hormonal, Kanker Calcium supplements are widely used by patients who suffer cancer with hormonal therapy at oncology surgery sub specialist polyclinic at Ulin Regional Public Hospital Banjarmasin. The research aims to describe the characteristics of the age and gender of patiens who receive calcium supplements, types of cancer, other drugs given with calcium, types of calcium supplements, frequency of calcium administration, duration of calcium administration and the use of calcium supplements from the duration of calcium administration and hormonal therapy drugs used at oncology surgery sub specialist polyclinic at Ulin Regional Public Hospital Banjarmasin. The research type is non-experimental descriptive and the data retrieval is taken restropective by using medical record as the source in 2018. The population data used with inclusion criteria are patients who suffer cancer with the age of > 18 years old, consumed calcium supplements and the exclusion criteria are patients with incomplete / not found medical record. The total population used are 55 patients. The research result and conclusion shows that the characteristics based on age is between 26-35 years old (1,81%), 36-45 years old (10,91%), 46-65 years old (43,64%), 56-65 years old (40,00%) and > 65 years old (3,64%); female (100%); types of cancer in the form of breast cancer (98,18%) and thyroid cancer (1,82%); other drugs given with calcium are hormonal medicine groups, cytotoxic chemotherapy, analgesic, H2 Blocker, ACE Inhibitor, Antihistamine, Bisphosphonates, Vitamin analogues D and other multivitamins; types of calcium supplements obtained is calcium carbonate (100%); frequency of calcium administration is 1 x 500 mg (100%) each day and duration of calcium administration is 7 days (1,82%), 15 days (1,82%), 20 days (1,82%), 21 days (1,82%), 30 days (92,72%) and the use of calcium supplements from the duration of calcium administration and hormonal therapy drugs used were 7,15,20 and 21 days with 1 patient each of hormonal therapy used letrozole and 30 days with 51 patients using hormonal therapy letrozole, anasrozole, tamoxifen, goserelin acetate, megestrol acetate, dan levothyroxine.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Elisabeth Natalia Barung ◽  
Rifny Wungow ◽  
Donald Emilio Kalonio

Rimpang Temulawak atau Curcuma xanthorriza Roxb. adalah tanaman yang dikenal luas oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Rimpang temulawak mengandung kurkumin dan xanthorrizzol, yang diketahui mampu mempercepat penutupan luka di kulit dan juga memiliki efek antibakteri dan antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui efektifitas perasan rimpang temulawak terhadap percepatan penutupan luka sayat pada tikus putih. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan subyek 10 ekor tikus putih yang dibagi dalam 2 kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberi perasan temulawak dan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan. Data dikumpulkan dengan mengukur panjang luka tikus menggunakan alat ukur penggaris dan dihitung persentasi penutupan luka. Data dianalisis menggunakan analisis regresi linear dan nilai slope (b) dinyatakan sebagai kecepatan penutupan luka. Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa rimpang temulawak mampu mempercepat penutupan luka sayat sebesar 15,262%/hari dibandingkan kelompok yang tidak diberi perlakuan sebesar 13,54%/hari. Kata Kunci: Perasan Rimpang Temulawak, Luka Sayat, Percepatan Penutupan Luka, Sediaan Sederhana, Obat Tradisional Indonesia Curcuma xanthorrhiza Roxb. is a plant that is widely known by the community as traditional medicine. The rhizome of C. xanthorrhiza contains curcumin and xanthorrhizol, which are known to be able to accelerate wound healing on the skin and also has antibacterial and anti-inflammatory effects. This study was aimed to determine the effectiveness of C. xanthorriza rhizome on the acceleration of incision wound healing on white rats. This study was an experimental study, with 10 white rat subjects divided into two treatment groups, namely the treatment group which was given by C. xanthorriza rhizome and the negative control group that was not treated. Data were collected by measuring rat wound length using a ruler and calculating the percentage of wound healing. By using linear regression analysis and the value of the slope (b) is expressed as the acceleration of wound healing. The results of the study showed that C. xanthorrhiza rhizome was able to accelerate incision wound healing by 15.262% / day compared to the untreated group of 13.54% / day.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 53
Author(s):  
Khoerul Anwar ◽  
Farida Istiqamah ◽  
Samsul Hadi

Akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Indonesia sebagai aprodisiaka. Ekstraksi akar tumbuhan ini dilakukan dengan berbagai pelarut yang salah satunya menggunakan etanol 70%.  Pemilihan pelarut ini dilakukan untuk memperoleh kandungan zat berkhasiat semaksimal mungkin yang ditandai dengan rendemen yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan suhu dan waktu ekstraksi optimum pada proses ekstraksi akar E. longifolia dengan pelarut etanol 70%. Metode OFAT (One Factor at The Time) digunakan pada uji pendahuluan dan metode RSM (Response Surface Methodology) digunakan pada desain eksperimen dengan bantuan software MINITAB 17. Penelitian dilakukan menggunakan 13 titik perlakuan dengan kombinasi suhu dan waktu yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik optimum rendemen ekstraksi akar E.longifolia sebesar 4,07% diperoleh pada suhu 51,8oC dan waktu 12,13 jam dengan nilai D (desirability) sebesar 0,92. Uji validasi model RSM menunjukkan keakuratan sebesar 97,76%. Model persamaan regresi yang menggambarkan pengaruh suhu dan waktu ekstraksi terhadap rendemen akar E. longifolia adalah Y = - 70,1 + 2,536X1 + 1,387X2 – 0,02389X12 – 0,0464X22 – 0,00500X1X2. Kata Kunci: Eurycoma longifolia Jack., Suhu dan Waktu Ekstraksi, Metode RSM, Etanol 70%The root of the pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) has long been used as a traditional medicine by the Indonesian people as an aphrodisiac. Extraction of plant roots is carried out with various solvents, one of which uses ethanol 70%. The selection of this solvent was carried out to obtain the maximum possible active metabolite content which is characterized by high yield. This study aims to determine the optimum extraction temperature and time in the root extraction process of E. longifolia with 70% ethanol as solvent. The OFAT (One Factor at The Time) method was used in the preliminary test and the RSM (Response Surface Methodology) method was used in the experimental design with the help of MINITAB 17 software. The study was conducted using 13 treatment points with different combinations of temperature and time. The results showed that the optimum yield point of E. longifolia root extraction was 4.07% at a temperature of 51.8°C and extraction time of 12.13 hours with D (desirability) value of 0.92. The validation test of the RSM model shows an accuracy of 97.76%. The regression equation model that describes the effect of temperature and extraction time on the root yield of E. longifolia is Y = - 70.1 + 2.536X1 + 1.387X2 – 0.02389X12 – 0.0464X22 – 0.00500X1X2.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 125
Author(s):  
Ratih Anggraeni ◽  
Roby Pahala Januario Gultom

Pengelolaan obat pada instalasi farmasi rumah sakit merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang harus terjamin mutunya. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan mutu pengelolaan obat di instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (RSUIPI) Medan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif periode bulan Maret sampai Mei tahun 2020. Data dikumpulkan melalui wawancara tenaga kefarmasian dan observasi di instalasi farmasi RSUIPI Medan. Indikator aspek pengelolaan obat diukur dari sumber daya manusia, perencanaan obat, pengendalian persediaan obat, penyimpanan obat, serta sarana dan prasarana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan obat, pengendalian persediaan obat, penyimpanan obat, serta sarana dan prasarana sudah memenuhi ketentuan dalam Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014. Walaupun demikian, sumber daya manusia masih belum tercukupi sesuai ketentuan peraturan tersebut. Maka dari itu, kesimpulan dari penelitian ini bahwa mutu pengelolaan obat di instalasi farmasi RSUIPI Medan belum memenuhi ketentuan mutu, terutama pada aspek jumlah SDM.  Kata Kunci: pengelolaan obat; instalasi farmasi; apoteker rumah sakit; pelayanan kefarmasian  Drug management in pharmacy installation is a part of pharmacy services whose quality must be guaranteed. The purpose of this study was to determine the quality of drug management in the pharmacy installation at the General Hospital Imelda Pekerja Indonesia (RSUIPI) Medan. This study was a descriptive study for the period March-May 2020. Data were collected through interviews with pharmacy personnel and observations at the Pharmacy Installation of RSUIPI Medan. Indicators of drug management aspects are measured from human resources, drugs planning, drug supply control, drug storage, facilities, and infrastructure. The results showed that the drugs planning, controlling drug supply control, drug storage, facilities, and infrastructure had met the requirements in Permenkes RI No 58 (2014). Meanwhile, human resources are still insufficient according to provisions of this regulation. Therefore, the conclusion of this study was that the quality of drug management in the pharmacy installation at RSUIPI Medan has not met the quality requirements, especially in the aspect of the number of human resources.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Muhammad Priyadi ◽  
Nurul Chusna ◽  
Isnawati Isnawati ◽  
Opi Indriani

Senyawa bahan alam yang terdapat pada tanaman memiliki banyak khasiat bagi kesehatan yang telah dibuktikan melalui pengobatan tradisional secara empiris. Identifikasi senyawa kimia sangat penting untuk mengetahui kemungkinan adanya senyawa yang dapat memiliki aktivitas farmakologi. Tanaman yang telah banyak digunakan oleh masyarakat termasuk pengobatan adalah temu kunci (Boesenbergia rotunda L.) dan serai (Cymbopogon citratus). Temu kunci dan serai diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Uji fitokimia pada ekstrak etil asetat temu kunci dan serai dilakukan dengan uji kualitatif pereaksi warna dan pengendapan serta kromatografi lapis tipis untuk melihat gambaran pemisahan senyawa kimia yang terkandung. Ekstrak etil asetat temu kunci dan serai mengandung senyawa golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid, fenol, dan kuinon. Senyawa pada temu kunci dan serai dapat dipisahkan menggunakan kromatografi lapis tipis dengan fase gerak etil asetat : n-heksan (8:2).    Kata Kunci: Fitokimia, Temu Kunci, Serai, Ekstrak Etil Asetat, Kromatografi Lapis Tipis Natural compounds found in plants have many health benefits that have been proven through empirically traditional medicine. Identification of chemical compounds is very important to determine the possibility of compounds having pharmacological activity. Plants that have been widely used by the community, including medicinal plants, are Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L.) and serai or lemongrass (Cymbopogon citratus). Temu Kunci and lemongrass were extracted using ethyl acetate as a solvent. Phytochemical test on ethyl acetate extract of temu Kunci and lemongrass was carried out by qualitative test using color reagent and deposition and thin layer chromatography to see the description of the separation of the chemical compounds contained. Temu Kunci and lemongrass ethyl acetate extracts contain alkaloids, terpenoids, flavonoids, phenols, and quinones. Compounds in Temu Kunci and lemongrass can be separated using thin layer chromatography with ethyl acetate: n-hexane (8: 2) as mobile phase.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Zahra Hasna Fadhilah ◽  
Farid Perdana ◽  
Raden Aldizal Mahendra Rizkio Syamsudin

Katekin merupakan senyawa bioaktif dengan kerangka flavan-3-ol dan menjadi senyawa utama penentu mutu serta dapat memberikan rasa pahit yang khas pada teh. Senyawa turunan katekin yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan paling kuat dan melimpah yaitu epigalokatekin galat. Tujuan dari review artikel ini yaitu untuk mengetahui kandungan senyawa katekin dan epigalokatekin galat sebagai antioksidan pada berbagai jenis teh berdasarkan nilai IC50.Metode penulisan review artikel ini dilakukan dengan mencari serta menganalisis studi pustaka dari beberapa jurnal yang berkaitan dengan aktivitas antioksidan pada berbagai jenis teh dengan penelusuran terhadap senyawa katekin, khususnya epigalokatekin galat. Hasil review menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan pada pengolahan jenis teh seperti teh hijau, teh oolong, dan teh hitam memiliki perbedaan yang cukup signifikan yang dapat dilihat dari kandungan senyawa katekin dan EGCG dimana semakin besar kandungan senyawa tersebut, maka aktivitas antioksidannya semakin tinggi. Selain itu, tingginya aktivitas antioksidan dapat dilihat dari nilai IC50. Semakin rendah nilai IC50, maka aktifitas antioksidan akan semakin tinggi. Teh hijau terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi diantara teh lainnya dengan kandungan katekin sebesar 10,04% dan epigalokatekin galat sebesar 3,28% serta nilai IC50 yang paling rendah yaitu 58,61 µg/mL. Kata Kunci: Katekin, Teh Hijau, Teh Oolong, Teh Hitam, Antioksidan Catechins are bioactive compounds with a flavan-3-ol structure and become a major determinant of quality compounds and can give a distinctive bitter taste of tea. Catechin derivative compounds that have the antioxidant activity as the strongest and abundant are epigallocatechin gallate. The purpose of this article review was to determine the content of catechins and epigallocatechin gallate compounds as an antioxidant in various types of tea based on the IC50 value. The method of writing of this article review was carried out by searching and analyzing literature studies from several journals related to antioxidant activity in various types of tea by tracing catechin compounds, especially the epigallocatechin gallate. The results of the review showed that the antioxidant activity in the processing of types of tea such as green tea, oolong tea, and black tea has significant differences which could be seen from the content of catechins and EGCG compounds where the greater the content of the compounds, the higher the antioxidant activity. Also, the high antioxidant activity can be seen from the IC50 value. The lower the IC50 value, the higher the antioxidant activity. Green tea shows to have the highest antioxidant activity among other teas with a catechin content of 10.04% and an epigallocatechin gallate of 3.28% and the lowest IC50 value of 58.61 µg/mL.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Havizur Rahman ◽  
Putri Maya Sari ◽  
Fitrianingsih Fitrianingsih ◽  
Ai Kurniati ◽  
Fitri Kurniawati

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas antioksidan dari ekstrak belut (Monopterus albus) yang hidup di perairan provinsi jambi. Radikal bebas cenderung menimbulkan reaksi berantai yang apabila terjadi di dalam tubuh akan dapat menimbulkan kerusakan sel yang berlanjut dan terus menerus terutama pada penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi dan hiperkolesterol. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan seyawa antioksidan, salah satunya asam amino. Di dalam al-Quran disebutkan bahwa bangkai yang halal untuk dimakan adalah ikan dan belalang. Belut merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki kandungan albumin yang tinggi. Sampel daging belut yang telah difillet dan dipisahkan dari kepalanya, dipotong kecil-kecil dengan ukuran 1,5 cm2 dan dibalut dengan kain tipis dalam sebuah mangkuk, lalu dikukus, dipress, dan disentrifus.  diambil fase air dan minyak dan dibuang pengotornya dengan cara disaring, lalu dikeringkan menggunakan freeze drying sehingga diperoleh ekstrak belut dalam bentuk serbuk. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Radical Scavenging method menggunakan senyawa kimia DPPH (2,2- difenil-1-pikrilhidrazil). Dari hasil penelitian ditemukan bahwa nilai IC50 ekstrak belut sebesar 29,0816 ppm. Ekstrak belut memiliki potensi menangkal radikal bebas dengan aktifitas kuat. Kata Kunci: Ektstrak Belut, Monopterus albus, Penangkal Radikal Bebas This study aims to determine the antioxidant activity of eel (Monopterus albus) extracts that live in the waters of the province of Jambi. Free radicals tend to cause chain reactions that occur in the body and will cause ongoing and continuous cell damage, especially in chronic diseases such as diabetes, hypertension and hypercholesterolemia. Prevention can be done by providing antioxidants, one of which is amino acids. In the Koran, it is stated that the carcasses that are lawful to eat are fish and grasshoppers. Eel is a type of fish that has a high albumin content. The eel meat sample that has been filled and given from its head, is cut into small pieces with a size of 1.5 cm2 and wrapped in a thin cloth in a container, then steamed, pressed, and centrifuged. the air and oil phases are taken and the impurities are removed by filtering, then they are dried using freeze drying in order to obtain the eel extract in powder form. The method used in this study is the Radical Scavenging Method using the chemical compound DPPH (2,2- diphenyl-1-pikrilhidrazil). From the research results it was found that the IC50 value of eel extract was 29.0816 ppm. Eel extract has the potential to ward off free radicals with strong activity.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 94
Author(s):  
Dwi Rizki Febrianti ◽  
Rakhmadhan Niah ◽  
Novia Ariani

Daun Kumpai Mahung (Eupathorium inulifolium H.B & K) merupakan salah satu tumbuhan endemik Kalimantan Selatan. Secara turun temurun digunakan sebagai obat tradisional Dayak Meratus sebagai obat diare, demam, dan malaria. Tanaman ini dicurigai memiliki nilai antioksidan tinggi karena mengandung metabolit skunder fenolik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun E. inulifolium serta nilai IC50-nya. Penelitian ini menggunakan metode DPPH dengan instrumen spektofotometri UV-vis dengan panjang gelombang 517 nm. Dari hasil perhitungan dan replikasi nilai IC50 yang didapat sebesar 38,9 ppm. Ekstrak daun E. inulifolium memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dalam meredam radikal bebas. Kata Kunci: Daun, Potensi Antioksidan, Endemik, IC50, Ekstrak Etanol, Fenolik Kumpai Mahung (Eupathorium inulifolium H.B & K) leaves are one of the endemic plants of South Kalimantan. From generation to generation it is used as a traditional medicine for Dayak Meratus as a medicine for diarrhea, fever, and malaria. This plant is suspected of having high antioxidant value because it contains phenolic secondary metabolites. The purpose of this study was to determine the antioxidant activity of the methanol extract of E. inulifolium leaves and its IC50 value. This study used the DPPH method with spectophotometer UV-vis instrument at wavelength of 517 nm. From the calculation and replication, the IC50 value obtained is 38.9 ppm. E. inulifolium leaf extract has very strong antioxidant activity in reducing free radicals. 


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Dewita Rinowati ◽  
Hidayaturrahmah Hidayaturrahmah

Sumber energi dan biomarker terhadap kondisi fisiologis ikan dipengaruhi oleh faktor kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil glukosa pada ikan gelodok (Periopthalmodon schlosseri) di Desa Tanipah dan Desa Kuala Lupak, Kabupaten Barito Kuala sebagai sumber pengetahuan. Metode yang digunakan adalah  GOD-PAP yaitu penetapan glukosa darah dari sampel serum dan plasma secara enzimatik menggunakan Glukosa Oksidase Para Amino Phenazone menghasilkan warna merah yang diukur dengan fotometer. Hasil yang didapatkan kadar glukosa rata-rata ikan gelodok dari pengambilan Desa Tanipah didapatkan 45,87 ± 13,6 mg/dL Pengambilan di Desa Kuala Lupak rata-rata kadar glukosa sebesar 49,75 ± 27,6 mg/dL. Glukosa ikan gelodok yang didapatkan dari kedua desa tersebut berada dibatas normal kadar glukosa darah pada ikan. Kata Kunci: Glukosa, darah, ikan gelodok, GOD-PAP, glikogen  Energy sources and biomarkers of fish physiological conditions are influenced by blood glucose levels. This study aimed to determine the glucose profile of the jellyfish (Periopthalmodon schlosseri) in Tanipah Village and Kuala Lupak Village, Barito Kuala Regency as a source of knowledge. The method used is GOD-PAP namely the determination of blood glucose from serum and plasma samples enzymatically using Glucose Oxidase The Amino Phenazone produces a red color as measured by a photometer. The results obtained by the average level of glucose in Mudskipper from the taking of Tanipah Village were 45.87 ± 13.6. Taking in the village of Kuala Lupak the average glucose level was 49.75 ± 27.6 mg / dL. Mudskipper fish glucose obtained from the two villages is within the normal limits of blood glucose levels in fish.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document