scholarly journals Hubungan Aktivitas Fisik dan Perilaku Makan dengan Status Gizi Pelajar Sekolah Dasar Islam Al-Falaah Ciputat

2020 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
Author(s):  
Siti Tiara Romadhoni ◽  
Erma Mexcorry Sumbayak ◽  
Anna Maria Dewajanthi

Masalah gizi pada anak perlu mendapat perhatian karena pengaruhnya yang besar terhadap tumbuh kembang anak. Faktor-faktor yang memengaruhi status gizi antara lain aktivitas fisik, asupan energi yang berlebihan dan pengeluaran energi yang tidak seimbang yang menyebabkan kelebihan berat badan. Selain aktivitas fisik, perilaku makan turut berperan dalam terjadinya masalah gizi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas fisik dan perilaku makan dengan status gizi pada anak sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan simple random sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 96 siswa sekolah SDI Al-Falaah Ciputat (usia 9-12 tahun). Kuesioner Baecke Physical Activities dan Child Eating Behavior yang telah divalidasi digunakan untuk pengumpulan data. Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas (aktivitas fisik dan perilaku makan) terhadap variabel terikat (status gizi). Hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara aktivitas fisik dan status gizi. Siswa dengan aktivitas fisik rendah memiliki status gizi di atas normal. Siswa penghindar makanan cenderung memiliki status gizi yang lebih rendah, sedangkan siswa penyuka makanan berstatus obesitas. Analisis bivariat menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan aktivitas fisik dan perilaku makan terhadap status gizi anak SD Islam Al-Falaah Ciputat.

2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 147
Author(s):  
Alivia Norma Yusintha ◽  
Adriyanto Adriyanto

Background: In Indonesia, underweight and overweight is a problem that is still common in adolescent girl. Many factors that determine the nutritional status of adolescent girl such as eating behavior and body image. Changes in eating behavior in adolescent girl are caused they have a negative body image. Adolescent girl want to have a tall and slim body.Objective: This study was conducted to analyze the relationship between eating behavior and body image with nutritional status of adolescent girl aged 15-18 years.Methods: This study was an observational analytic study using cross sectional design on 93 adolescent girl who selected by simple random sampling. The data were collected using an Adolescent’ Food Habit Checklist (AFHC) questionnaire, body image generated using a Body Shape Questionnaire (BSQ) questionnaire, and anthropometric data.Results: The results showed that most adolescent girl had good eating behavior ((57%), positive body image (80.6%), and normal nutritional status (72%). There was a relationship between eating behavior (p=0.013) and body image (p=0.002) with nutritional status of adolescent girl.Conclusion: Adolescent girl who have good eating behavior and positive body image have good nutritional status. Adolescent girl are expected to serve out good eating behavior such as getting breakfast and often consume vegetables and fruits to create a good nutritional status as well.ABSTRAKLatar Belakang: Di Indonesia, masalah gizi kurang dan gizi lebih adalah masalah yang masih sering terjadi di usia remaja terutama pada remaja putri. Banyak faktor yang menentukan status gizi remaja putri seperti perilaku makan dan citra tubuh. Perubahan perilaku makan pada remaja putri dikarenakan mereka memiliki citra tubuh yang negatif. Remaja putri ingin memiliki tubuh yang tinggi dan langsing.Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara perilaku makan dan citra tubuh dengan status gizi remaja putri usia 15-18 tahun.Metode: Penelitian ini adalah observasional analitik menggunakan studi cross sectional pada 93 remaja putri yang dipilih secara simple random sampling. Data yang dikumpulkan adalah terkait perilaku makan yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner Adolescent Food Habit Checklist (AFHC), citra tubuh yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner Body Shape Questionnaire (BSQ), dan data antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan.Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar remaja putri memiliki perilaku makan yang baik (57%), citra tubuh positif (80,6%), dan status gizi normal (72%). Terdapat hubungan antara perilaku makan (p=0,013) dan citra tubuh (p=0,002) dengan status gizi remaja putri usia 15-18 tahun.Kesimpulan: Remaja putri yang memiliki perilaku makan yang baik dan citra tubuh positif memiliki status gizi yang baik. Remaja putri diharapkan dapat menjalani perilaku makan yang baik seperti membiasakan sarapan dan sering mengonsumsi sayur dan buah agar tercipta status gizi yang baik pula. 


2019 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 232
Author(s):  
Adhelia Niantiara Putri ◽  
Lailatul Muniroh

Background: Picky eater is unwillingness to eat unfamiliar food or try new food as well as strong food preference. Picky eater behaviour in preschool-aged children might cause an insufficient intake of food and lead to impaired growth. Objectives: This study aimed to analyze the correlation between picky eater with adequacy level of intake and nutritional status among preschool children in KB-TK Al-Hikmah Surabaya.Methods: This study was an analytic observational study with a cross-sectional design. 45 subjects aged 41-59 months participated in this study. Simple random sampling method was used to select the sample of this study. Data were collected by measuring height, weight, filling Child Eating Behaviour Questionnaire, and nutrient intake by filling Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire. All data were analyzed using Spearman’s Rho test using SPSS v25.0.Results: This study discovered that 57.6% of subjects had picky eater behaviour, 40% subject had high intake of energy but 95,6% subject had low fibre intake, 22.2% subject were malnutrition, 20% subject were wasting, 13.3% subject were categorized as stunting. Around 23.1% subject with picky eater behaviour had malnutrition. Energy intake level (p=0.000, r=0.717), carbohydrate (p=0.000, r=0.566), protein (p=0.007, r=0.396), dan fat (p=0.000, r=0.599) were correlated to picky eater behaviour. Subjects with picky eater tend to have lower intake level compared to non-picky eater subjects. All subjects have low fibre intake. Nutritional status were not correlated to picky eater behaviour with WAZ (p=0.444), HAZ (p=0.366) and WAZ (p=0.235). Conclusions: There were correlation between picky eater behaviour and intake level. Subject with this behaviour needs to improve their intake level to prevent incident of underweight.ABSTRAKLatar belakang: Picky eater adalah perilaku memilih-milih makanan yang ditandai dengan terbatasnya jumlah pilihan makanan. Kejadian picky eater pada anak prasekolah berakibat kekurangan asupan jangka panjang, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan anak.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara perilaku picky eater dengan tingkat kecukupan zat gizi dan status gizi pada anak usia prasekolah di KB-TK Al-Hikmah Surabaya.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional. 45 subyek dengan usia 41-59 bulan berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode simple random sampling digunakan untuk pengambilan sampel. Pengumpulan data meliputi pengukuran antropometri, pengisian Child Eating Behavior Quiessionare, dan Semi-Quantitative Food Frequency Questionnare. Seluruh data dianalisis menggunakan SPSS v25.0 dengan uji Spearman’s Rho.Hasil : Hasil menunjukkan 57,8% responden memiliki perilaku picky eater. Tingkat kecukupan zat gizi memiliki hasil beragam dengan tingkat kecukupan serat kurang. Terdapat 22,2% subyek dengan status gizi kurang, 13,3% subyek dengan stunting, dan 20% subyek dengan wasting. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kecukupan energi (p=0,000, r=0,717),  karbohidrat (p=0,000, r=0,566), protein (p=0,007, r=0,396), dan lemak (p=0.000, r=0,599) dengan kejadian picky eater namun tidak berhubungan dengan tingkat kecukupan serat (p=0,825), status gizi BB/U(p=0,444), TB/U(p=0,366) dan BB/TB(p=0,235).Kesimpulan : Subyek yang berperilaku picky eater memiliki tingkat kecukupan zat gizi lebih rendah. Picky eater berhubungan tingkat kecukupan zat gizi. Responden dan subyek dengan perilaku ini sebaiknya memperbaiki kebiasaan makan dan memperbanyak konsumsi serat untuk mencegah kejadian gizi kurang


2019 ◽  
Vol 12 (02) ◽  
pp. 30-35
Author(s):  
Etika Purnama Sari

Malnutrition cause disturbance of processes such as production energy and growth on children. Chidren with age 6-12 years old prefer to watch television. They spend their time more than one hour to watching television and playing a game. The situation caused reducing energy, so can cause overweight.  The purpose of this study was analized the correlation of nutritional status with physical activity. The method of this study used analytic with cross sectional approach. The sampel of this research were 6th grade students at SDN banyu Urip III Surabaya which amounts to 35 students. The sampling technique was simple random sampling. Physical activity was measured with questionnaire and nutritional status used body weight according to age curve from NCHS. The statistic used spearman rho correlation test. The result showed that p value = 0,00 with α=0,05. It means there is a correlation of nutritional status with physical activity. That situation described about the lack of nutritional status can cause lack of production energy so can cause less agile physical activity and look weak. The recommendation from this study are increasing physical activities beyond study time and increasing the variation of the menu in canteen, so that students can choose nutritious food.


2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 68-72
Author(s):  
Umi Nadhiroh ◽  
Anjarwati Ajarwati

Anemia due to iron deficiency was the most common problem suffered by women. Around 41,4% - 66,7% young womens in Indonesia suffered from anemia. A preliminary study  at STIKES ‘Asyiyah Yogyakarta showed that 7 out of 10 respondents have anemia with 9 of them have good eating habits. One of the reason of iron deficiency caused by their eating behavior. Instead of choosing foods based on the taste rather than nutritional consideration. This condition would affected on the student’s concentration ability. The research aim was to find the eating behavior and the anemia cases among adolescents at STIKES ‘Asyiyah Yogyakarta. . This was a quantitative descriptive research with cross sectional approach. The cluster sampling was used by simple random sampling. The analysis results showed 29 of 30 respondents have good eating behavior but 26 of them have anemia. Based on the finding, the adolescent suggested to put their concern more about the quality and quantity of food that will consume and take blood booster tablets especially during menstruation.


2014 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 56
Author(s):  
Putri Zalika Laila M.K

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah sekelompok sindrom yang berkaitan erat yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah. Pada umumnya faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner adalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan tekanan darah dengan kejadian penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI periode Januari-Desember 2012. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional di bagian ilmu penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI dan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan cara pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Dari 200 subjek penelitian, penyakit jantung yang mempunyai hipertensi sebanyak 100 dan yang tidak hipertensi sebanyak 100. Hasil analisis didapatkan jumlah pada subjek hipertensi yang terkena penyakit jantung koroner sebesar 64(64%) sedangkan pada non hipertensi yang terkena penyakit jantung koroner didapatkan sebanyak 32(32%). Rasio prevalensi didapatkan adalah 2,00 dengan interval kepercayaan 95% antara 1,450-2,758. Hasil analisis chi-squeare didapatkan nilai X2 didapatkan hasil 19,251 dan nilai p: 0,000 yang artinya ada hubungan faktor risiko antara hipertensi dengan penyakit jantung koroner dengan taraf significant sangat bermakna. Hipertensi merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner, penderita hipertensi berisiko 2 kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner.


2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Dina Athanmika

<p>Merokok adalah perilaku penggunaan .Wabah tembakau atau rokok telah meracuni dan membunuh 4 juta penduduk dunia setiap tahunnya.  Berdasarkan laporan WHO tahun 2008 ditemukan 24,1% remaja pria Indonesia adalah perokok. Konsumsi rokok di Indonesia meningkat lebih cepat dibandingkan negara-negara lain. Pada kelompok umur 10-14 tahun, jumlah perokok meningkat dari 0.3% menjadi 1.4% dalam kurun waktu 18 tahun (1995-2013), dan pada kelompok umur 15-19 tahun terjadi peningkatan dari 7,1% ke 18,3%.  Hasil Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa terdapat 30,3% perokok aktif di Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok didalam rumah Kelurahan Tarok Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun 2014.Penelitian menggunakan desain <em>cross sectional</em>. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga  perokok yang berada di Kelurahan Tarok Kecamatan Payakumbuh   Utara   dengan   jumlah   sampel   162   responden   dan   dipilih menggunakan teknik Simple Random Sampling. Pengolahan data menggunakan analisis univariat dan bivariat (Uji Chi-Square).Hasil analisis univariat didapatkan sebagian besar (89,5 %)  responden mempunyai perilaku merokok, 62,3% responden memiliki sikap negatif, terdapat 51,2% responden memiliki <em>perceive behavioral </em>yang tinggi, dan 56,8 % responden memiliki peran ibu rumah tangga yang tidak optimal. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peran ibu rumah tangga (p = 0,032 ; OR = 3,6), tidak ada hubungan sikap (p = 0,958 ; OR =1,18) dan <em>perceive behavioral </em>(p = 0,152 ; OR = 2,5) dengan perilaku merokok didalam rumah.penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan peran ibu rumah tangga terhadap perilaku merokok. menjalin kerjasama dengan tokoh masyarakat   dalam memberikan informasi dan pengetahuan kepada warga berupa penyuluhan kesehatan tentang merokok agar dapat menghentikan kebisaan merokok didalam rumah.</p>


2018 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 72
Author(s):  
Retno Dewi Noviyanti ◽  
Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati

Kelompok anak sekolah (7-12 tahun) merupakan kelompok rentan gizi. Pada umumnya kelompok ini berhubungan dengan perkembangan yang cepat dalam proses intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang aktif, yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah relatif besar. Sarapan pagi merupakan faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar anak di sekolah. Sarapan pagi mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi anak sekolah, karena dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran di sekolah, sehingga prestasi belajar menjadi baik. Sarapan menyumbangkan energi sebesar 25% dari kebutuhan gizi sehari. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta. Metode penelitian adalah cross-sectional. Penelitian dilakukan pada siswa dengan usia 9-12 tahun sebanyak 56 anak. Teknik samplingnya adalah simple random sampling. Data kebiasaan sarapan pagi diperoleh dengan wawancara, data prestasi belajar diperoleh dari nilai ulangan harian. Analisis data menggunakan uji Fisher Exact. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar siswa melakukan sarapan pagi sebesar 78,6%, prestasi belajar sebagian besar dengan kategori tuntas sebesar 85,7% dengan nilai rata-rata 84,4 ± 8,09 SD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 85
Author(s):  
Nova Radiani Hasibuan

Pola asuh merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Gampong  Sidorejo Kecamatan Langsa Lama Kota Langsa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita sebanyak 204 orang. Sampel sebanyak 75 ibu yang mempunyai balita. Pengambilan sampel secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara keseluruhan variabel pola asuh ibu (perawatan dan perlindungan ibu untuk anaknya, praktik menyusui dan pemberian MP-ASI, pengasuhan psikososial, penyiapan makanan, kebersihan diri dan sanitasi lingkungan dan praktik kesehatan di rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan) terhadap status gizi anak balita. Variabel pola asuh ibu (perawatan dan perlindungan ibu untuk anaknya, praktik menyusui dan pemberian MP-ASI dan praktik kesehatan di rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan) merupakan yang paling dominan (berpengaruh) terhadap status gizi anak balita


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 92-99
Author(s):  
Aminah Aatinaa Adhyatma

Deteksi dini kanker serviks salah satunya melalui pemeriksaan Pap Smear, sebagai pemeriksaan sitologi untuk melihat adanya keganasan pada epitel serviks/ porsio. Salah satu masalah pelaksanaan Pap Smear umunya masih disebabkan karena masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk Indonesia mengenai pemeriksaan Pap Smear. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) dengan motivasi melakukan pemeriksaan Pap Smear di Desa Jetis Wilayah Kerja Puskesmas Jimbaran Tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik secara Cross Sectional pada wanita usia subur usia 35-40 tahun di Desa Jetis sebanyak 87 responden diambil dengan teknik Simple Random Sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner serta analisis data dengan menggunakan uji korelasi KendallTau (τ).Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang Pap Smear kurang yaitu sebesar 62,1% sedangkan motivasi responden untuk melakukan pemeriksaan pap smear sebagian besar rendah yaitu sebesar 86,2%. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan wanita usia subur dengan motivasi melakukan pemeriksaan pap smear (p value <0,05) dan nilai τ = 0,281 memiliki makna ada hubungan arah positif, hal ini berarti perubahan pengetahuan yang baik akan mempengaruhi motivasi yang tinggi untuk melakukan pemeriksaan pap smear.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Basok Buhari ◽  
Susi Widiawati ◽  
Anggi Ellijayanti

Latar Belakang: Praktik klinik merupakan proses pembelajaran di rumah sakit yang bertujuan untuk mengenal lebih awal bagi mahasiswa mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk mengenal proses keperawatan. Lingkungan klinik rumah sakit merupakan satu-satunya sumber kecemasan terbesar bagi kalangan mahasiswa keperawatan Praktik klinik ini akan menimbulkan kecemasan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran preceptor dan pengetahuan mahasiswa dengan kecemasan mahasiswa terhadap pembelajaran praktik klinik dirumah sakit. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Subjek yang diteliti adalah mahasiswa keperawatan yang praktik klinik di RSUD Raden Mattaher Jambi. Penelitian ini telah dilakukan pada Tanggal 16 s/d 20 Juli Tahun 2019 dengan 6 Ruang Rawat Inap. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling sebanyak 43 responden. Metode pengambilan data dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil: Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa terdapat 28 (65,1%) responden menyatakan peran preceptor baik, 25 (58,1%) responden memiliki pengetahuan yang baik dan 27 (62,8%) responden memiliki tingkat kecemasan normal terhadap pembelajaran praktik klinik di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2019. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa hubungan pengetahuan mahasiswa dengan kecemasan mahasiswa terhadap pembelajaran praktik klinik di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2019 (P-Value= 0,000). Saran: Diharapkan RSUD Raden Mattaher Jambi melakukan pelatihan secara berkala bagi preceptor. Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Rumah Sakit terkait peran preceptor dan pengetahuan mahasiswa yang dapat mempengaruhi kecemasan mahasiswa saat melakukan praktik klinik di Rumah Sakit. Kata Kunci: Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan, Kecemasan, Peran Preceptor


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document