scholarly journals Hubungan Perilaku Picky eater dengan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Status Gizi Anak Usia Prasekolah Di Gayungsari

2019 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 232
Author(s):  
Adhelia Niantiara Putri ◽  
Lailatul Muniroh

Background: Picky eater is unwillingness to eat unfamiliar food or try new food as well as strong food preference. Picky eater behaviour in preschool-aged children might cause an insufficient intake of food and lead to impaired growth. Objectives: This study aimed to analyze the correlation between picky eater with adequacy level of intake and nutritional status among preschool children in KB-TK Al-Hikmah Surabaya.Methods: This study was an analytic observational study with a cross-sectional design. 45 subjects aged 41-59 months participated in this study. Simple random sampling method was used to select the sample of this study. Data were collected by measuring height, weight, filling Child Eating Behaviour Questionnaire, and nutrient intake by filling Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire. All data were analyzed using Spearman’s Rho test using SPSS v25.0.Results: This study discovered that 57.6% of subjects had picky eater behaviour, 40% subject had high intake of energy but 95,6% subject had low fibre intake, 22.2% subject were malnutrition, 20% subject were wasting, 13.3% subject were categorized as stunting. Around 23.1% subject with picky eater behaviour had malnutrition. Energy intake level (p=0.000, r=0.717), carbohydrate (p=0.000, r=0.566), protein (p=0.007, r=0.396), dan fat (p=0.000, r=0.599) were correlated to picky eater behaviour. Subjects with picky eater tend to have lower intake level compared to non-picky eater subjects. All subjects have low fibre intake. Nutritional status were not correlated to picky eater behaviour with WAZ (p=0.444), HAZ (p=0.366) and WAZ (p=0.235). Conclusions: There were correlation between picky eater behaviour and intake level. Subject with this behaviour needs to improve their intake level to prevent incident of underweight.ABSTRAKLatar belakang: Picky eater adalah perilaku memilih-milih makanan yang ditandai dengan terbatasnya jumlah pilihan makanan. Kejadian picky eater pada anak prasekolah berakibat kekurangan asupan jangka panjang, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan anak.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara perilaku picky eater dengan tingkat kecukupan zat gizi dan status gizi pada anak usia prasekolah di KB-TK Al-Hikmah Surabaya.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional. 45 subyek dengan usia 41-59 bulan berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode simple random sampling digunakan untuk pengambilan sampel. Pengumpulan data meliputi pengukuran antropometri, pengisian Child Eating Behavior Quiessionare, dan Semi-Quantitative Food Frequency Questionnare. Seluruh data dianalisis menggunakan SPSS v25.0 dengan uji Spearman’s Rho.Hasil : Hasil menunjukkan 57,8% responden memiliki perilaku picky eater. Tingkat kecukupan zat gizi memiliki hasil beragam dengan tingkat kecukupan serat kurang. Terdapat 22,2% subyek dengan status gizi kurang, 13,3% subyek dengan stunting, dan 20% subyek dengan wasting. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kecukupan energi (p=0,000, r=0,717),  karbohidrat (p=0,000, r=0,566), protein (p=0,007, r=0,396), dan lemak (p=0.000, r=0,599) dengan kejadian picky eater namun tidak berhubungan dengan tingkat kecukupan serat (p=0,825), status gizi BB/U(p=0,444), TB/U(p=0,366) dan BB/TB(p=0,235).Kesimpulan : Subyek yang berperilaku picky eater memiliki tingkat kecukupan zat gizi lebih rendah. Picky eater berhubungan tingkat kecukupan zat gizi. Responden dan subyek dengan perilaku ini sebaiknya memperbaiki kebiasaan makan dan memperbanyak konsumsi serat untuk mencegah kejadian gizi kurang

2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
SAVIRA RAHMADIAN ◽  
FITRI FITRI ◽  
YULIANA ARSIL

Pola konsumsi vegetarian memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, namun pola konsumsi ini juga memiliki resiko defisiensi beberapa zat gizi diantaranya zat besi. Wanita vegetarian, lebih beresiko untuk mengalami anemia karena pola konsumsi vegetarian tidak mengkonsumsi protein hewani. Keterbatasan mengkonsumsi produk hewani ini yang dapat menyebabkan wanita vegetarian ini mudah terkena anemia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola konsumsi dan asupan zat besi (Fe) dengan kejadian anemia pada wanita vegetarian usia produktif di Pekanbaru. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu cross-sectional study. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa identitas responden yang diperoleh melalui kuesioner, pola konsumsi baik berupa jenis dan bahan makanan diperoleh melalui Food Frequency Questionaire, asupan zat besi diperoleh melalui Food Recall 1x24 jam, dan data kadar Hemoglobin diperoleh melalui pengambilan darah kapiler menggunakan alat Easy Touch GCHb. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan Indonesia Vegetarian Society (IVS) berupa nama, umur dan alamat anggota. Data dianalisa secara univariat dan bivariat. Pada penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan jumlah sampel 51 responden. Penelitian ini dilakukan 2 tahap yaitu survey pendahuluan pada bulan Oktober 2014 dan penelitian lanjutan dilakukan pada bulan April-Juni 2015. Tempat Penelitian Sekretariat Indonesia Vegetarian Society (IVS) Pekanbaru dan Pusdiklat Bumi Suci Maitreya Pekanbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi dengan kejadian anemia, p value =0,921 (p > 0,05). Sedangkan asupan zat besi memiliki hubungan signifikan dengan kejadian anemia, p value= 0,001 (p < 0,005). Sebaiknya IVS mengadakan konseling dan penyuluhan pada wanita vegetarian agar asupan zat besi wanita vegetarian cukup dan yang terhindar dari anemia.


2020 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 213
Author(s):  
Stefania Widya Setyaningtyas ◽  
Thinni Nurul Rochmah ◽  
Trias Mahmudiono ◽  
Susi Hidayah ◽  
Yurike D Adhela

ABSTRACT  Background: anemia prevention through iron-folic acid supplementation (IFA) for female adolescent has become goverment’s program priority. Although this programme have been running, several constrains including consumption compliance was frequently found. On the other hand, school have potential resources such as Junior of The Red Cross (PMR) which can be peer educator for health including anemia for other students. Objectives: this research was aimed to describe knowledge, practice, and attitude of PMR member toward IFA supplementation in SMAN 2 LamonganMethods: This research used cross sectional design. The population of this study was 100 members of the Red Cross Youth Teaching (PMR) SMAN 2 Lamongan. The sample of this study was 60 students who were selected by the simple random sampling method who met the inclusion criteria, such as were active members of the PMR and were willing to take part in the study. Data collection was carried out using self-administered questionnaires using an online questionnaire application consisting of 20 questions to measure knowledge; 20 questions to measure attitude; and 13 questions to measure behavior. Data were categorized and analyzed using descriptive tests.Results: Most respondents still have lack of knowledge related to the TTD program (56.7%) and its benefits (56.7%). 66% of PMR cadres have a positive attitude towards TTD, but not 100% of PMR cadres consume blood-added tablets regularly.Conclusions Strengthening of knowledge and attitudes towards TTD is needed to improve compliance of TTD consumption among PMR members so that later PMR cadres can become peer educators for other students.ABSTRAKLatar Belakang: penanggulangan anemia dengan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dengan sasaran remaja putri menjadi fokus pemerintah saat ini. Walaupun sudah mulai berjalan, seringkali ditemukan beberapa kendala dalam pelaksanaan program, diantaranya ketidakpatuhan konsumsi TTD. Di sisi lain, sekolah memiliki potensi sumberdaya untuk meningkatkan optimalisasi program TTD, salah satunya adalah Palang Merah Remaja (PMR) yang dapat menjadi pendidik sebaya tentang masalah kesehatan termasuk anemia bagi siswi lainnya.Tujuan: Penelitian ini bertujuan melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku kader PMR di SMA Negeri 2 Lamongan terhadap program pemberian TTDMetode: Penelitian ini merupakan menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah anggota ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) SMAN 2 Lamongan sejumlah 100 orang. Sampel dari penelitian ini adalah 60 siswa anggota PMR yang dipilih dengan metode simple random sampling dan memenuhi kriteria inklusi yaitu merupakan anggota aktif PMR dan bersedia mengikuti penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan self-administered questionnaires dengan menggunakan aplikasi kuesioner online yang terdiri dari 20 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan; 20 pertanyaan untuk mengukur sikap; dan 13 pertanyaan untuk mengukur perilaku. Data dikategorikan dan dianalisis menggunakan uji deskriptif.Hasil: Sebagian besar responden masih memiliki pengetahuan yang kurang terkait program TTD (56,7%) dan manfaatnya (56,7%). Sebesar 66% kader PMR memiliki sikap yang positif terhadap TTD, namun tidak 100% kader PMR mengonsumsi tablet tambah darah secara rutin.Kesimpulan: Perlu penguatan terhadap pengetahuan serta sikap terhadap TTD untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD di kalangan anggota PMR agar nantinya kader PMR dapat menjadi pendidik sebaya bagi siswi lainnya. 


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 90
Author(s):  
Intan Galih Cornia ◽  
Merryana Adriani

Background: Taekwondo is a physical activity or body movement that is conducted repeatedly with muscles as the most active organ. The problems that occurs to the athletes is the poor-organized consumption pattern, thus they lack of nutritional intake. The good nutritional intake is obtained from the sufficient nutritional intake so that the physical fitness becomes better. Meanwhile, young adults require sufficient nutritional intake so that their physical fitness can be better.Objective: This research aimed to analyze the relationship between the nutritional intake and nutrition status with the physical fitness of the university students joining the student activity unit of taekwondo in Universitas Airlangga Surabaya.Methods: This research was the analytical research with the cross-sectional design. The sample of the research was as many as 52 people who were acquired by utilizing the simple random sampling. The data collection included nutritional status by measuring the weight and height to figure out the Body Mass Index (BMI) and 2x24 hours food recall to understand the food intake.Results: The result demonstrated that there was a relationship between the nutritional status (p=0.014) and the intake of energy, protein, carbohydrate, and fat (p=0.05) had no relationship with the physical fitness.Conclusions: It could that the nutritional status was related to the physical fitness. The respondents who had normal nutrition status obtained the good physical fitness. There should be the addition of information regarding the nutrients to obtain the good nutritional status.ABSTRAKLatar Belakang: Taekwondo merupakan aktivitas fisik atau gerakan anggota tubuh yang dilakukan secara berulang dan organ yang paling aktif yaitu otot. Permasalah yang sering terjadi pada olahragawan yaitu suka konsumsi makanan yang tidak teratur sehingga asupan gizinya kurang tercukupi. Asupan gizi yang baik diperoleh dari asupan gizi yang cukup sehingga kebugaran jasmaninya baik.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara asupan zat gizi makro dan status gizi dengan kebugaran jasmani mahasiswa UKM taekwondo.Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel 52 orang, diambil secara acak sederhana menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data meliputi status gizi dengan cara penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT), food recall 2x24 untuk mengetahui asupan makannya dan tes balke untuk kebugaran jasmani. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan kolerasi pearson.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara status gizi (p=0,014) dengan kebugaran jasmani sedangkan asupan energi, protein, karbohidrat dan lemak (P=0,05) tidak terdapat hubungan dengan kebugaran jasmani.Kesimpulan: Status gizi berhubungan dengan kebugaran jasmani. Responden yang memiliki status gizi normal cenderung memiliki kebugaran jasmani yang baik. Perlu dilakukan penambahan informasi terkait zat gizi agar tercipta status gizi yang baik.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Ester Verninde ◽  
I Gede Mustika ◽  
Purwaningtyas Kusumaningsih

ABSTRAK<br />Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu factor utama yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Dua diantaranya yang berperan penting yaitu factor kesehatan dan gizi. Tingkat prestasi pada anak SD di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebiasaan sarapan, pedidikan ibu dan status gizi terhadap tingkat prestasi anak kelas IV dan V SD Inpres Weetebula II. Desain Cross Sectional yang dilakukan pada bulan Mei-Juni 2018 dengan teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan cara simple random sampling pada siswa kelas IV dan V (37 responden). Data kebiasaan sarapan menggunakan kuesioner, pendidikan ibu menggunakan data sekolah, status gizi menggunakan pengukuran antropometri, sedangkan tingkat prestasi menggunakan nilai raport. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan pagi terhadap status gizi berpengaruh (nilai p=0,000), pendidikan ibu terhadap status gizi tidak berpengaruh (nilai p=0,520), status gizi tidak berpengaruh terhadap tingkat prestasi (nilai p=0,638), kebiasaan sarapan berpengaruh terhadap tingkat prestasi (nilai p=0,044), pendidikan ibu tidak berpengaruh terhadap tingkat prestasi (nilai p=0,334). Penelitian ini menunjukkan ada pengaruh antara kebiasaan sarapan terhadap status gizi dan tingkat prestasi dan tidak ada pengaruh antara kebiasaan sarapan, pendidikan ibu dan status gizi terhadap tingkat prestasi.<br />Kata kunci :kebiasaan sarapan, pendidikan ibu, status gizi dan tingkat prestasi. Siswa SD<br />ABSTRACT Human resources (HR) are one of the main factors needed in carrying out national development. Two of them have important roles, namely health and nutrition factors. The level of achievement in elementary school children is influenced by internal and external factors. The purpose of this study was to determine the effect of breakfast habits, maternal education and nutritional status on the level of achievement of grade IV and V children of SD Inpres Weetebula II. Cross Sectional Design conducted in May-June 2018 with a sampling technique using probability sampling by means of simple random sampling for students in grades IV and V (37 respondents). Data on breakfast habits using questionnaires, maternal education using school data, nutritional status using anthropometric measurements, while the achievement level uses report cards. The results of this study indicate that the habit of breakfast to nutritional status has an effect (p value = 0,000), maternal education on nutritional status has no effect (p value = 0.520), nutritional status does not affect the level of achievement (p value = 0.638), influential breakfast habits towards the level of achievement (p value = 0.044), maternal education does not affect the level of achievement (p value = 0.334). This study shows that there is an influence between breakfast habits on nutritional status and level of achievement and no influence between breakfast habits, maternal education and nutritional status on achievement levels.<br />Keywords: breakfast habits, maternal education, nutritional status and level of achievement. Elementary students


2018 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 144
Author(s):  
Rina Wasesa Aprilia Lazulfa ◽  
Bambang Wirjatmadi ◽  
Merryana Adriani

Tuberculosis is an infectious disease caused by mycobacterium t uberculosis germs. Germs in form of droplets spread through saliva splashes out when coughing, sneezing and talking then inhaled during breathing. The degree of sputum smear positivity of patients describe the increasing number of  tuberculosis bacteria in the lungs that could potentially transmit the infection. In general, patients with  tuberculosis have decreased appetite which impact on weight loss. This research was comparative observational analytic research using cross sectional approach with simple random sampling conducted at the Hospital Asy-Syaafi  Pamekasan with a sample size of 50 people. The results of Mann Whitney test showed a signifi cant difference in  adequacy level of energy (p= 0.026), carbohydrates (p = 0.000),  protein (p = 0.001), fat (p = 0.029) and nutritional status (p = 0.022) between the groups of  tuberculosis with sputum smear (+) and sputum smear (-). It was concluded that adequacy level (energy, p rotein, fat and carbohydrates) and nutrition status among respondents t uberculosis sputum smear (+) have signifi cant differences with the respondent t uberculosis sputum smear (-).


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 52
Author(s):  
Desy Dwi Anugraheni ◽  
Bibit Mulyana ◽  
Farapti Farapti

Background: School-age children are critical period which are energy and nutritional needs must be adequate, because they are on growing and developing period. Children tend to spend more time at school because of fullday school rule, so they would skip lunch at school. Therefore, the quality of packed lunch is needed to fulfill the lunch’s children at school.   Objectives: This study aimed to analyze the relationship of packed lunch contribution and energy total with nutritional status (BMI/A) in elementary school students at SD Muhammadiyah 4 Surabaya.Methods: The cross sectional study was conducted between April-Mei 2018 in Muhammadiyah 4 elementary school Surabaya. The sample of the study were a group of fourth and fifth grade with total of 108 student that chosen by simpel random sampling.  The data collected through interview using a questionnaire and recall for 2 days. Person corelation was used to analyze statistically.Results: The average of students energy total is 1614.2 kcal which packed lunch contributed 558.7 kcal or 27.8% total energy requirement. Therefore, this study showed 45.3% students were overweight and obesity. There was a significant association between packed lunch contribution (p=0.000) and energy total (p=0.000) with nutritional status among elementary school children.Conclusions: The nutritional status of elementary children is influenced by the contribution of packed lunch and daily energy total. Therefore higher contribution of packed lunch and daily energy total absoutely the children's nutritional status are also higher.ABSTRAKLatar Belakang: Anak usia sekolah merupakan usia kritis yang kebutuhan energi dan zat gizinya harus tercukupi, karena pada usia ini anak mengalami tumbuh dan berkembang. Anak cenderung lebih banyak menghabiskan waktu seharian penuh di sekolah karena aturan fullday, sehingga waktu makan siang mereka juga terlewati disekolah. Oleh karena itu, diperlukan bekal makanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan makan siang di sekolah.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kontribusi bekal makanan dan total energi dengan status gizi (IMT/U) pada anak sekolah dasar di SD Muhammadiyah 4 Surabaya.Metode: Penelitian cross sectional dilakukan di SD Muhammadiyah 4 Surabaya pada bulan April-Mei 2018. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas 4 dan 5 dengan jumlah 108 siswa dan dipilih secara simple random sampling. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan  recall selama 2 hari. Analisis hubungan yang digunakan adalah korelasi Pearson.Hasil: Rata-rata total energi siswa adalah 1614,2 kkal dengan kontribusi bekal makanan sebesar 558,7 kkal atau 27,8% dari total kebutuhan energi. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa  sebanyak 45,3% siswa memiliki status gizi lebih. Terdapat hubungan yang signifikan antara kontribusi bekal makanan (p=0,000) dan total energi (p=0,000) dengan status gizi pada anak sekolah dasar.Kesimpulan: Status gizi anak sekolah dasar dipengaruhi oleh kontribusi bekal makanan dan total energi sehari. Sehingga semakin tinggi kontribusi bekal makanan dan total energi sehari maka status gizi anak juga semakin tinggi.


2017 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 105
Author(s):  
Iken Rahma ◽  
Indah Nuraeni ◽  
Hidayah Dwiyanti

ABSTRACT   This research aims to know the difference between snacking habit and nutritional status of catering and non-catering food consumer in SD-UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh as well as knowing the corelation between snacking habit and nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh. This research used cross sectional design with thirty eight respondents were collected by Simple Random Sampling method. Snacking habit was obtained by using FFQ. The data were analyzed by using Chi-Square and Mann Whitney analysis. Univariate analysis showed that the snacking habit on catering food consumers was 28.5%, whereas on non-catering food consumers was 76.5%. Bivariate analysis result showed the difference between snacking (p= 0.004) and nutritional status ( p= 0.044) on catering and non-catering food consumers in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh. There was no corelation between snacking habit and the nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh (p= 0,117) and ( p=0,142). There was difference in snacking habit and nutritional status on students who were catering and non-catering consumers in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh and there was no corelation between snacking habit and nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh.  Key words: Snacking habit, Nutritional status, catering food, non-catering food.  ABSTRAK Kebiasaan mengonsumsi jajan dapat mempengaruhi status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kebiasaan jajan dan status gizi anak sekolah pengguna katering dan non-katering serta mengetahui hubungan kebiasaan jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan 38 responden dengan metode Simple Random Sampling. Kebiasaan konsumsi jajan diperoleh menggunakan FFQ. Data di analisis menggunakan uji Chi-Square dan uji Mann Whitney. Hasil uji univariat menunjukkan bahwa pada anak sekolah pengguna katering kebiasaan jajan yaitu sebesar 28,5% sedangkan anak sekolah yang non-katering sebesar 76,5%. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat perbedaan kebiasaan jajan ( p = 0,004) dan status gizi ( p= 0,044) pada anak sekolah pengguna katering dan non-katering di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh serta tidak terdapat hubungan antara kebiasaan jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh (p= 0,117) dan (p= 0,142). Terdapat perbedaan kebiasaan konsumsi jajan dan status gizi pada anak sekolah pengguna katering dan non-katering di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh serta tidak terdapat hubungan antara kebiasaan mengonsumsi jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan di SDN 2 Dukuhwaluh.  Kata Kunci: Kebiasaan jajan, Status Gizi, katering, non-katering.  


2015 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 534-540
Author(s):  
Rika Purwani ◽  
Nurmasari Widyastuti

Latar belakang: Hipertensi tidak hanya terjadi pada dewasa, tetapi dapat terjadi pada remaja.Remaja yang mengalami hipertensi dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan memiliki risiko mortalitas lebih tinggi. Berbagai faktor dapat  mempengaruhi tekanan darah remaja, salah satunya asupan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara asupan protein dengan tekanan darah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan protein dengan tekanan darah pada remaja.Metode: Penelitian cross sectional ini diikuti oleh 64 subjek remaja SMP Kesatrian 2 Semarang yang dipilih dengan metode simple random sampling. Asupan protein diperoleh melalui kuisioner semi quantitative food frequency. Data tekanan darah didapatkan dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa. Analisis bivariat dilakukan dengan uji korelasi rank Spearman.Hasil: Prevalensi hipertensi sebesar 18,75%. Sebanyak 57,81% subjek memiliki asupan protein total cukup, 56,25% memiliki asupan protein nabati yang melebihi kebutuhan dan 92,19% subjek memiliki asupan protein hewani yang melebihi kebutuhan. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein total (r -0,350 p=0,005; r -0,290 p=0,020) dan protein hewani (r -0,557 p=0,000; r -0,559 p= 0,000) dengan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tidak ada hubungan antara asupan protein nabati dengan tekanan darah sistolik (r -0,212 p=0,093).Simpulan: Asupan protein total dan hewani  berhubungan dengan tekanan darah sistolik dan diastolik pada remaja. 


2017 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 275
Author(s):  
Arini Rahmatika Sari ◽  
Lailatul Muniroh

Introduction: Work Fatigue is the common condition experienced by most worker but if this condition occured continously, it will affect of the worker’s health condition. Work fatigue can be affected by several factors, some of which are energy intake and nutritional status. Objective: The aim of this research was to analyze the correlation between the adequacy of energy intake and nutritional status with the level of work fatigue. Methods: This study was an analytic observational, used cross sectional study with 33 sample from 48 workers of cocoa powder production PT. Multi Aneka Pangan Nusantara Surabaya selected by simple random sampling. Data were collected by food recall 2X24 hours for energy intake, measuring weight and height for nutritional stastus and Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) questionnaire for the level of fatigue. Data were analyzed by ranks spearman correlation test. Results: Most of workers were <25 years old (42.4%), the adequacy of energy intake were deficit (66.7%), the nutritional status were normal (54.5%), and the work fatigue were moderate (63.6%). The result of this research showed that there were corellation between the adequacy of energy intake (p-value=0.001) and nutritional status (p-value=0.018) with the level of work fatigue. Conclussion: In conclusion, lower energy intake and high BMI would increase the level of fatigue.ABSTRAKPendahuluan: Kelelahan kerja menjadi keadaan umum yang dialami hampir semua tenaga kerja, namun jika hal ini terjadi secara terus menerus dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja. Kelelahan kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, beberapa diantaranya yaitu asupan energi dan status gizi pekerja.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kecukupan asupan energi dan status gizi dengan tingkat kelelahan kerja pekerja.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebesar 33 pekerja dari 48 pekerja bagian produksi cocoa powder PT. Multi Aneka Pangan Nusantara Surabaya yang dipilih menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan food recall 2X24 hours untuk asupan energi, pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk status gizi, serta kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) untuk tingkat kelelahan kerja. Analisis data menggunakan uji statistik ranks spearman. Hasil: Sebagian pekerja besar responden berusia <25 tahun (42,4%), kecukupan asupan energi yang tergolong kurang (66,7%), status gizi normal (54,5%), dan tingkat kelelahan kerja yang tergolong sedang (63,6%). Terdapat hubungan antara kecukupan asupan energi (p=0,001) dan status gizi (p=0,018) dengan tingkat kelelahan kerja pekerja.Kesimpulan:. Semakin kurang asupan energi dan semakin tinggi IMT maka akan semakin tinggi tingkat kelelahan kerja pada pekerja.


2021 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 189-196
Author(s):  
Magnalia Morena Ruth Keyasa ◽  
Nurmasari Widyastuti ◽  
Ani Margawati ◽  
Fillah Fithra Dieny

Latar Belakang: Wanita menopause biasanya bermasalah dengan peningkatan lingkar pinggang yang disebabkan oleh obesitas. Lingkar pinggang dan kadar glukosa darah puasa berhubungan secara signifikan pada wanita postmenopause.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah puasa pada wanita menopause.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional pada subjek 55 wanita menopause yang diambil dengan metode simple random sampling. Data lingkar pinggang didapatkan melalui pengukuran antropometri, data asupan diperoleh melalui wawancara semi-quantitative food frequency questionnaire. Analisis kadar glukosa darah puasa menggunakan Spektrofotometer Biolyzer 100. Analisis bivariate menggunakan uji rank spearman. Hasil: Sebagian besar subjek (81,8%) penelitian memiliki kadar glukosa darah puasa normal dengan rerata 108,8±4,2 mg/dl, sedangkan lingkar pinggang terdapat 60% termasuk kategori obesitas. Hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah puasa pada wanita menopause (r=0,122, p=0,376).Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah puasa pada wanita menopause.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document