scholarly journals UJI AKTIVITAS ANTI JAMUR EKSTRAK INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP Candida albicans

2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 167-176
Author(s):  
Risa Wahyuningsih ◽  
Kartinah Wiryosoendjoyo

Kandidiasis banyak menyerang masyarakat di daerah tropis seperti Indonesia, hal ini disebabkan Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi dan kelembapan yang tinggi sehingga pertumbuhan jamur menjadi sangat baik. Kandidiasis adalah suatu penyakit jamur, yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida albicans. Candida albicans merupakan salah satu jamur patogen penyebab keputihan. Sejak jaman dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai penanggulangan masalah kesehatan. Sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang mengandung senyawa kimia yaitu tanin, fitosterol, kalsium oksalat dan alkaloid murisine yang  dapat digunakan sebagai anti jamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas infusa daun sirsak dalam menghambat atau membunuh pertumbuhan jamur Candida albicans. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikologi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin. Penelitian bersifat experimental dengan desain post-test only. Ekstraksi daun sirsak menggunakan metode infusa. Metode yang digunakan adalah metode dilusi. Aktivitas anti jamur diamati dengan melihat kejernihan dan kekeruhan pada 50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,13%; 1,56%; 0,79%; 0,40%; 0,20% dan 0,10%. Medium yang digunakan adalah medium SGA (Sabouraud Glucose Agar) yang ditambahkan Antibiotik Khloramfenikol 75 ppm dan medium SGC (Sabouraud Glucose Cair). Infusa daun sirsak mempunyai aktivitas menghambat dan membunuh pertumbuhan jamur Candida albicans. Infusa daun sirsak menunjukkan KHM dan KBM pada konsentrasi 12,5%.

2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 83-92
Author(s):  
MIFTACHUL SOBIRIN

Kandidiasis adalah suatu penyakit jamur, yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida albicans dapat menyerang daerah kulit, mulut, selaput mukosa vagina,  kuku, bronki atau paru-paru. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia dan dapat menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan. Pengetahuan tentang obat merupakan warisan budaya bangsa salah satunya jenis tanaman berkhasiat obat daun sirsak terhadap Candida albicans. Penelitan dengan metode true eksperimental, Populasi daun sirsak (Annona Muricata L.), diperoleh dari daerah Pasir Panjang, Pangkalan Bun, Kal-Teng. Jamur uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur Candida albicans. Medium yang digunakan dalam penelitian ini adalah medium SGA (Sabouraud Glucose Agar) + khloramfenikol 75 ppm dan medium SGC (Sabouraud Glucose Cair). Daun sirsak yang digunakan adalah daun yang berasal dari tanaman sirsak dewasa. Pengujian anti jamur dilakukan dengan metode dilusi atau seri pengenceran dengan interval pengenceran dua kali, menggunakan 12 tabung reaksi, tiap tabung dimasukkan sebanyak 0,5 ml SGC secara aseptis. Semua tabung diinkubasi selama 5-7 hari pada suhu kamar, kemudian diamati adanya pertumbuhan (kekeruhan) dengan cara membandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif. Hasil Penelitian yaitu Infusa daun sirsak mempunyai aktivitas untuk menghambat dan membunuh pertumbuhan jamur Candida albicans yang menunjukkan KHM dan KBM pada konsentrasi 12,5%. Kata Kunci : Aktivitas, Infusa, Daun Sirsak, Candida albicans.


2011 ◽  
Vol 69 (4) ◽  
pp. 440-442 ◽  
Author(s):  
Anuradha Chowdhary ◽  
Harbans S. Randhawa ◽  
Tusharantak Kowshik ◽  
Shallu Kathuria ◽  
Pradip Roy ◽  
...  

2021 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
Author(s):  
Iradj Ashrafi Tamai ◽  
Babak Pakbin ◽  
Bahar Nayeri Fasaei

Abstract Objective The objectives of this study were to investigate the antifungal susceptibility and genetic diversity of Candida albicans isolated from HIV+ patients with oropharyngeal candidiasis. A total of 50 C. albicans isolates were cultured on Sabouraud glucose agar containing chloramophenicol. The antifungal susceptibility of the isolates against fluconazole, clotrimazole, nystatin, amphotericin B, ketoconazole and flucytosine was assessed using disc diffusion method. The genetic diversity of C. albicans isolates was determined using random amplified polymorphic DNA marker. Results The inhibition zones ranged from 4 ± 1.8 to 40 ± 3.8 mm for fluconazole, 7 ± 1.0 to 37 ± 1.8 mm for ketoconazole, 14 ± 0.8 to24 ± 0.8 mm for amphotericin B, 25 ± 0.0 to 33 ± 0.0 mm for nystatin and 7 ± 4.2 to 40 ± 0.0 mm for clotrimazole. At 90% similarity, three distinct groups were observed. The smallest cluster composed of 3 isolates, whereas the largest one composed of 17 isolates. 32% (16/50), 28% (14/50) and 14% (7/50) were resistant to fluconazole, ketoconazole and clotrimazole, respectively.


2020 ◽  
Author(s):  
Iradj Ashrafi Tamai ◽  
Babak Pakbin ◽  
Bahar Nayeri Fasaei

Abstract Objective: The objectives of this study were to investigate the antifungal susceptibility and genetic diversity of oral Candida albicans strains isolated from HIV+ patients with oropharyngeal candidiasis. A total of 50 C. albicans isolates were cultured on Sabouraud glucose agar containing chloramohenicol. The antifungal susceptibility of C. albicans against fluconazole, clotrimazole, nystatin, amphotericin B, ketoconazole and flucytosine was assessed using disc diffusion method. The genetic diversity of different C. albicans strains was determined using random amplified polymorphic DNA technique. Results: The inhibition zones ranged from 4±1.8 to 40±3.8 mm for fluconazole, 7±1.0 to 37±1.8 mm for ketoconazole, 14±0.8 to24±0.8 mm for amphotericin B, 25±0.0 to 33±0.0 mm for nystatin and 7±4.2 to 40±0.0 mm for clotrimazole. At 90% similarity, three distinct groups were observed. The smallest cluster composed of 3 of 50 C. albicans isolates, whereas the largest cluster composed of 17 of 50 isolates. Of 50 C. albicans isolates, 32%, 28% and 14% were resistant to fluconazole, ketoconazole and clotrimazole, respectively. There were no significant differences among antifungal susceptibility of different C. albicans strains from three genotype clusters.


DENTA ◽  
2015 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 146
Author(s):  
Auliasari Yunanda ◽  
Syamsulina Revianti ◽  
Isidora Karsini

<p><strong><em>Latar Belakang: </em></strong>Merokok berhubungan dengan jamur rongga mulut yang dapat mengakibatkan <em>oral candidiasis</em>. <em>Stichopus hermanii</em><em> </em>mengandung efek antioksidan, antifungi dan immunostimulator. <strong><em>Tujuan: </em></strong>Mengevaluasi efek proteksi ekstrak <em>Stichopus hermanii </em>terhadap jumlah limfosit pada tikus Wistar yang terpapar asap rokok dan diinduksi <em>C.albicans.<strong> Bahan dan Metode: </strong></em>Rancangan penelitian ini adalah <em>post test-only control group</em> <em>design</em><strong><em>. </em></strong>42 ekor tikus Wistar jantan, dibagi menjadi 7 kelompok, Kelompok1 (saline 0,1mL, udara segar, CMC-Na 0,2%), Kelompok2 (saline 0,1mL, asap rokok, CMC-Na 0,2%), Kelompok3 (<em>C.albicans </em>0,1mL, udara segar, CMC-Na 0,2%), Kelompok4 (<em>C.albicans </em>0,1mL, asap rokok, CMC-Na 0,2%), Kelompok5 (saline 0,1mL, asap rokok, ekstrak <em>Stichopus hermanii</em> 0,02mg/kgBB), Kelompok6 (<em>C.albicans</em> 0,1mL, udara segar, ekstrak <em>Stichopus hermanii </em>0,02mg/kgBB), Kelompok7 (<em>C.albicans </em>0,1 mL, asap rokok, ekstrak <em>Stichopus hermanii </em>0,02mg/kgBB). Tikus Wistar diinduksi <em>C.albicans</em> 1 minggu, terpapar asap rokok 8 minggu, dan diberi ekstrak <em>Stichopus hermanii</em> 8 minggu. Selanjutnya, tikus Wistar dikorbankan setelah 2 bulan perlakuan. Jumlah limfosit dihitung melalui metode hapusan darah dengan <em>different counting</em> dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 1000x. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji <em>Kruskal-Wallis</em> dan <em>Mann-Whitney</em>.<strong><em> Hasil:</em></strong> Kelompok yang terpapar asap rokok dan diinduksi C.albicans memiliki dapat menurunkan jumlah limfosit, kelompok suplementasi menggunakan ekstrak ethanol <em>Stichopus hermanii</em> dapat meningkatkan jumlah limfosit<em>. </em><strong><em>S</em></strong><strong><em>impulan:</em></strong><strong> </strong>Suplementasi ekstrak <em>Stichopus hermanii</em> memiliki efek protektif untuk memicu proliferasi limfosit pada tikus Wistar setelah paparan asap rokok dan induksi <em>C.albicans</em>.</p>


2021 ◽  
Vol 33 (2) ◽  
pp. 139
Author(s):  
Masdelina Nasution ◽  
Minasari Nasution ◽  
Mirza Hasibuan ◽  
Yumi Lindawati

Pendahuluan: Ekstrak kulit kayu rambutan memiliki senyawa aktif yang digunakan sebagai  antijamur terutama pada Candida albicans. Candida albicans pada rongga mulut dapat menyebabkan kandidiasis lidah. Salah satu faktor predisposisi yang memicu kandidiasis adalah terganggunya ekologi mulut atau perubahan mikrobiologi mulut karena pemakaian antibiotika dalam waktu yang lama oleh karena itu diperlukan antibiotik berbahan herbal yang dapat digunakan secara topikal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas daya hambat ekstrak kulit kayu rambutan terhadap pertumbuhan Candida albicans pada konsentrasi 80%, 40%, 20%,10%, konsentrasi minimum daya hambat (KHM) dan daya bunuh (KBM) ekstrak kulit kayu rambutan terhadap Candida albicans. Metode: Penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian post test only control group design. Sampel yang digunakan adalah Candida albicans yang diisolasi dari penderita kandidiasis lidah dan dibiakkan di Laboratorium Mikrobiologi RS USU. Pengujian efektivitas ekstrak kulit kayu rambutan terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan metode dilusi dan difusi, ekstrak kulit kayu rambutan dibuat dengan teknik maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dengan berbagai konsentrasi (80%, 40%, 20% dan 10%). Hasil: uji Kruskal- Wallis menunjukkan perbedaan zona hambat yang signifikan pada beberapa konsentrasi. KHM Ekstrak kulit kayu rambutan diperoleh 20%, dan KBM 40%. Simpulan: bahwa ekstrak kulit kayu rambutan memiliki efektivitas antijamur terhadap Candida albicans.Kata kunci: kulit kayu rambutan, KHM, KBM, Zona hambat, Candida albicans.


Author(s):  
Putri Welda Utami Ritonga ◽  
Bayu Panca Nugraha

Bahan cetak polivinil siloksan(PVS) sering digunakan pada pencetakan untuk pembuatan gigi tiruan cekatkarena mampu menghasilkan cetakan yang akurat dengan dimensi cetakan yang stabil serta dapat disimpan dalam waktu lama. Namun, pencetakan ini tidak terlepas dengan hubungannya terhadap rongga mulut dan mikroorganismenya yang dapat menimbulkan infeksi silang.Candida albicansmerupakan jenis mikroorganisme yang sering ditemukan melekat pada permukaan cetakan. Pemilihan cara desinfeksi penting dalam memperoleh keberhasilan desinfeksi Candida albicansserta mempertahankan stabilitas dimensi hasil cetakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desinfeksi cetakan fisiologis dengan microwave dan sodium hipoklorit terhadap jumlah Candida albicansdan stabilitas dimensi model kerja gigi tiruan cekat. Penelitian ini dilakukan pada sampel berupa cetakan yang didapat dari pencetakan model induk yang terbuat dari stainless steel berbentuk silindris dengan tinggi 3 mm dan diameter 29,97 mm serta memiliki 3 takik horizontal dengan jarak 2,5 mm dan 2 takik vertikal dengan jarak 25,02 mm dengan kedalaman 500 μm untuk uji jumlah Candida albicans, dan model kerja yang didapat dari pengisian cetakan dengan bahan gips keras tipe IV untuk uji stabilitas dimensi. Rancangan penelitian adalah eksperimental laboratoris dengan post test only control group design.30 sampel hasil cetakan PVS digunakan untuk menghitung jumlah Candida albicansdan 30 sampel model kerja terbuat dari gips tipe IV digunakan untuk pengukuran stabilitas dimensi. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh desinfeksi cetakan fisiologis dengan microwavedan sodium hipoklorit terhadap jumlah Candida albicansdan stabilitas dimensi model kerja.


2020 ◽  
Vol 49 (4) ◽  
pp. 47-52
Author(s):  
Milan Bjekić ◽  
Danijela Pecarski

Introduction/Aim: Majocchi's granuloma is an infrequent deep-seated fungal infection where pathogen invades hair follicles, entering the dermal and subcutaneous tissue, thus forming granulomatous dermal and/or hypodermal changes. There are two clinical types: the first one is common in healthy individuals characterized by superficial perifollicular papular infection, and the second is followed by the deep subcutaneous nodules usually reported among immunocompromised hosts. This infection is usually caused by Trichophyton rubrum. The aim of this paper is to show the rare localization of this disease in the area of the vulva. Case report: We present a 20-year-old immunocompetent woman with multiple papules, nodules, and pustules on the hairy part of the vulva. Potassium hydroxide preparations of skin scrapings were negative and culture performed on Sabouraud glucose agar revealed Trichophyton rubrum. The patient was treated with the oral systemic antifungal therapy for four weeks and all lesions resolved. Conclusion: Majocchi's granuloma should not be overlooked in patients with papular and nodular lesions in the vulvar region.


2013 ◽  
Vol 12 (3) ◽  
pp. 159
Author(s):  
Bahruddin Thalib ◽  
Herawati Hasan

Soursops (Annona muricata)are plants that have flower and sweet fruit. These plants have been used since long fortraditional medicine, especially the leaves, seeds, and fruits. This study aimed to determine the effect of concentrationof soursop leaf extract to the growth of Candida albicans on heat curing acrylic resin plate. The study begins with themanufacture of soursop leaf extract concentrations of 5%, 15%, 25%, 35%, and 45%, dilution of the extract, thepurification of C.albicans, growing C.albicans on saboraud dextrose agar medium, and minimum inhibitoryconcentration test. Data were analyzed by ANOVA followed by LSD test using SPSS 16.0. The results showed asignificant difference in the average number of C.albicans that grows between each concentration soursop leaf extract(α<0.05) and soursop leaf extract at a concentration of 45% is the most effective in inhibiting the growth of C.albicans.It was concluded that the higher the concentration of soursop leaf extract, the more effective in inhibiting the growth ofC.albicans.


2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 109-114
Author(s):  
Susi Susi ◽  
Gusti Revilla ◽  
Fitri Anggini ◽  
Putri Ovieza Maizar

Candida albicans merupakan jamur flora normal bersifat opportunistik didalam rongga mulut yang dapat menyebabkan terjadinya denture stomatitispada daerah rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan potensi hambat ekstrak daun jarak pagar terhadap pertumbuhan Candida albicans (ATCC 10231) pada permukaan akrilik. Desain penelitian eksperimental laboratorium dengan  Post test only with control group. Sampel  20 buah pelat resin akrilik heat cured yang dikontaminasikan dengan suspensi Candida albicans (0.5X108 cfu/ mL) dan diinkubasi secara aerob, selama 24 jam. Sampel  dibagi menjadi 4 kelompok dan direndam selama 8 jam dalam ekstrak daun jarak pagar konsentrasi 10% (G1), 15% (G2), 20% (G3) dan akuades (G4).  Ekstrak daun jarak pagar dibuat secara maserasi dengan etanol 96%. Koloni  masing-masing sampel dihitung dengan  Tally counter. Data dianalisis dengan  One Way Anova (p0,05).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah koloni Candida albicans terkecil ditemukan pada kelompok konsentrasi 20% dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil analisa One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan jumlah koloni Candida albicans antar kelompok (p0.05). Hasil Uji Least Significance Different terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok konsentrasi 15%, dan 20% (p0.05). Kesimpulan ekstrak daun jarak pagar dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans pada pemukaan akrilikKata kunci: Candida albicans, ekstrak daun jarak pagar, maserasi


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document