scholarly journals Pengaruh Pemberian Tablet Besi (Fe) terhadap Status Anemia Remaja Putri

2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 55-59
Author(s):  
Susi Hartati ◽  
Desmariyenti Desmariyenti

Anemia merupakan masalah kesehatan seluruh dunia, menurut World Health Organization (WHO) secara global, kasus anemia mempengaruhi 1,62 miliar orang atau setara dengan 24,8% dari populasi. Anemia pada remaja dapat menyebabkan menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar, menghambat pertumbuhan fisik dan kecerdasan otak, meningkatkan risiko infeksi, menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit, menurunkan semangat, konsentrasi dan prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tablet besi (Fe)terhadap status anemia remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Kerumutan Kabupaten Pelalawan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yakni seluruh siswi SMA Sederajat dengan jumlah 153 orang di Wilayah Kerja Puskesmas Kerumutan, Sampel yang diambil 15 orang responden. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa variabel independen  menggunakan Hb digital dan dependen adalah lembar observasi. Analisis penelitian ini menggunakan uji paired t test dependent. Hasil uji diketahui terdapat pengaruh pemberian tablet besi (Fe)  terhadap status anemia remaja putri, yang ditunjukkan nilai p value< ? yaitu 0,000  < 0,05.

2018 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
Author(s):  
Dina Rakhmawati ◽  
Nurhaidah . ◽  
Suprijandani .

Makanan jajanan menurut WHO (World Health Organization) adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat yang ramai atau tempat-tempat umum yang dapat dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan lebih lanjut. Selama ini masih banyak makanan jajanan yang berpotensi dapat mengganggu kesehatan, seperti keracunan makanan. Dalam upaya menghindari terjadinya keracunan makanan maka perlu meningkatkan pengetahuan dan sikap anak usia sekolah tentang makanan jajanan menggunakan alat bantu atau media promosi, seperti media leaflet dan media video. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penyuluhan menggunakan media leaflet dengan video tentang pengetahuan dan sikap siswa materi makanan jajanan.Jenis penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimen one group pre-post test design. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 51 siswa kelas V pada responden kelompok media leaflet dan 51 siswa kelas V pada responden kelompok media video. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara analitik menggunakan paired t test pada program komputer.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai tingkat pengetahuan tentang makanan jajanan sebelum dengan sesudah dilakukan penyuluhan pada kelompok media leaflet dengan p value (0,032) < α (0,05), sedangkan pada sikap kelompok media leaflet dan pengetahuan serta sikap kelompok media video tidak terdapat perbedaan yang signifikan p value > α (0,05).Kesimpulan dalam penelitian ini diketahui bahwa penggunaan media leaflet dalam penyuluhan lebih baik dibandingkan dengan media video  terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap responden. Disarankan agar sekolah melakukan penyuluhan secara berkala menggunakan bantuan media leaflet.Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Media Leaflet dan Video


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Fera Riswidautami Herwandar ◽  
Russiska Russiska ◽  
Intan Maharani Fakhrudin

Permasalahan kesehatan pada remaja yang menduduki persentasi terbesar dibanding yang lainnya adalah gangguan menstruasi. Gangguan pada siklus menstruasi (durasi perdarahan yang lebih lama dan ketidakteraturan siklus) disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya ialah stres. Stres diketahui sebagai faktor-faktor penyebab (etiologi) terjadinya gangguan siklus menstruasi. Stres akan memicu pelepasan hormon kortisol dimana hormon kortisol ini dijadikan tolak ukur untuk melihat derajat stres seseorang. Hormon kortisol diatur oleh hipotalamus otak dan kelenjar pituitari, dengan dimulainya aktivitas hipotalamus, hipofisis mengeluarkan FSH dan proses stimulus ovarium akan menghasilkan estrogen. Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dibawah naungan World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa permasalahan remaja di Indonesia adalah seputar permasalahan yang mengenai gangguan menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019 sebanyak 41 responden. Analisis yang digunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan, dari 41 responden terdapat 18 (44%) responden yang mengalami stres sedang, pada siklus menstruasi yang tidak teratur terdapat 25 (61%) responden. Hasil uji rank spearman,  yakni p value = 0,01 (<0,05) yang ada hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi. Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019. Bagi institusi Pendidikan khususnya Program Studi Diploma III Kebidanan diharapkan dapat membuat sebuah program edukasi mengenai manajemen stres pada remaja yang bisa dilakukan secara rutin di luar jadwal perkuliahan.  


Author(s):  
Dini Kesumah Dini Kesumah

ABSTRACT According to World Health Organization Health Organization (WHO) in 2005 showed 49% of deaths occur in children under five in developing countries. Nutritional problems can not be done with the medical and health care approach alone. Causes related to malnutrition that maternal education, socioeconomic families, poor environmental sanitation, and lack of food supplies. This study aims to determine the relationship between education and socioeconomic status of families with nutrition survey using a cross sectional analytic approach, with a population of all mothers of children under five who visited the health center in Palembang Keramasan Accidental sampling Sampling the number of samples obtained 35 respondents. Variables include the study independent and dependent variables and univariate analysis using Chi-Square test statistic with a significance level α = 0.05. The results from 35 respondents indicate that highly educated mothers earned as many as 16 people (45.7%), and middle and upper income families as many as 12 people (34.3%) and bivariate test results show that highly educated respondents toddler nutritional status good for 81.3% (13 people) is larger than the less educated respondents balitanya good nutritional status 26.3% (5 persons) as well as respondents who have middle and upper socioeconomic families with good nutritional status of children at 91.7% ( 11 people) is larger when compared to respondents who have family socioeconomic medium with good nutritional status of children at 30.4% (7 people). Statistical tests show that education has a significant relationship with nutritional status of children P value = 0.004 and socioeconomic families have a meaningful relationship with nutritional status of children P value = 0.002. Based on the results of the study suggested the health professionals in the health center should further improve the education, information about the importance of nutrition to the development of the child in the mothers through the selection and processing of good food and a good diet through health centers and integrated health.   ABSTRAK  Menurut badan kesehatan World Health Organization (WHO) tahun 2005 menunjukkan 49% kematian yang terjadi pada anak dibawah umur lima tahun di negara berkembang. Masalah gizi ini tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab yang berhubungan dengan kurang gizi yaitu pendidikan ibu, sosial ekonomi keluarga, sanitasi lingkungan yang kurang baik,dan kurangnya persediaan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita dengan menggunakan metode survei analitik pendekatan secara Cross Sectional, dengan populasi semua ibu yang memiliki anak balita yang berkunjung ke Puskesmas Keramasan Palembang dengan pengambilan sampel secara Accidental Sampling diperoleh jumlah sampel 35 responden. Variabel penelitian meliputi variabel independen dan dependen serta analisis univariat menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 35 responden didapatkan ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 16 orang  (45,7%), dan keluarga yang berpenghasilan menengah keatas sebanyak 12 orang (34,3%) dan hasil uji bivariat menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi status gizi balitanya baik sebesar 81,3% (13 orang) lebih besar bila dibanding responden yang berpendidikan rendah status gizi balitanya baik 26,3% (5 orang) serta responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah keatas dengan status gizi balita baik sebesar 91,7% (11 orang) lebih besar bila dibanding responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah kebawah dengan status gizi balita baik sebesar 30,4% (7 orang). Uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,004 dan sosial ekonomi keluarga mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,002. Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada petugas kesehatan di Puskesmas hendaknya lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya gizi terhadap tumbuh kembang anak pada ibu-ibu melalui cara pemilihan dan pengolahan bahan makanan yang baik serta pola makanan yang baik melalui kegiatan Puskesmas dan Posyandu.


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
Author(s):  
Dina Ardyana ◽  
Erma Puspita Sari

Latar belakang: Berdasarkan data World Health Organization (WHO) setiap tahunnya kira-kira 3%(3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia,hampir 1 juta bayi ini meninggal. Di Amerika diperkirakan 12.000 bayi meninggal atau menderita kelainan akibat asfiksia perinatal.Sebagian kasus Asfiksia Neonatorum pada bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia intrauterin. Maka dari itu,diagnosa dini pada penderita Asfiksia merupakan arti penting dalam merencanakan resusitasi yang akan dilakukan.Setelah bayi lahir, diagnosa asfiksia dapat dilakukan dengan menetapkan nilai APGAR. Tujuan: diketahuinya hubungan lilitan tali pusat,partus lama dan plasenta previa dengan kejadian Asfiksia neonatorum di Rumah Sakit “P” Palembang Tahun 2018. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian seluruh ibu bersalin di zal kebidanan di Rumah Sakit “P” Palembang pada tahun 2018 yang berjumlah 820 orang. Hasil: Hasil analisis univariat diketahui yang mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 20 responden (22,5%),yang mengalami plasenta previa sebanyak 15 responden(16,9%),yang mengalami partus lama sebanyak 20 responden (22,5%) dan yang mengalami lilitan tali pusat sebanyak 27 responden (30,3%).Sedangkan hasil uji chi square menunjukan ada hubungan plasenta previa dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,ada hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,dan ada hubungan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000. Saran: kepada Pimpinan Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya mengenai bahaya asfiksia neonatorum. Kata kunci : Lilitan Tali Pusat,Partus Lama,Plasenta Previa,Asfiksia Neonatorum


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Jumiati Jumiati

Pendahuluan : Abortus menjadi masalah yang penting dalam kesehatan masyarakat karena berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas maternal. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2016, sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi terkait kehamilan di seluruh dunia setiap hari. Selama 2010–2014, diperkirakan 56 juta abortus terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Tujuan : untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017. Metode : penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017 yang berjumlah 86 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling  yaitu seluruh populasi. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Chi-square. Hasil : data yang diperoleh dari hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan jarak kehamilan dengan abortus didapat hasil p value 0,04 (p<0,05), tidak ada hubungan usia dengan abortus didapat hasil p value 0,48 (p>0,05), ada hubungan paritas dengan abortus didapat hasil p value 0,03 (p<0,05), dan ada hubungan pekerjaan dengan abortus didapat hasil p value 0,04 (p<0,05).Kesimpulan : penelitian ini adalah ada hubungan jarak kehamilan, paritas dan pekerjaan ibu hamil dengan abortus dan tidak ada hubungan usia ibu hamil dengan abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Mira Agusthia ◽  
Rachmawati M. Noer ◽  
Intan Susilawati

Berat badan bayi merupakan salah satu hal pertama yang dinilai untuk mengambarkan derajat atau status kesehatan bayi baru lahir, oleh karena itu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dapat menjadi permasalahan. Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan sebanyak 20,6 juta bayi lahir setiap tahunnya adalah BBLR, dan hampir sepertiganya meninggal sebelum status kesehatannya stabil atau dalam 12 jam pertama kehidupan bayi. Untuk dapat mencapai kondisi kesehatan stabil dan berat badan normal, BBLR membutuhkan upaya pelestarian suhu tubuh, pemberian nutrisi dan pencegahan dari infeksi. Perawatan Metode Kanguru merupakan salah satu metode yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Perawatan Metode Kanguru terhadap peningkatan berat badan BBLR diruang Perinatologi RSUD Muhammad Sani. Desain penelitian yang digunakan Quasi-eksperimen pre test post test without control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi dengan berat badan lahir 1500 - 2500 gram. Sampel sebanyak 17 bayi dengan menggunakan teknik Total Sampling.. Data di kumpulkan dengan lembaran observasi, diolah dan dianalisa secara komputerisasi. Hasil analisa univariat diketahui rerata berat badan bayi sebelum dilakukan Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah 173,652 gram, dan sesudah dilakukan PMK interminten 2 jam perhari selama 7 hari, rerata berat badan meningkat menjadi 1861,76 gram. Terdapat perbedaan rerata berat badan sebelum dan sesudah sebesar 129,118 gram. Hasil uji paired t test adalah p = 0,000 >0,05. Disimpulkan bahwa ada pengaruh PMK terhadap peningkatkan berat badan BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Muhammad Sani Tahun 2019. Diharapkan Rumah Sakit menerapkan semua Komponen Perawatan Metode Kanguru dan mengevalusi atas implementasinya.


2019 ◽  
Vol 9 (18) ◽  
pp. 19-28
Author(s):  
Admin ◽  
Fera Siska

Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup. Asap rokok sebagai salah satu resiko timbulnya ISPA merupakan masalah yang sangat sulit untuk di minimalisir. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada anak balita 0-5 tahun di Puskesmas Bukit Sangkal Palembang tahun 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan analitik cross sectional. Populasi semua ibu yang membawa anak usia 0-5 tahun ke Puskesmas Bukit Sangkal Palembang dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi responden yang dinyatakan menderita ISPA sebanyak 11 responden (36,7%) dan responden yang anggota keluarganya merokok sebanyak 17 responden (56,7%). Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Bukit Sangkal Palembang Tahun 2019 dengan p value = 0,007 < α (0,05) dan nilai OR = 17,143. Saran penelitian diharapkan pihak puskesmas dapat meningkatkan penyuluhan kesehatan secara rutin kepada masyarakat tentang bagaimana cara mencegah dan menanggulangi penyakit ISPA di masyarakat.


Author(s):  
Wulan Citra Sari

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa angka kematian ibu yang disebabkan oleh abortus sekitar 15-50%, di Asia Tenggara setiap tahun sebesar 4,2 juta ibu hamil mengalami Abortus termasuk Indonesia mengalaminya dimana angka kejadian tersebut mencapai 750.000 sampai 1,5 juta pertahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara umur dan paritas ibu terhadap kejadian abortus imminens. Hubungan faktor faktor tersebut dicari mengunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Untuk populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester I dan II yang pernah dirawat di zaal kebidananan RS. AR. Bunda Prabumulih tahun 2019 yang berjumlah 278 orang. Sedangkan sampel penelitian ini adalah total populasi sebanyak 278 orang. Dari hasil analisa bivariat didapatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus imminens yaitu faktor umur dimana P. Value = 0,000 lebih kecil dari P.Value= 0,05 dan faktor  paritas dimana  P.Value = 0,000 lebih kecil dari P.Value= 0,05. Sehingga semua faktor yang diteliti berhubungan terhadap kejadian abortus imminens.


2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Purwo Setiyo Nugroho ◽  
Anisa Catur Wijayanti

World Health Organization memprediksi bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia akan menduduki peringkat ke lima pada tahun 2025 dengan prediksi jumlah penderita sebanyak 12,4 jiwa. Indeks masa tubuh merupakan salah satu indikator obesitas dengan diabetes melitus pada penduduk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan obesitas dengan diabetes mellitus pada responden survei Indonesian Family Life Survey V. Penelitian ini merupakan penelitian analisis data sekunder Indonesian Family Life Survei V yang dilakukan dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini sejumlah 48.139 responden, namun setelah data di cleaning dengan tujuan untuk menghapus data yang missing maka didapatkan jumlah responden sebanyak 30.133 dengan kelompok penelitian berdasarkan usia diatas 15 tahun. Hasil analisis Chisquare  menyatakan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan diabetes melitus dengan nilai p value 0,000 dan nilai POR 3,377; CI 95% 2,602–4,383. Dapat disimpulkan bahwa obesitas memiliki peluang untuk terjadinya sakit diabetes melitus sebesar 3,377 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita obesitas. Faktor obesitas merupakan salah satu faktor prediposisi untuk meningkatkan gula darah yang merupakan sebuah indikator diabetes melitus. Secara patologi hal ini dikarenakan se-sel beta pulau Langerhans menjadi kurang peka terhadap rangsangan akibat kadar gula darah dan kegemukan (obesitas) akan menekan jumlah reseptor insulin pada sel-sel seluruh tubuh.


2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Rara Marisdayana

<p>Sejak tahun 1968 sampai tahun 2012 <em>World Health Organization</em> (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus demam berdarah dengue yang tertinggi di Asia Tenggara. Pada tahun 2015 kasus DBD terus meningkat di Wilayah kerja puskesmas Kenali Besar, hal ini menyebabkan beberapa kelurahan yang berada di wilayah kerja puskesmas kenali besar termasuk daerah endemis DBD.</p><p>Jenis Penelitian yaitu Penelitian kuantitatif dengan metode <em>cross sectional</em>. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sesuai dengan kaedah<em> proportional random sampling </em>yaitu sebanyak 95 responden.</p><p>Hasil analisis terdapat hubungan yang signifikan antara tempat penampungan air bersih dengan kejadian demam berdarah dengue diwilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar (<em>p value </em>= 0,006 p≤ 0,05). terdapat hubungan yang signifikan antara Penyediaan tempat pembuangan sampah dengan kejadian demam berdarah dengue diwilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar (<em>p value </em>= 0,002 p≤ 0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan 3M Plus dengan kejadian demam berdarah dengue diwilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar (<em>p value </em>= 0,048 p≤ 0,05).</p>.           Ada hubungan antara sarana air bersih, penyediaan tempat sampah dan tindakan 3M Plus dengan kejadian DBD diwilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document