BERTAHAN DI TENGAH PANDEMI: DAYA HIDUP KAFE KOMUNITAS TANPA JAMINAN KESELAMATAN
Sebuah kafe komunitas memilih untuk tetap membuka usaha di tengah pandemi. Kafe tersebut bisa disebut sebagai kewirausahaan sosial karena kepemilikan usaha bersifat kolektif dan mempekerjakan karyawan yang berasal dari kelompok marjinal.Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu observasi partisipatoris dan wawancara mendalam terhadap sumber utama untuk menggambarkan alasan kafe komunitas yang tetap membuka usahanya sebagai bentuk survival dari kalangan social enterprenuership.Alasan tetap membuka usaha selama masa pandemi adalah: Pertama, memberdayakan karyawan yang tidak memiliki penghasilan dari usaha lain. Kedua, sebagaimana usaha mikro lainnya, kafe komunitas tersebut, rentan mengalami kebangkrutan karena tidak adanya asuransi usaha. Ketiga, kafe komunitas tersebut harus mempertahankan usaha berdasarkan prinsip rugi-laba untuk mencapai surplus penghasilan.Sesungguhnya, daya hidup kafe komunitas di tengah pandemi tidak memiliki jaminan keselamatan karena mereka hanya menerapkan protokol kesehatan yang sangat minim, seperti penggunaan masker yang tidak memenuhi standar dan fasilitas cuci tangan yang seadanya. Pada level makro, daya survival dari kafe tersebut merupakan sinyal ketidakseriusan stakeholders menjaga keberlangsungan hidup social entrepreneurship di masa pandemi.