scholarly journals HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN ASUPAN LEMAK DAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA DI MASA PANDEMI COVID-19 PADA MAHASISWA STIKES MITRA KELUARGA BEKASI

2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 98-104
Author(s):  
Farah Dhilah Irfani ◽  
Noerfitri Noerfitri

Pendahuluan: Mahasiswa berada pada rentang usia 18-25 tahun sering mengalami persepsi terhadap citra tubuhnya. Mahasiswa yang memiliki persepsi buruk terhadap tubuhnya kemungkinan akan melakukan penurunan berat badan agar terlihat menarik secara fisik. Salah satu caranya dengan membatasi asupan lemak dan mulai melakukan kebiasaan berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan body image dengan asupan lemak dan kebiasaan berolahraga di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa STIKes Mitra Keluarga. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel berjumlah 180 mahasiswa STIKes Mitra Keluarga yang dipilih menggunakan metode Consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Body Shape Questionnaire, Food Frequency Questionare, Food Recall 24H, Frekuensi kebiasaan berolahraga dan dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil: Hasil analisis menunjukkan nilai p-value hubungan antar variabel yaitu body image dengan asupan lemak p-value= 0,881 , dan body image dengan kebiasaan berolahraga  p-value= 0,274. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini tidak terdapat hubungan antara citra tubuh (body image) dengan asupan lemak dan kebiasaan berolahraga pada masa Pandemi Covid-19 di STIKes Mitra Keluarga.

Author(s):  
Cristin Octaviani Sagala ◽  
Noerfitri Noerfitri

Abstrak Latar Belakang : Pada masa remaja diperlukan kebutuhan gizi yang berbeda dengan masa kanak-kanak. Pemenuhan kebutuhan gizi remaja dipengaruhi faktor seperti pola makan dan pengetahuan tentang gizi. Pola makan dan pengetahuan gizi yang tidak baik dapat mempengaruhi status gizi pada remaja. Prevalensi overweight pada remaja berdasarkan IMT/U pada 2018 naik menjadi 13,6% dibandingkan tahun 2013 (11,5%), sedangkan yang mengalami obesitas juga mengalami kenaikan dari tahun 2013 yaitu sebesar 14,8 menjadi 21,8% pada tahun 2018. Studi ini ditujukan untuk menganalisis hubungan pola makan dan pengetahuan gizi seimbang dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa di STIKes Mitra Keluarga Bekasi. Metode: Studi cross sectional dilakukan pada 161 mahasiswa STIKes Mitra Keluarga yang dipilih menggunakan teknik consecutive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner pengetahuan gizi seimbang dan Food Frequency Questionare (FFQ). Data dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil : Mayoritas sampel berjenis kelamin perempuan (94,4%), berusia 19 tahun (50,3%) dan berasal dari program studi S1 Keperawatan (43,5%) dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p-value pada masing-masing variabel penelitian yaitu Pola Makan (0,831) dan Pengetahuan Gizi Seimbang (0,952). Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola makan dan pengetahuan gizi seimbang dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa STIKes Mitra Keluarga Bekasi.   Diet and Balanced Nutrition Knowledge with Overnutrition of STIKes Mitra Keluarga Students Abstract Background: In adolescence, different nutritional needs are needed from childhood. Nutritional needs of adolescents can influenced by factors such as diet and knowledge of nutrition. Poor diet and nutritional knowledge can affect the nutritional status of adolescents. The prevalence of overweight in adolescents based on BMI/age in 2018 increased to 13.6% compared to 2013 (11.5%), while those who are obese also experienced an increase from 2013, which 14.8 to 21.8% in 2018. This study aimed to analyze the relationship between diet and knowledge of balanced nutrition with the incidence of overnutrition among students at STIKes Mitra Keluarga Bekasi. Methods: Cross sectional study was conducted on 161 STIKes Mitra Keluarga students who were selected using consecutive sampling technique. The instruments used were a balanced nutrition knowledge questionnaire and the Food Frequency Questionare (FFQ). Data were analyzed using the Chi Square test. Results: Majority of the sample was female (94.4%), 19 years old (50.3%) and came undergraduate of Nursing program (43.5%). Chi-Square test result indicated that the p-value for each research variable for diet was 0.831 and balanced nutrition knowledge was 0.952. Conclusion: There was no significant relationship between diet and knowledge of balanced nutrition with the incidence of overnutrition among STIKes Mitra Keluarga Bekasi students.


2021 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 157
Author(s):  
Arnika Dwi Asti ◽  
Shynta Novariananda ◽  
Tri Sumarsih

Prevalensi stroke meningkat setiap tahunnya. Pasien stroke mengalami kelumpuhan anggota tubuh yang menyebabkan perubahan dan penurunan fungsi kehidupan fisik dan psikologis. Kondisi ini membuat pasien stroke membutuhkan bantuan orang lain dalam aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, salah satu anggota keluarga sebagai unit terdekat pasien akan berperan sebagai caregiver yang membantu memenuhi kebutuhan pasien stroke. Caregiver sendiri juga memiliki orientasi pemenuhan kebutuhan, perawatan dan pikiran untuk diri sendiri. Pengabaian pemenuhan kebutuhan ini dapat mengakibatkan stres fisik dan mental pada caregiver. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan beban caregiver dengan stres keluarga pada pasien stroke. Ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Sejumlah 122 orang caregiver utama diambil sebagai responden penelitian dengan tehnik consecutive sampling. Data dianalisa menggunakan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berada pada rentang beban sedang sebanyak 63 orang (51,64 %) dan tingkat stres sedang sebanyak 60 orang (49,18%). Uji korelasi chi-square menunjukkan nilai p value 0,035 < 0,05 sehingga dinyatakan terdapat hubungan antara beban caregiver dengan tingkat stres keluarga pada pasien stroke. Semakin tinggi beban caregiver maka tingkat stres yang dirasakan juga semakin tinggi. Penting bagi perawat jiwa untuk mengetahui mengenai beban caregiver dan stres yang dirasakan sehingga dapat membantu melalui program manajemen stres bagi caregiver pasien stroke.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 167-175
Author(s):  
Friska Ernita Sitorus

Kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Pihak manajemen juga dapat menggunakan pengukuran kinerja sebagai alat untuk mengevaluasi organisasi. Dalam rangka peningkatan manajemen di tingkat Puskesmas, maka unsur-unsur manajemen yang terdiri atas perencanaan, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, pengendalian dan penilaian telah dikernbangkan. Penerapan fungsi-fungsi manajemen sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai puskesmas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan manajemen dengan kinerja petugas kesehatan. Penelitian bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan sebanyak 150 orang dengan jumlah sampel 88 orang. Sampel diambil dengan menggunakan consecutive sampling. Penelitian ini dianalisis uji chi-square dan Regresi Logistik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa perencanaan, (p-value 0,02), pelaksanaan dan pengendalian (p-value 0,01), pengawasan dan pertagnggungjawaban (p-value 0,00) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja petugas kesehatan. Berdasarkan analisis multivariate didapatkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja petugas kesehatan adalah Pengawasan dan Pertanggungjawaban dimana p-value 0.03 dan nilai Exp (B) 5,885 dimana Pengawasan dan Pertanggungjawaban yang dilakukan dengan baik mempunyai peluang 5.885 kali petugas kesehatan melakukan kinerja yang baik dibandingkan dengan Pengawasan dan Pertanggungjawaban yang cukup. perencanaan, (p-value 0,02), pelaksanaan dan pengendalian (p-value 0,01), pengawasan dan pertagnggungjawaban (p-value 0,00) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja petugas


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 94-97
Author(s):  
Yolandita Aura ◽  
Noerfitri Noerfitri

Pendahuluan: Keadaan remaja yang mudah dipengaruhi lingkungan sekitar dapat berpengaruh terhadap sikap serta perilaku giziya termasuk dalam hal kebiasaan makannya, dan bila tidak disadari secara dini akan berdampak pada kesehatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan sikap dan perilaku gizi seimbang pada remaja di SMA Korpri Bekasi. Metode: Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X-XI sebanyak 130 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah ditetapkan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dilakukan secara daring dengan google form. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan di SMA Korpri Bekasi. Hasil: Hasil analisis univariat, siswa yang memiliki pengetahuan yang baik sebesar 53,1% dan pengetahuan yang kurang baik sebesar 46,9% sedangkan yang memiliki sikap yang positif 56,9% dan yang memiliki sikap negatif 43,1%. Hasil bivariate dengan uji chi-square didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan sikap gizi p-value = 0,514 (p>0,05) dan terdapat hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan perilaku gizi seimbang p-value = 0,032 (p<0,05), dengan nilai OR = 0,466. Kesimpulan: Diharapkan melalui seminar dan bimbingan dari pihak sekolah dapat menambah pengetahuan dan memperbaiki sikap serta perilaku siswa terkait gizi seimbang.


2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 164-171
Author(s):  
Fransisca Natalia Bintang ◽  
Fillah Fithra Dieny ◽  
Binar Panunggal

Latar belakang: Remaja yang berprofesi sebagai model sering merasa takut jika mengalami kenaikan berat badan memiliki kecenderungan membatasi asupan makan. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan makan dan anemia. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara gangguan makan dan kualitas diet dengan status anemia pada remaja putri di Modelling School.Metode: Penelitian observasional dengan desain cross-sectional melibatkan 55 remaja putri berumur 12-19 tahun yang dipilih secara consecutive sampling dan dilakukan di Sekolah Model Semarang. Kadar hemoglobin (Hb) diukur dengan metode Cyanmethemoglobin, gangguan makan menggunakan kuesioner Eating Disorder Diagnostic Scale (EDDS), dan kualitas diet diukur dengan formulir food frequency questionnaire (FFQ), kemudian dihitung skor kualitas dietnya menggunakan panduan Diet Quality Index International (DQI-I). Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Subjek yang mengalami anemia sebanyak 25 orang (45,5%). Gangguan makan ditemukan pada 29 subjek (52,7%) dengan 11 orang mengalami bulimia nervosa. Persentase remaja putri (63,6%) yang memiliki kualitas diet rendah pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan remaja (36,4%) yang memiliki kualitas diet tinggi. Hasil menunjukkan subjek (41,4%) yang anemia juga mengalami gangguan makan (p=0,243), dan subjek (45,7%) yang anemia memiliki kualitas diet yang rendah (p=0,959). Kualitas diet rendah (65,5%) ditemukan lebih banyak pada kelompok yang mengalami gangguan makan (p=0,866). Simpulan: Tidak ada hubungan antara gangguan makan dan kualitas diet dengan status anemia pada remaja putri di modelling school (p > 0,05)


Jurnal JKFT ◽  
2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Popy Irawati ◽  
Arif Firmansyah

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Tujuan Peneitian Untuk mengetahui factor- dukungan keluarga  yang berhubungan dengan kepatuhan dalam menjalankan diet pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Cipondoh Kota Tangerang-Banten. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes millietus sebanyak 86 responden. Teknik pengambilan sampel yang dipilih secara non probability sampling yaitu pemilihan sampel yang tidak dilakukan secara acak. Dengan teknik Consecutive Sampling. Hasil uji chi-square dengan menunjukan p value α 0,01 sehingga Ha diterima bahwa terdapat hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet pada pasien Diabetes Militus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus.


2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Tendy Ar Riqi ◽  
Sutejo Sutejo ◽  
Erika Nurwidayanti

Hemodialysis would affect body image and have an impact on the spiritual wellbeing of patients due to the variety of changes in the patient’s body. The purpose of this study was to determine the relationship between body image and the spiritual wellbeing of patients undergoing hemodialysis. The research method is descriptive correlative with a cross-sectional approach. The study was conducted in PKU Muhammadiyah Hospital Gamping with a sample of 60 respondents. The sampling method is purposive sampling. Data collection tool in this study is a questionnaire with 22 statements. Data were analyzed using univariate and bivariate analysis using chi square tests. The results showed that there is a relationship between body image and the spiritual wellbeing of patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis with p-value (0,027) < α (0,05). This study recommends hemodialysis unit to improve further performance in providing comprehensive care nursing practice both physical and psychosocial in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis especially on the subject of body image disturbance that will affect the spiritual wellbeing of patients.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 47-60
Author(s):  
Titik - Istiningsih

ABSTRAK       Permasalahan gizi merupakan masalah utama di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Kekurangan gizi kronis merupakan penyebab utama perawakan pendek (stunting). Tingginya angka prevalensi stunting Kabupaten Kapuas yaitu 42% yang melebihi dari standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20% yang artinya stunting balita di Kabupaten Kapuas saat ini masih di atas batas toleransi yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko pascanatal yang memengaruhi kejadian stunting  baduta usia 6-18 bulan di wilayah puskesmas Mantangai kabupaten Kapuas. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan desain Cross sectional, dengan jumlah sampel penelitian 136 orang ibu yang memiliki Baduta berusia 6-18 bulan di wilayah kerja puskesmas Mantangai kabupaten Kapuas yang diambil secara consecutive sampling.  Pengumpulan data diperoleh melalui pengukuran panjang badan untuk data kejadian stunting, wawancara untuk data Status pemberian ASI ekslusif, riwayat penyakit ISPA,  riwayat diare, riwayat berat badan lahir,  dan riwayat kunjungan posyandu, serta survey konsumsi dengan metode food frequency questionnaires untuk data riwayat asupan energi dan protein, kemudian data diolah dan dianalisis secara deskriptif analitik menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik ganda Hasil penelitian di tempat penelitian menunjukkan prevalensi kejadian stunting sebesar 40,4 %. Faktor yang terbukti berhubungan dengan stunting diantaranya riwayat pemberian ASI ekslusif nilai p = 0,047, asupan energi nilai p = <0,001, riwayat Diare nilai p= 0,048, kunjungan ibu baduta ke posyandu nilai p = 0,006. Sedangkan faktor yang tidak terbukti berhubungan dengan stunting adalah asupan protein nilai p = 0,394, riwayat penyakit ISPA nilai p = 0,809, riwayat BBLR nilai p = 0,351. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah Tingkat Asupan Energi dengan OR 15,990 (IK 6,387 – 40,035) dengan nilai p = 0,000 dan Riwayat Diare OR 3,130 (1,278 – 7,665) dengan nilai p = 0,013. Tingkat asupan energi merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan stunting. Peningkatan pemberian ASI ekslusif dan pemberian makanan tambahan pendamping ASI dengan menu gizi seimbang serta kesehatan lingkungan merupakan upaya untuk mencegah stunting.  


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 180
Author(s):  
Ahaddini Septian Rujiantina ◽  
Nurmasari Widyastuti ◽  
Enny Probosari

Latar Belakang : Prevalensi ketidakteraturan siklus menstruasi pada vegetarian sebesar 26,5%. Diet vegetarian merupakan pola makan yang membatasi produk hewani dan mengonsumsi produk makanan nabati seperti buah, sayur, kacang dan biji-bijian yang merupakan sumber fitoestrogen. Vegetarian memiliki persentase lemak tubuh lebih rendah dari nonvegetarian. Fitoestrogen dan persentase lemak tubuh dapat mempengaruhi kadar estrogen dalam tubuh dan mengakibatkan gangguan siklus menstruasi.Tujuan : Mengetahui hubungan konsumsi fitoestrogen dan persentase lemak tubuh dengan siklus menstruasi pada wanita vegetarian.Metode : Desain penelitian cross sectional dengan 49 wanita vegetarian dipilih secara consecutive sampling. Persentase lemak tubuh diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Asupan zat gizi diperoleh melalui Semi Quantitative Food Frequency Questionaire (SQFFQ) dan dianalisis menggunakan program software gizi. Aktivitas fisik diukur menggunakan International Physical Activity Questionaire  (IPAQ). Data siklus menstruasi diperoleh melalui kuesioner. Data dianalisis dengan uji Chi Square dan uji Regresi Logistik Ganda.Hasil : Sebanyak 49,0% wanita vegetarian mengalami gangguan siklus menstruasi. Tidak ada hubungan antara asupan energi, kerbohidrat, lemak, protein, serat dan aktivitas fisik dengan siklus menstruasi (p>0,05). Terdapat hubungan antara konsumsi fitoestrogen, persentase lamk tubuh dan riwayat gangguan siklus menstruasi pada keluarga dengan siklus menstruasi (p<0,05). Konsumsi fitoestrogen berhubungan dengan kejadian gangguan siklus menstruasi setelah dikontrol dengan persentase lemak tubuh dan riwayat gangguan menstruasi pada keluarga (p<0,05).Simpulan : Konsumsi fitoestrogen, persentase lemak tubuh dan riwayat gangguan siklus menstruasi pada keluarga berhubungan dengan siklus menstruasi.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 10-19
Author(s):  
Dedi Supriadi

Pendahuluan: Gagal ginjal kronik (GGK) mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, yang memerlukan terapi berupa transplantasi ginjal atau hemodialisa. Tujuan utama hemodialisa yaitu mengendalikan uremia, kelebihan cairan dan ketidakseimbangan elektrolit. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien GGK, diantaranya adalah lama menjalani hemodilaisa dan anemia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara lama menjalani HD dan anemia dengan kualitas hidup. Metode penelitian yang digunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Metode: Penelitian ini melibatkan semua pasien yang menjalani hemodialisa regular di Unit Hemodialisa Rumkit Tk. II 03.05.01 Dustira Tahun 2018 yang memenuhi criteria inklusi yaitu 37 sample dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan secara langsung pada pasien dan didapatkan juga dari catatan rekam medic pasien. Analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil: Sebanyak 21 orang (56.8%) termasuk kategori lama menjalani HD (>24 bulan), sebagian besar dari responden sebanyak 20 orang (54.1%) mengalami anemia ringan dan sebagian besar dari responden sebanyak 19 orang (51.4%) memiliki kualitas hidup baik. Tidak terdapat hubungan antara lama menjalani HD dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumkit TK II 03.05.01 Dustira (p value= 0.634, ≥ α = 0.05) Diskusi: Tidak terdapat hubungan antara anemia dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalanihemodialisa di Rumkit TK II 03.05.01 Dustira (p value = 0.879, ≥ α = 0.05 ). Bagi peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan lagi penelitian lebih kompleks dengan melibatkan dan mencari faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup.   Kata kunci: lama menjalani hemodialisa, anemia, kualitas hidup


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document