scholarly journals Hubungan Penerapan Manajemen Dengan Kinerja Petugas Kesehatan

2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 167-175
Author(s):  
Friska Ernita Sitorus

Kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Pihak manajemen juga dapat menggunakan pengukuran kinerja sebagai alat untuk mengevaluasi organisasi. Dalam rangka peningkatan manajemen di tingkat Puskesmas, maka unsur-unsur manajemen yang terdiri atas perencanaan, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, pengendalian dan penilaian telah dikernbangkan. Penerapan fungsi-fungsi manajemen sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai puskesmas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan manajemen dengan kinerja petugas kesehatan. Penelitian bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan sebanyak 150 orang dengan jumlah sampel 88 orang. Sampel diambil dengan menggunakan consecutive sampling. Penelitian ini dianalisis uji chi-square dan Regresi Logistik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa perencanaan, (p-value 0,02), pelaksanaan dan pengendalian (p-value 0,01), pengawasan dan pertagnggungjawaban (p-value 0,00) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja petugas kesehatan. Berdasarkan analisis multivariate didapatkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja petugas kesehatan adalah Pengawasan dan Pertanggungjawaban dimana p-value 0.03 dan nilai Exp (B) 5,885 dimana Pengawasan dan Pertanggungjawaban yang dilakukan dengan baik mempunyai peluang 5.885 kali petugas kesehatan melakukan kinerja yang baik dibandingkan dengan Pengawasan dan Pertanggungjawaban yang cukup. perencanaan, (p-value 0,02), pelaksanaan dan pengendalian (p-value 0,01), pengawasan dan pertagnggungjawaban (p-value 0,00) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja petugas

2021 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 157
Author(s):  
Arnika Dwi Asti ◽  
Shynta Novariananda ◽  
Tri Sumarsih

Prevalensi stroke meningkat setiap tahunnya. Pasien stroke mengalami kelumpuhan anggota tubuh yang menyebabkan perubahan dan penurunan fungsi kehidupan fisik dan psikologis. Kondisi ini membuat pasien stroke membutuhkan bantuan orang lain dalam aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, salah satu anggota keluarga sebagai unit terdekat pasien akan berperan sebagai caregiver yang membantu memenuhi kebutuhan pasien stroke. Caregiver sendiri juga memiliki orientasi pemenuhan kebutuhan, perawatan dan pikiran untuk diri sendiri. Pengabaian pemenuhan kebutuhan ini dapat mengakibatkan stres fisik dan mental pada caregiver. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan beban caregiver dengan stres keluarga pada pasien stroke. Ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Sejumlah 122 orang caregiver utama diambil sebagai responden penelitian dengan tehnik consecutive sampling. Data dianalisa menggunakan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berada pada rentang beban sedang sebanyak 63 orang (51,64 %) dan tingkat stres sedang sebanyak 60 orang (49,18%). Uji korelasi chi-square menunjukkan nilai p value 0,035 < 0,05 sehingga dinyatakan terdapat hubungan antara beban caregiver dengan tingkat stres keluarga pada pasien stroke. Semakin tinggi beban caregiver maka tingkat stres yang dirasakan juga semakin tinggi. Penting bagi perawat jiwa untuk mengetahui mengenai beban caregiver dan stres yang dirasakan sehingga dapat membantu melalui program manajemen stres bagi caregiver pasien stroke.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 94-97
Author(s):  
Yolandita Aura ◽  
Noerfitri Noerfitri

Pendahuluan: Keadaan remaja yang mudah dipengaruhi lingkungan sekitar dapat berpengaruh terhadap sikap serta perilaku giziya termasuk dalam hal kebiasaan makannya, dan bila tidak disadari secara dini akan berdampak pada kesehatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan sikap dan perilaku gizi seimbang pada remaja di SMA Korpri Bekasi. Metode: Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X-XI sebanyak 130 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah ditetapkan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dilakukan secara daring dengan google form. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan di SMA Korpri Bekasi. Hasil: Hasil analisis univariat, siswa yang memiliki pengetahuan yang baik sebesar 53,1% dan pengetahuan yang kurang baik sebesar 46,9% sedangkan yang memiliki sikap yang positif 56,9% dan yang memiliki sikap negatif 43,1%. Hasil bivariate dengan uji chi-square didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan sikap gizi p-value = 0,514 (p>0,05) dan terdapat hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan perilaku gizi seimbang p-value = 0,032 (p<0,05), dengan nilai OR = 0,466. Kesimpulan: Diharapkan melalui seminar dan bimbingan dari pihak sekolah dapat menambah pengetahuan dan memperbaiki sikap serta perilaku siswa terkait gizi seimbang.


Jurnal JKFT ◽  
2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Popy Irawati ◽  
Arif Firmansyah

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Tujuan Peneitian Untuk mengetahui factor- dukungan keluarga  yang berhubungan dengan kepatuhan dalam menjalankan diet pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Cipondoh Kota Tangerang-Banten. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes millietus sebanyak 86 responden. Teknik pengambilan sampel yang dipilih secara non probability sampling yaitu pemilihan sampel yang tidak dilakukan secara acak. Dengan teknik Consecutive Sampling. Hasil uji chi-square dengan menunjukan p value α 0,01 sehingga Ha diterima bahwa terdapat hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet pada pasien Diabetes Militus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 10-19
Author(s):  
Dedi Supriadi

Pendahuluan: Gagal ginjal kronik (GGK) mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, yang memerlukan terapi berupa transplantasi ginjal atau hemodialisa. Tujuan utama hemodialisa yaitu mengendalikan uremia, kelebihan cairan dan ketidakseimbangan elektrolit. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien GGK, diantaranya adalah lama menjalani hemodilaisa dan anemia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara lama menjalani HD dan anemia dengan kualitas hidup. Metode penelitian yang digunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Metode: Penelitian ini melibatkan semua pasien yang menjalani hemodialisa regular di Unit Hemodialisa Rumkit Tk. II 03.05.01 Dustira Tahun 2018 yang memenuhi criteria inklusi yaitu 37 sample dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan secara langsung pada pasien dan didapatkan juga dari catatan rekam medic pasien. Analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil: Sebanyak 21 orang (56.8%) termasuk kategori lama menjalani HD (>24 bulan), sebagian besar dari responden sebanyak 20 orang (54.1%) mengalami anemia ringan dan sebagian besar dari responden sebanyak 19 orang (51.4%) memiliki kualitas hidup baik. Tidak terdapat hubungan antara lama menjalani HD dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumkit TK II 03.05.01 Dustira (p value= 0.634, ≥ α = 0.05) Diskusi: Tidak terdapat hubungan antara anemia dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalanihemodialisa di Rumkit TK II 03.05.01 Dustira (p value = 0.879, ≥ α = 0.05 ). Bagi peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan lagi penelitian lebih kompleks dengan melibatkan dan mencari faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup.   Kata kunci: lama menjalani hemodialisa, anemia, kualitas hidup


2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 624-630
Author(s):  
Citra Amelia Oktaviani ◽  
Mokh Firman Ismana ◽  
Suzana Indragiri

Keefektifan  adalah melakukan pekerjaan yang benar dan sesuai dengan cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan, sedangkan keefisienan adalah hasil dari usaha yang telah dicapai lebih besar dari usaha yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keefektifan dan keefisienan administrasi pelayanan pada pasien di instalasi rawat jalan rumah sakit sumber kasih kota Cirebon tahun 2014. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Hal yang ingin di teliti adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan keefektifan dan keefisienan administrasi pelayanan diantaranya ketepatan waktu, sarana dan prasarana, sistem komputerisasi, dan sumber daya manusia terhadap keefektifan dan keefisienan administrasi pelayanan pada pasien di instalasi rawat jalan rumah sakit sumber kasih kota Cirebon tahun 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistic Package For Social Science). Populasi penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang berkunjung ke rumah sakit sumber kasih pada bulan januari sampai desember tahun 2013, yaitu sebanyak  947 pasien, dengan pengambilan  sampel ditentukan dengan cara Consecutive Sampling yaitu pengambilan sampel ditentukan berdasarkan urutan datangnya pasien, sebanyak  90 pasien. Didapatkan dari hasil penelitian, pasien yang mempuyai keefektifan dan  keefisienan yang efektif dan efisien  sebanyak 34,4% dan 65,6% pasien yang  mempunyai keefektifan dan keefisienan yang  tidak efektif dan efisien. Hasil uji statistic (uji chi square) diperoleh bahwa ada hubungan yeng bermakna antara ketepatan waktu dengan keefektifan dan keefisienan administrasi pelayanan (p- value = 0,002), ada hubungan yeng bermakna antara sarana dan prasarana dengan keefektifan dan keefisienan administrasi pelayanan (p- value = 0,017), ada hubungan yeng bermakna antara sistem komputerisasi dengan keefektifan dan keefisienan  administrasi pelayanan (p- value = 0,011), ada hubungan yeng bermakna antara sumber daya manusia dengan keefektifan dan keefisienan administrasi pelayanan (p- value = 0,000). Kata Kunci          : Keefektifan dan keefisienan administrasi pelayanan. ABSTRACTEffectiveness is doing the job properly and in accordance with the proper way to achieve a goal that has been planned, while efficiency is the result of the effort that has been achieved is greater than the work done.This study to determine the factors related to the effectiveness and efficiency of administrative services to patients in hospital outpatient installation source love Cirebon city in 2014. The method used in this research is descriptive analytical cross-sectional research design. Things to be investigated are the factors related to the effectiveness and efficiency of administrative services including timeliness, facilities and infrastructure, computerized systems, and human resources administration of the effectiveness and efficiency of care for patients in hospital outpatient installation source Cirebon city of love year 2014.The data was collected using a questionnaire interview. Processing and data analysis were performed using the SPSS (Statistics Package For Social Science ) version 18. The study population was patients who visited the outpatient hospital source of love in the month of January to December in 2013, as many as 947 patients, with a sampling determined by sampling Consecutive sampling is determined by the order of arrival of the patient, as many as 90 patients. Obtained from the results of the study , patients who mempuyai effectiveness and efficiency of effective and efficient as much as 34.4 % and 65.6 % of patients who have the effectiveness and efficiency are not effective and efficient . The results of statistical tests (chi square test) found that there is a significant relationship between timeliness GCC with administrative effectiveness and efficiency of care (p - value = 0.002), there was a significant relationship between the GCC infrastructure to the effectiveness and efficiency of administrative services (p - value = 0.017), there was a significant relationship between the GCC with a computerized system effectiveness and efficiency of administrative services (p - value = 0.011 ), no significant relationship between the GCC human resources administration with the effectiveness and efficiency of care (p - value = 0.000).Keywords : Administrative effectiveness and efficiency of service


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 78
Author(s):  
Tri Wijayanto ◽  
Widya Widya

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis progresif akibat produksi insulin tidak adekuat yang menimbulkan ketidakmampuan tubuh melakukan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang mengakibatkan kadar gula darah dalam tubuh meningkat diatas normal atau hiperglikemia. Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar gula darah dalam tubuh adalah stress psikologis. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk diketahui hubungan kecemasan dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan metode survey analytic dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 dengan jumlah sampel 81 orang, dan teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Pengumpulan data pada penelitian ini mengunakan lembar observasi dan kuesioner kecemasan HRS-A. Uji statistic yang digunakan chi square.  Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan berat  sebanyak 64,2 % dan paling banyak responden dengan kadar gula darah tinggi > 200 mg/dL sebanyak  49,4%. Ada hubungan kecemasan dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus dengan p value 0,025 < α  (0,05). Peneliti merekomendasikan  kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan edukasi kesehatan kepada pasien diabetes mellitus tentang proses penyakit diabetes melitus dan penatalaksanaannya  untuk mengurangi kecemasan pada pasien diabetes mellitus sehingga kadar gula darah dapat terkontrol.


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Vianthy Kundiman ◽  
Lucky Kumaat ◽  
Maykel Kiling

Abstract: Triage is a patient sorting activity based on the severity of trauma or illness that iscarried out immediately in a short time. Overcrowded conditions by patients in the ED due tothe incompatibility of patients with the number of overcrowded nurses have an impact on theaccuracy implementation of triage in patients aimed at reducing morbidity and mortality.Thepurpose was to identify the relationship of overcrowded conditions and the accuracyimplementation of triage at ED of Pancaran Kasih GMIM Hospital Manado. The design studyis analytic survey with cross sectional.Samples 105 respondents with a Non Probabilitysampling technique namely Consecutive sampling. Results used the Chi square test with asignificance level of 95% so that the value of p value is 0,000 smaller than the significant valueof 0.05.Conclusion there is a relationship of overcrowded conditions and the accuracyimplementation of the truage at Emergency Department of Pancaran Kasih GMIM HospitalManado..Keywords: Triage, Overcrowded, AccuracyAbstrak: Triase merupakan kegiatan pemilahan pasien berdasarkan berat dan ringannya traumaatau penyakit yang diderita yang dilakukan segera dalam waktu yang singkat. Kondisiovercrowded oleh pasien di IGD disebabkan karena tidak sesuainya jumlah pasien denganjumlah perawat Overcrowded berdampak pada ketepatan pelaksanaan triase pada pasien yangbertujuan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Tujuan untuk mengetahui hubunganantara kondisi overcrowded dengan ketepatan pelaksanaan triase di IGD RSU GMIM PancaranKasih Manado. Metode menggunakan desain penelitian cross sectional study. Sampel terdiridari 105 responden dengan tehnik pengambilan sampel Non Probability sampling yaituConsecutive sampling. Hasil menggunakan uji Chi square dengan tingkat kemaknaan 95%sehingga didapatkan nilai p value yaitu 0,000 lebih kecil dari nilai signifikan 0,05. Kesimpulanterdapat hubungan antara kondisi overcrowded dengan ketepatan pelaksanaan triase di IGDRSU GMIM Pancaran Kasih Manado.Kata Kunci: Triase, Overcrowded, Ketepatan


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Vivia Ozora Bitjoli ◽  
Odi Pinontoan ◽  
Andi Buanasari

Abstrack :Patient satisfaction level is considered as one of the very important dimension and is oneof the main indicators of the standard of a health facility which is due to the influence of health careon the hospital and it is this which makes the measurement of patient satisfaction is an importantcomponent.The purpose of this study was to determine the differences between patient satisfactionlevel on BPJS and Non BPJS users over registration services in Tobelo hospitals. This researchmethod using cross sectional design. The sampling technique used consecutive sampling techniquewith a total sample of 136 respondents. methods of data collection using questionnaires satisfactionlevel of service at the place of registration to measure the level of patient satisfaction BPJS and NonBPJS and statistical test using chi square test. The researchresults can be p-value of 0.000 (≤ α =0.05), which means there are significant differences. Conclusion there are differences between thelevel of patient satisfaction level on BPJS and Non BPJS users over registration services in Tobelohospitals.Keywords: Enrollment Services, BPJS patient and the Non BPJS, SatisfactionAbstrak : Tingkat kepuasan pasien dianggap sebagai salah satu dimensi yang sangat penting danmerupakan salah satu indikator utama dari standar suatu fasilitas kesehatan yang merupakan akibatpengaruh pelayanan kesehatan atas pihak rumah sakit dan hal inilah yang membuat pengukurankepuasan pasien menjadi komponen penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiperbedaan tingkat kepuasan pasien BPJS dan Non BPJS terhadap pelayanan pendaftaran di RSUDTobelo. Metodepenelitian ini menggunakan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampelmenggunakan teknik consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 136 responden. metodepengumpulan data menggunakan kuesioner tingkat kepuasan pelayanan di tempat pendaftaran untukmengukur tingkat kepuasan pasien BPJS dan Non BPJS dan uji statistic menggunakan uji chi square.Hasil penelitian di dapat nilai p-value sebesar 0,000 (≤ α = 0,05) yang berarti ada perbedaan yangsignifikan. Kesimpulan ada perbedaan antara tingkat kepuasan pasien BPJS dan Non BPJS terhadappelayanan pendaftaran di RSUD Tobelo.Kata kunci : Pelayanan Pendaftaran, pasien BPJS dan Non BPJS, Tingkat Kepuasan


2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 128-137
Author(s):  
Anak Agung Ketut Parwati ◽  
Ni Ketut Ayu Mirayanti ◽  
Ni Ketut Citrawati

Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia di Indonesia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Seseorang yang pernah mengalami gangguan skizofrenia akan kembali kambuh karena kondisi yang tidak terkontrol dan tidak meminum obat secara rutin. Pemberdayaan masyarakat seperti kader kesehatan jiwa bermanfaat untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah serta mempertahankan kesehatan jiwa masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran kader kesehatan jiwa dengan kekambuhan skizofrenia. Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di wilayah kerja  Puskesmas II Denpasar Timur, teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan sampel sebanyak 52 responden. Hasil penelitian didapatkan, kekambuhan skizofrenia sebanyak 30 orang (57,7%) tidak kambuh dan sebanyak 22 orang (42,3%) kambuh, untuk peran kader kesehatan jiwa kategori kurang sebanyak 31 orang (59,6%) dan kategori baik sebanyak 21 orang (40,4%). Hasil uji chi-square didapatkan angka p value sebesar 0,947 (p>0,05), menunjukkan tidak ada hubungan peran kader kesehatan jiwa dengan kekambuhan skizofrenia di wilayah kerja  Puskesmas II Denpasar Timur. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk meningkatkan pemberdayaan kader kesehatan jiwa untuk membantu masyarakat mencapai kesehatan jiwa yang optimal.   Kata kunci : peran kader, kekambuhan skizofrenia   ABSTRACK Mental disorder is one of the public health problems in Indonesia. The prevalence of severe psychiatric disorders, such as schizophrenia in Indonesia reaches about 400.000 people or as many as 1.7 per 1.000 inhabitants. A person who has experienced schizophrenic disorder will recur because of uncontrolled conditions and not taking medication regularly. Community empowerment such as mental health cadres is useful to identify and solve problems and maintain the mental health of the community. The study aims to determine the relation of the role of mental health cadres with recurrence of schizophrenia. This type of research includes observational research with cross sectional approach. This research was conducted in the working area of Puskesmas II Denpasar Timur, sampling technique using consecutive sampling with the samples of 52 respondents. The result of the research showed that recurrence of  schizophrenia as many as 30 people (57,7%) did not relapse and as many as 22 people 42,3%) relapse, for the role of mental health cadre of less category as many 31 people (59,6%) and category both as many as 21 people (40,4%). chi-square test results obtained p value of 0,947 (P>0.05), showed no correlation role of mental health cadres with recurrence of schizophrenia in work area Puskesmas II Denpasar Timur. Based on the results of this study suggested to improve empowerment of mental health cadres to help people achieve optimal mental health.   Key words : role of cadres, recurrence of schizophrenia


2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 74-86
Author(s):  
Nur Rakhmawati ◽  
Ratih Dwilestari Puji Utami ◽  
Innez Karunia Mustikarani

Pendahuluan: Imunisasi merupakan suatu strategi yang efektif dan efisien dalam meningkatkan derajat kesehatan nasional. Cakupan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi masih terdapat anak-anak yang sama sekali belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap imunisasinya. Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Indonesia mencapai 86,8%, dan perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar bayiMetode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dengan analisis yang digunakan regresi logistik ganda. Populasi penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia ≥ 12 – 18 bulan dan berkunjung ke posyandu balita yang berjumlah 25 orang. Analisis data yang digunakan adalah analisis data bivariat dengan menggunakan chi square dan data multivariat menggunakan regresi logistik ganda.Hasil: Tidak ada pengaruh pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi dengan p value sebesar 0,848 > 0,05. Tidak ada pengaruh pendidikan dengan kelengkapan imunisasi dasar dengan p value sebesar 0,775 > 0,05. Ada pengaruh pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi dengan p value sebesar 0,037 < 0,05. Tidak ada pengaruh sikap dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi dengan p value sebesar 0,595 > 0,05. Ada pengaruh motivasi dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi dengan p value sebesar 0,046 < 0,05.Kesimpulan: Faktor yang paling berpengaruh adalah motivasi dengan kelengkapan imunisasi dasar, nilai Odd Ratio sebesar 20,091 berarti bahwa ibu yang mempunyai motivasi baik memiliki kemungkinan 20,091 lebih besar untuk melakukan imunisasi dasar bayi secara lengkap dibandingkan dengan ibu yang memiliki motivasi tidak baik.Kata Kunci: Pekerjaan, Pendidikan, Pengetahuan, Sikap, motivasi dan kelengkapan imunisasi dasar


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document